23. Menjauh

699 144 162
                                    

Chapter ini agak panjang... so, happy reading gengs!!!!

.
.
.
.

Sesuai janji, Senja dan Langga menemui Zara di taman belakang sekolah. Sesampainya di sana, mereka melihat Zara yang tengah duduk di bangku taman.

Melihat dua kakak kelas yang menghampirinya, refleks Zara berdiri dan melambaikan tangan. "Hai, Kak!"

Kakak kelasnya yang memasang wajah tanpa ekspresi sedangkan yang satunya lagi memasang wajah dingin itupun hanya tersenyum kecil menanggapi sapaan Zara.

"Sorry lama," ucap Langga si kakak kelas pemilik wajah dingin merasa tidak enak karena keterlambatannya. Andai saja bu Ainun tidak menghadang mereka dan bertanya tentang Helen dan Ares, maka mereka tidak akan membuat Zara menunggu.

Zara tersenyum. "Santai aja Kak, aku juga baru sampai, kok!"

Senja menoleh ke sekitarnya, ia merasa tempat yang di jadikan Zara tempat mereka bertemuj ini terlalu sepi. Hal ini sangat berbeda dengan tempat-tempat yang lain di sekolahnya yang ramai apalagi  sekarang mereka sedang jam istirahat.

"Sepi 'kan Kak?" tanya Zara melihat kebingungan di wajah Senja.

Senja mengangguk kecil.

"Mungkin karena tempat ini agak di belakang sekolah dan ada beberapa rumor kalau taman ini banyak penghuninya, jadinya taman ini sepi. Pokoknya aku jamin kak Caramel nggak bakal tau pertemuan kita," terang Zara.

Setelah itu mereka bertiga memilih tak bicara, atau lebih tepatnya Senja dan Langga tengah menunggu Zara bergelut dengan pikirannya. Gadis yang duduk di kelas sebelas itu kini berusaha mengumpulkan kewberanian untuk berbicara denmgan edua kakak kelasnya tentang sesuatu yang sudah ia persiapkan semalaman.

Diamnya Zara sangat dipahami oleh Langga terlebih lagi Senja. Mereka memberi waktu agar Zara lebih nyaman untuk mengutarakan keinginannya.

Setelah cukup lama mengumpulkan keberaniannya, Zara mulai mengambil nafas panjang dan menghembuskannya pelan. Lalu setelah itu,  Zara memulai pembicaraannya. Gadis itu mulai menceritakan bagaimana awal mula Caramel membullynya dan alasan dibalik itu semua. Tidak lupa ia menceritakan entang ancaman Caramel tentang panti asuhannya.

Senja dan Langga mendengarkannya dengan seksama tanpa memotong sedikit pun. Mereka merasa iba terhadap Caramel karena harus melalui semua ini, juga makin merasa kesal dengan kelakuan dajjal Caramel.

Hingga di penghujung ucapan Zara, ia mulai mernatap mata Senja dan Langga dengan intens.

"Kak ... Aku mau gabung sama kalian. Aku pengen semua orang tau kelakuan kak Caramel!" katanya mantap.

"Lo yakin? Mungkin ini beresiko," tanya Langga yang masih dengan nada dinginnya.

Zara kembali terdiam, lalu mengangguk mantap. Keputusannya kini sudah bulat.
"Aku nggak pernah seyakin ini. Aku bakal terima semua resikonya."

"Oke, rencana kita sederhana. Lo pancing dia dan lo harus ngehubungi kita. Sisanya biar kita yang urus," terang Langga.

Refleks Zara mengernytit mendengar rencana sederhana Langga. Ia telah cukup berani mempertaruhkan hidupmnya sekali lagi, tapi rencana kakak kelasnya itu tidak cukup meyakinkan baginya.

"Kalau lo dengan cepat ngehubungi kita, gue janji bakal ada vidio tentang betapa busuknya Caramel. Dan itu yang jadi alat kita buat ngasih balasan yang setimpalk buat tuh anak," lanjut Langga dengan suara meyakinkan.

Rencana yang ia susun memang sederhana, tapi tingkat keberhasilannya cukup tinggi hingga membuat Langga merasa yakin dengan rencananya. Zara yang awalnya ragu kini mengangguk mengerti, ia akan mengikuti rencana dari kakak kelasnya itu. Baginya yang terpenting adalah semua orang harus tau seperti apa kelakuan asli Caramel yang mereka agung-agungkan itu.

Be Happy! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang