47. Tawaran

526 80 71
                                    

Holaaaa!!! Part ini 3000an kata guys, jadi siap-siap yaa...

Happy reading!!!
.
.
.

Helen masih berjalan gontai, rasanya ia sama sekali tak bersemangat. Sampai bunyi pengumuman kalau tes akan segera dimulai terdengar, Helen masih berjalan pelan, sedangkan orang-orang di sekitarnya mulai berlari menuju tempat tes masing-masing.

Di antar hiruk pikuk manusia yang berlari, Helen yang harusnya juga berlari malah menghentikan langkahnya. Ditatapnya langit yang nampak biru sejauh mata memandang.  Cerahnya seakan memberi harapan kepada siapapun yang di bawahnya, tapi Helen sama sekali tak merasan harapan apapun. Ia merasa gamang, sesak, dan seakan terjebak dalam kegelapan untuk yang kesekian kalinya.

"Gue kenapa lagi. sih?" tanya Helen frustasi.

Rasanya, ada yang salah dengan pilihannya kali ini. Berdiri di sini seakan bukan pilihan yang tepat. Helen memang
bukan seseorang yang bisa berjalan dalam kegelapan. Ia tidak bisa melangkah tanpa tujuan ataupun memalsukan tujuannya.

Helen menghembuskan nafasnya dan mencoba fokus. Ia memikirkan apa benar keputusannya kali ini tepat untuk tes ke jurusan yang bahkan tidak ia sukai, atau mungkin ia harus lari.

Gadis itu meremas tasnya, dan kali ini, ia membalikkan badan. "Nggak, gue nggak bisa!"

Dengan laju cepat si pemilik julukan It Girl itu berlari, bukan menuju tempat tes, tapi menuju luar gerbang. Ia tak peduliu dengan orang-orang yang menatapnya aneh, Gadis itu telah memutuskan,  ia hdarus mencari tujuannya. Ia harus menemukan sesuatu yang membuatnya bahagia hingga lelah pun menjadi hal yang menyenangkan.

*

Kakinya telah berjalan lama, Helen sendiri tak sungguh-sungguh tahu sekarang ia berasa di mana. Gadis itu tak bertujuan, hanya mengandalkan langkah sang kaki yang ingin menjauh dari semuanya.

Entah mengapa Helen merasa begitu kelelahan, yang ia tahu alasannya bukan karena kakinya yang berkelana, tapi sebabnya ada di dalam dirinya. Ada lubang besar yang ia pikir telah sembuh, tapi nyatanya lubang itu semakin besar dan menelannya. Helen terjebak dalam lubang itu, sendirian, hanya ada kekosongan dan kegelapan yang tak berujung.

Kenapa? Helen juga tak mengerti alasannya.

Sang It Girl Itu memutuskan untuk bersinggah di sebuah hotel yang ia lewati. Mungkin dengan beristirahat akan mampu menenangkan jiwanya.

Di dalam kamar yang bertipe Deluxe Room, Helen terdiam melihat refleksinya di cermin. Ia telah mencoba tidur, tapi hanya matanya yang terpejam. Sedangkan otaknya tetap bekerja dan memberikan tekanan.

Ada yang aneh, itulah yang ia rasakan. Bahkan saat melihat pisau di hadapannya kini, suara itu datang lagi. Suara yang sama saat ia mencoba mengiris sang nadi. Suara yang menyuguhkan kenangan-kenangan menyakitkan dan menyuruhnya mati.  

***

Selepas Helen pergi, Senja berbenah rumah dibantu dua cowok kesayangannya.  Bagas bertugas untuk menyapu, sedangkan Senja dan Langga bertugas mencuci piring.

“Kapan berangkat ke Jogja lagi?” tanya Senja tiba-tiba.

Langga yang mengelap mangkok yang dicuci kekasihnya pun menjawab, “Masih lama, mungkin sebulan lagi. Kenapa?”

“Nggak papa, cuma tanya aja.”

“Maaf ya, kita harus LDR,” ucap Langga sendu.

Ketika memikirkan tentang kuliahnya di Jogja yang membuat mereka LDR, cowok itu selalu murung. Hubungan jarak jauh selalu mempunyai reputasi buruk untuk pasangan. Langga tau ia sangat egois ketika meminta Senja menunggunya, tapi ia benar-benar tidak ingin melepaskan gadis itu.

Be Happy! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang