💙 Mas Rezky
Baru keluar dari ruang kerjaku, aku langsung terkekeh geli karena melihat pegawai kepercayaanku, sekaligus adik laki-lakiku, yang saat ini sedang termenung dengan sangat lesu.
Segera mendekati tempat Satrio berada, aku ingin menanyakan ada apa dengan ekspresi sendu penuh risau serta khawatir yang sedang ia punya.
"Kamu kenapa, Yo?" tanyaku sambil menepuk pelan bahu Satrio.
Kukira, tepukanku biasa saja. Sudah kuusahakan sepelan yang aku bisa. Tapi ternyata, Satrio tetap terkejut di tempat duduknya. Jadi sepertinya, Satrio memang sedang banyak sekali pikiran seperti apa yang telah aku duga sebelumnya.
"Kamu lagi ngelamun ya?" ucapku setelah aku mendudukan diriku tepat di sebelah Satrio berada.
Bukannya langsung menjawab pertanyaanku, Satrio justru menghela napasnya terlebih dahulu.
"Aku nggak papa, Mas."
Aku langsung memberikan senyumanku. Tahu betul kalau jawaban Satrio saat ini sedang tak jujur kepadaku. Karena sudah terlihat jelas dari bagaimana berantakannya Satrio saat ini di hadapanku. Jadi Satrio pasti memang sedang berusaha untuk menyembunyikan sesuatu dariku.
"Kita kenal bukan baru sekarang, Yo. Bukan baru sebentar. Bukan juga baru hitungan hari atau minggu, tapi udah tahunan."
Satrio terdiam di sisiku. Jadi aku segera memberikan tepukan halusku, "Jadi Yo, masih mau nyembunyiin sesuatu dari aku?"
Lagi, Satrio menghela napasnya dengan sangat berat seperti tadi.
"Kelihatan banget ya Mas?"
Aku langsung menganggukan kepalaku tanpa ragu, "Buatku, iya. Jadi Yo, ada apa? Mau cerita?"
Untuk kesekian kalinya, Satrio kembali menghela napasnya. Tapi setelahnya, aku bersyukur karena Satrio mau menolehkan wajahnya, walau dengan ekspresi sendu seperti sebelumnya. Tapi aku tetap bahagia, serta bisa bernapas lega, karena sepertinya, kali ini Satrio akan mau untuk berbagi kesulitan apa yang sedang ia punya.
"Aku lagi bingung, Mas."
"Bingung kenapa?"
"Galau, Mas."
"Galau kenapa? Kamu baru putus lagi?"
Mendengar pertanyaan dariku yang seperti itu, Satrio justru langsung mendengus keras ke arahku. "Bukan itu, Mas. Lagian, aku udah lama banget nggak pernah pacaran lagi."
Aku langsung terkekeh geli, karena mendengar sungutan dari Satrio saat ini. "Masa si?"
"Serius, Mas. Aku udah jadi anak baik sekarang. Udah nggak pernah pacaran. Udah nggak pernah ngajak jalan anak orang. Udah nggak pernah pegang-pegang tangan perempuan sembarangan. Soalnya, aku pengin kaya Mas Rezky."
"Pengin kaya aku? Maksudnya gimana?"
Satrio memberikan senyum tipisnya padaku. "Kenal Mas Rezky udah lama. Dan lihat setiap usaha besar yang Mas Rezky lakukan selama ini, jelas kasih pelajaran dan pengaruh besar buat aku, Mas. Aku bukan pria berhati batu. Jadi jelas kalau aku juga pasti akan tersentuh dengan setiap hal baik yang ada di sekelilingku."
Aku terkekeh lagi, lalu menepuk bahu Satrio beberapa kali. "Kamu mau muji? Atau mau ngeledek aku, Yo? Kok jadi kaya ada manis-manisnya kaya gini?"
Satrio kembali memberikan dengusannya padaku, "Aku serius, Mas. Ah Mas Rezky mah gitu. Kalau mau diajak manis-manis sama aku, cepet banget dibikin buyar."
Aku masih saja terkekeh seperti tadi. Walau kini aku sudah berusaha keras untuk menghentikannya, supaya aku bisa segera mendengarkan lanjutan cerita dari adik laki-lakiku satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [After Marriage] ✔
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] SEQUEL "KALI KEDUA" Entah seberapa...