Tinggal 2 part lagi menuju ending Gengs...
.
.
.
.
Happy Reading!!!
.
.
.Seminggu sebelum keberangkatan anggota pertama 4 sekawan, yaitu; Ares. Helen dan Senja memutuskan untuk pindah ke kontrakkan. Hal itu membuat 4 sekawan benar-benar disibukkan dengan acara pindahan ini, dari mengemas barang-barang, hingga membersihkan rumah yang akan mereka tinggali.
Helen juga mengambil keputusan besar lain dalam hidupnya. Delapan puluh persen barang-barang branded-nya-seperti tas, baju, sepatu, serta aksesories lainnya-ia jual. Tak butuh waktu lama untuk ia menjual barang-barang itu, karena 'mami' dengan senang hati membelinya.
'Lagi pula gue mau pergi, nggak ada gunanya barang banyak-banyak,' ucap Helen kala itu.
Beberapa perabotan memang Helen rencanakan untuk mengisi tempat tinggal mereka-seperti kasur, tv, kulkas, dan peralatan dapur. Sisanya adalah barang-barang favorit yang susah payah Helen pilih.
Karena berhari-hari menyortir, mereka kira barang bawaan mereka tidak banyak. Namun saat hari-H, saat barang-barang itu dikumpulkan, barang-barang mereka terap menumpuk.
"Kalau dikumpulin banyak juga barang-barang kalian," celetuk Langga setelah mengangkat beberapa kardus dari dapur ke ruang tamu.
Ares yang tengah beristirahat di sofa mengangguk. "Padahal udah disortir, tetep aja segini banyaknya. Gimana kalau nggak disortir, coba?" gerutunya.
"Gue juga nggak ngira sisanya masih segini." Helen menatap kardus-kardus di hadapannya dengan frustasi.
Senja datang dari arah dapur bersama Bagas membawa beberapa kardus. Bersama sang adik, Senja kembali mengecek barang-barang yang akan mereka bawa besok. "Udah semua kayaknya."
"Besok kalian pakai jasa pindahan aja," usul Ares.
"Menurut lo gimana, Sen?" Pendapat Senja sangat mempengaruhi seorang Helen dalam mengambil keputusan.
Senja tampak berpikir sejenak. Melihat gelagat sang kakak, membuat Bagas menyadari jawaban Senja. Kakaknya itu pasti tidak setuju karena menyayangkan uang untuk membayar jasa pindahan, dan lebih memilih menyiksa tubuhnya dengan bekerja keras sendirian.
"Gue setuju sama Kak Ares! Lagian kita juga nggak punya mobil buat ngangkut barang-barang ini," desak Bagas, "Iya kan, Kak?" Bagas menyikut Langga yang berada di sampingnya, mencoba mencari masa untuk mendukung gagasannya.
Langga dengan cepat dapat membaca situasi, ia langsung mengangguk setuju. "Bener! Sen, mending pakai aja. Dari pada nanti kamu capek."
Mendengar suara Langga yang sengaja dilembut-lebutkan membuat Helen, Bagas dan Ares serempak memutar mata malas. Jika saja suara itu tidak mampu meluluhkan Senja, Helen sudah berencana memukul cowok itu karena sudah
mengotori pendengarannya."Yaudah, iya ...," ucap Senja akhirnya.
"Oke, gue pesenin sekarang!" Ares buru-buru berkutat dengan ponsel pintarnya untuk memesan jasa pindahan. Ia takut kalau Senja berubah pikiran.
Helen melihat minuman teman-temannya habis, ia berinisiatif mengambilkan minuman kemasan di dapur.
"Mau kemana?" tanya Senja melihat Helen tiba-tiba beranjak dari duduknya.
Helen yang sedikit terkejut dengan gerakan tiba-tiba dari Senja melihat sahabat perempuannya dengan kebingungan. "Mau ambil minum di dapur."
"Biar gue aja!" Senja segera menyela Helen. Gadis itu berlari tak menghiraukan kalau ia sedang kelelahan. Sebisa mungkin ia tidak membiarkan Helen masuk ke dapur.
Pergerakan Senja yang cepat membuat Helen pasrah dan kembali ke tempat duduknya lagi. "Padahal dia sendiri yang bilang, kalau pisaunya uda dimasukin box semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Happy! ✔️
Novela Juvenil[COMPLETE] Apa jadinya jika 4 orang berbeda karakter menjadi sahabat? Senja, si Pendiam yang dijuluki poker face. Helen sang it girl! yang diidamkan banyak orang. Langga, sang ice prince yang susah ditaklukkan. Lalu yang terakhir, Ares, si mr. Pe...