34. Kehidupan sang Mr. Perfect

504 104 126
                                    

Waktu berjalan cepat, tiba-tiba saja Januari sudah berlalu, dan datanglah Februari yang sangat menyiksa bagi kelas 12. Sebab di bulan ini mereka harus mempersiapkan UTBK dan USEK, belum lagi UPRAK yang sudah di depan mata.

Di bulan inilah kalian juga bisa menemukan siswa-siswi kelas 12 membawa buku-buku tebal dengan muka lesu. Masjid pun mendadak penuh, entah untuk Sholat Wajib ataupun Sholat Sunnah.

Padahal biasanya, jangankan Sholat Sunnah, Sholat Dhuhur yang di lakukan di jam istirahat ke-2 kadang di skip oleh mereka. Fakata bahwa, kelas 12 secara tiba-tiba akan lebih religius di bulan Februari sampai penerimaan SBMPTN sudah seperti musim yang setiap tahunnya akan terulang. Begitupun 4 sekawan yang makin rajin belajar dan Sholat.

Walaupun tidak berencana kuliah, tapi Senja tidak ingin nilai kelulusannya jelek. Karena itu ia sering minta belajar bersama para sahabatnya yang pintar-pintar. Perihal Langga yang menyatakan perasaan padanya, membuat gadis itu sedikit memberi jarak pada Langga.

Langga sejak awal sadar Senja mencoba menjauh darinya, ia tau hal seperti ini akan terjadi. Selalu ada sebab akibat dalam setiap tindak tanduk kelakuan kita di bumi manusia ini, dan menjauhnya Senja menjadi akibat yang ia dapatkan.

Bukannya kesal, Langga malah menganggap tingkah laku Senja saat menghindarinya itu lucu. Seperti saat ini saat mereka berpapasan, Senja akan berusaha berbalik arah ataupun mencari jalan memutar supaya tidak berpapasan dengannya. Ada juga saat Langga berusaha mengajak Senja bicara maka jawaban gadis itu selalu singkat, lebih singkat dari biasanya.

"Sen, nanti mau bareng gue?" tawar Langga. Memang Empat Sekawan itu punya rencana untuk kerja kelompok di apartemen Ares sehabis Magrib.

Senja yang di ajak bicara Langga jadi gusar. Bukannya menjawab pertanyaan mantan OSIS itu, Senja malah menggeleng canggung lalu melarikan diri.

"Senja lo apain, Lang?" bisik Ares yang curiga dengan kelakuan Senja beberapa hari terakhir. 

Langga tersenyum tipis. "Nggak gue apa-apain," ucapnya.

*

Sepulang sekolah, tepatnya sehabis Magrib 4 sekawan berencana bertemu untuk membahas tugas UPRAK prakarya yang mereka kerjakan bersama.

Di apartemennya, Ares sedang menunggu kawan-kawannya datang sambil mempersiapkan cemilan di atas meja. Sedangkan sejak tadi, ponselnya terus berdering karena pesan juga panggilan dari Jasmine, tunangannya. Walaupun menyadari hal itu, Ares tak kunjung mengangkat ponselnya.

Ares memang sedikit menghindari Jasmine dengan alasan sibuk mempersiapkan ujian-ujian. Mungkin sudah seminggu ia memberi jarak, dan lebih dari 2 hari ia sama sekali tidak membalas pesan maupun mengangkat telefon dari tunangannya itu.

Entah keberanian dari mana yang merasukinya hingga melakukan ini. Pikiran tentang keluar dari sangkar emas, terbebas dari belenggu gadis cantik yang tak pernah ia cinta, akhir-akhir ini terus menggema di otaknya.

Tett! Tett!

Suara bel apartemennya berbunyi, dengan terburu-buru Ares membukanya. Ia pikir itu adalah teman-temannya yang akan kerja kelompok. Namun tebakannya salah, setelah ia membuka pintu, seorang gadis yang mati-matian ia hindari tengah berdiri di depannya dengan wajah masam.

Mata Ares melebar melihat gadis itu. Ia menggosok tengkuknya yang tidak gatal, mengekspresikan perasaan tidak enaknya.

"Kaget banget liat tunangan sendiri," sindir Jasmine.

Tanpa mengindahkan Ares yang masih kaget, gadis itu masuk ke apartemen tunangannya. Di ruang tamu, Jasmine melihat sebuah vas, dengan sengaja ia menyenggol vas sampai pecah.

Be Happy! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang