🪄CHAPTER 28: Menipu Diri🪄

32 3 0
                                    

🍁Selamat membaca!🍁



~ 🪄 ~ 🪄 ~ 🪄 ~

Di dalam mobil yang dikendarai oleh Geraldi begitu hening. Tidak ada suara bahkan dehaman sekalipun. Geraldi tetap menjalani keinginannya untuk mengantar pulang Rahma. Karena bagaimana pun, perempuan itu pergi bersamanya.

Memakan waktu penuh hingga tiba di perumahan yang ditinggali oleh si kembar, belum ada sebias suara yang memecah kebisuan. Rahma yang memang sedari awal menatap ke arah kaca pun belum ada niat untuk keluar dari mobil. Alasan mengapa ia seperti itu dikarenakan pandangannya masih menangkap mobil hitam milik sang papah di pinggir jalan. Belum berubah sama sekali, terhitung sejak ia pergi ke Hana cafe. Namun, dipikir-pikir lagi, tidak mungkin juga ia terus-menerus menempati kursi mobil Mickey.

Baiklah, Rahma merasa harus bertekad kuat. Toh, ini pilihannya.

"Lo serius?" Rahma mengalihkan perhatiannya ke arah kursi kemudi. Pertanyaan yang dilontarkan oleh Geraldi mungkin cukup membingungkan untuk orang lain, tapi tidak dengan Rahma.

Perempuan cantik yang rambutnya kini tidak terurai itu mengangguk pelan. "Tapi gue nggak yakin sama keputusan lo."

Rahma terdiam, berusaha mencerna makna di balik ucapan pemuda yang sering menyulut emosinya.


Kenapa di saat-saat begini, rasanya kayak lo yang paham tentang gue?


Tidak berniat membalas, salah satu tangan Rahma menarik knop pintu mobil sampai terbuka. "Thanks sekali lagi. Lo langsung ke Mickey sama Aesthetic. Kasihan kalau mereka lama nungguin lo." ucap Rahma pada laki-laki yang masih menatapnya di kursi kemudi.

"Gih." Rahma mencoba untuk menarik seutas senyuman. Meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

Bunyi pintu tertutup sempurna, membuat Rahma tersadar bahwa Geraldi akan menyalakan mesin mobil kembali.

Usai memastikan Geraldi telah meninggalkannya, Rahma melangkahkan kakinya sangat pelan. Ia menatap rumahnya yang terlihat kecil dari tempatnya berdiri. Kemudian menatap ke arah mobil hitam tak berpenghuni di pinggir jalan. Rahma menghela napas guna menguatkan diri. Namun, beberapa kali ia melakukan itu, dirinya masih nyaman bersembunyi di balik tembok perbatasan di daerah perumahannya.


Tik


Rahma mendongak, melihat langit yang sedang murung. "Gerimis." lirihnya.

Rahma berjongkok dan menyenderkan kepalanya ke kanan tembok perbatasan. Ia ingin menenangkan diri tanpa harus mengeluarkan sepatah kata. Ia lelah terus menunjukkan selalu kuat dan mampu menerjang badai. Ia mau sesekali mengeluarkan sisi lemahnya, rapuhnya, tanpa harus disemangati untuk selalu kuat. Ia butuh waktu untuk menjadi diri sendiri walau tampak dikasihani.

Ada waktunya ia akan kembali semangat. Tapi Rahma mau, untuk kali ini adalah waktunya untuk menyuarakan isi hati terdalam. Lagipula, di sini sepi. Hanya ada dirinya yang termenung. Namun, tanpa Rahma ketahui, ia tidak sendiri. Ada seseorang bersamanya dari kejauhan.

Geraldi. Laki-laki itu tidak sepenuhnya pergi dan meninggalkan Rahma sendiri. Ia hanya membawa mobil Mickey lebih jauh, seolah-olah sudah pergi dari perumahan Rahma. Dirinya memarkirkan kendaraan sohib karibnya dengan aman, lalu melangkahkan kakinya menuju tempat Rahma. Menjaganya dari jauh.

Posisi Rahma yang membelakangi posisi berpijak dari Geraldi, membuat perempuan itu tidak sadar. Ia juga sudah larut dalam kesedihannya.

Geraldi yang mengetahui perempuan yang menyukainya bertahan di sana, hanya bisa memantau.

MiStic (Mickey and Aesthetic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang