19. Jagoan Ayah

1.5K 94 12
                                    

💙 Mas Rezky

"Kuat ya sayang. Nana kuat. Nana pasti kuat ya," ucapku bergetar sambil mengeratkan genggaman tanganku pada Rina, yang saat ini sedang berjuang sekuat jiwa dan raganya untuk melahirkan putra kami tercinta.

"Nana pasti kuat," ucapku yakin. Karena aku selalu berdoa, bahwa semoga, istri dan anak-anakku akan selalu sehat dan baik-baik saja bersamaku.

Tubuhku bergetar luar biasa, seiring dengan tersenggalnya napas Rina. Begitu pun juga dengan derasnya keringat yang mengalir di pelipis, dahi, dan juga wajah istriku tercinta.

Genggaman tanganku makin mengerat pada Rina, begitu juga dengan doa yang semakin gencar kupanjatkan dalam hatiku, bahwa semoga, Allah akan senantiasa memberikan kemudahan, kelancaran, kesehatan, dan keselamatan pada istri dan juga putraku tercinta.

Dan saat tangisan melengking itu mulai terdengar di ruangan ini, bersamaan dengan tenangnya napas Rina dan juga berhentinya usaha mengejannya. Rasanya semua rasa cemas, takut, dan khawatir yang sejak tadi kurasakan langsung menguap begitu saja. Berganti menjadi tangis haru dan juga senyum penuh kebahagiaan dan kelegaan karena saat ini duniaku benar-benar sedang berbunga sebab Allah telah memberikanku hadiah terbesar di alam semesta.

"Alhamdulillah. Selamat Pak, Bu, bayinya laki-laki."

Tangis yang sejak tadi telah berusaha sekuat tenaga untuk kutahan supaya aku bisa memberikan ketenangan dan semangat tambahan untuk Rina, akhirnya kini keluar dengan begitu derasnya.

Aku langsung menundukan kepalaku, "Alhamdulillah. Terimakasih sayang. Anak kita laki-laki," ucapku tergugu, sambil menciumi kening Rina dan menarik wajahnya untuk masuk ke dalam pelukanku.

Istriku tercinta juga langsung menangis haru dalam pelukanku.

Aku tahu, walau Rina tak mengatakan apa pun padaku, tapi aku tahu pasti, kalau saat ini, istriku tercinta pasti sedang mengucap beribu syukur pada Sang Ilahi. Sama seperti apa yang sedang kulakukan saat ini. Aku dan Rina, sedang sama-sama merasakan rasa bahagia yang luar biasa besarnya karena akhirnya penantian, doa, harapan, dan semua usaha kami telah berbuah manis, berhasil, dan kini menjadi hadiah terindah di dalam kehidupan rumah tangga kami.

Aku mengeratkan pelukanku pada Rina, lalu berucap tulus dalam hati, "Ya Allah, terimakasih. Terimakasih atas semua rahmat dan kasih sayang-Mu. Sehingga saat ini, aku masih bisa memeluk erat tubuh istriku."

Aku menegakkan tubuhku. Dan saat bayi laki-laki yang baru terlahir ke dunia beberapa menit yang lalu, kini telah diletakkan di atas dada istriku, rasanya detik ini pemandangan terindah benar-benar sedang tersaji dengan begitu mengharukan di hadapanku. Bagaimana istri dan juga putraku sedang saling berpegangan tangan dengan penuh cinta dan juga tangis yang sangat haru.

Aku makin menangis, seiring dengan gerakan tanganku yang kini ikut mengusap pipi gembil putraku. Dan saat aku sudah mulai merasakan bagaimana lembut dan nyatanya keberadaan buah hatiku, rasanya saat ini, aku benar-benar sedang menggenggam semestaku. Dunia baru yang akan semakin membuatku harus selalu bersyukur pada Tuhanku. Juga hal terindah yang akan membuatku semakin mencintai istriku.

Dan kini, aku mulai mendekatkan diriku pada telinga putraku, untuk melantunkan kalimat pertama yang harus putraku dengar ketika ia hadir di dunia. Lantunan azan untuk memberitahukan pada putraku, bahwa lahirnya ia ke dunia ini adalah berkat dari Sang Maha Kuasa. Bahwa hadirnya bukan hanya karena kedua orangtuanya, tapi ada Dzat yang lebih perkasa di atas segalanya. Dan ketika lantunan azan itu telah selesai kuucapkan, bersamaan dengan berhentinya tangis putraku dalam dekapan istriku tercinta. Rasanya hari ini, detik ini, aku benar-benar telah menjadi seorang pria yang sempurna, karena telah berhasil melaksanakan tanggungjawab dan kewajiban pertamaku sebagai seorang Ayah di dunia.

Kali Kedua [After Marriage] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang