🖤🖤LANGGA.🖤🖤
Langit nampak biru dengan awan indah yang terpajang jelas di seluruh penjuru. Bunga-bunga mekar menghias bumi yang terus berputar sesuai rotasi. Satu kata untuk hari rabu ini: sangat cerah.
Rabu cerah dengan segala keindahannya tak berhasil menutupi mendung di wajah Senja. Walaupun gadis itu mencoba membodohi semua orang dengan terus tersenyum, tapi semua orang sadar bahwa senyum itu palsu. Belum lagi mata sembab miliknya—hasil dari menangis semalam—berhasil membuat penampilan Senja semakin suram.
Berbeda dengan Ares dan Helen yang naik pesawat saat meninggalkan Jakarta, Langga memilih menempuh perjalanan delapan jam menggunakan kereta. Kini ia tengah diantar oleh ayah dan ibunya beserta Senja dan Bagas ke stasiun.
Sejak setengah jam lalu mereka menunggu kereta yang akan dinaiki Langga. Hingga tibalah kereta itu dan sang ice prince harus berpamitan. Dengan langkah pasti Langga menuju kedua orang tuanya untuk berpamitan. Prabu adalah orang pertama yang ia hampiri.
"Berangkat dulu, Yah," pamit Langga sambil membungkuk mencium punggung tangan Ayahnya.
Prabu mengelus rambut anak sulungnya itu, dalam hati ia mendoakan keselamatan, kesuksesan, dan kebahagiaan Langga. Semua doa-doanya itu ia singkat dengan satu kata yang berarti banyak hal. "Hati-hati!"
Lalu sebuah pelukan canggung ia berikan kepada sang anak yang paham dengan kata singkat penuh makna itu. Hati-hati terhadap semua hal yang menyesatkan, hati-hati terhadap dosa, hati-hati salah pergaulan, hati-hatilah terhadap semua yang terasa salah bagimu.
Seorang Ayah dan anak yang hampir sama sifat kakunya, keras kepalanya, hingga sifat dinginnya, saling berpelukan seperti ini adalah hal langkah. Tentu saja pelukan itu tak berlangsung lama, sepuluh detik pun tak sampai. Namun tetap saja, pelukan singkat yang serba canggung dan kaku itu mampu membuat Langga tersentuh. Sebab hal seperti ini telah lama tak dia dapatkan. Seingat Langga, terakhir sang Ayah memeluknya adalah kelas enam SD.
Beralih dari ayahnya, kini sang ibu telah berdiri dengan senyum menenangkan. Sesaat kemudian sebuah pelukan ia hadiahkan untuk anak lanang satu-satunya itu.
"Anak ibu udah besar. Baik-baik di sana, ya. Sholatnya jangan di tinggal!" ucap Ibunya lembut, layaknya seorang ibu yang selalu mendoakan dimana pun anaknya berada untuk selalu sehat dan bahagia.
Dalam dekapan Ratih, Langga tersenyum. "Ibu juga, jaga kesehatan ya! Jangan lupa minum vitamin."
Saat Ratih mendengar suara Langga, ia mulai terisak. Dalam hidupnya, ia tidak pernah berjauhan dalam waktu yang lama dengan putranya itu, wajar saja jika ia emosional saat ini.
"Ibu, uda dong nangisnya," ucap Langga saat pelukannya sudah berjalan cukup lama.
Ratih melepas pelukannya dan membelai kepala Langga lembut. Di setiap belaiannya ada segudang rasa bangga dan tak bosan-bosannya ia selipkan doa-doa untuk sang putra.
Di samping Ratih, sudah ada Bagaskara yang menunggu antrean untuk berpamitan kepada Langga. Langga tersenyum miring melihat Bagas yang sedikit lesu hari ini.
"Kenapa lo lesu gitu? Takut kangen gue?" tanya Langga dengan niat menggoda.
Bagas mencebikkan bibir. "Siapa yang lesu, sih?! Siapa juga yang bakal kangen sama lo," sahutnya sewot.
Sejujurnya di balik sewotnya Bagas, ia merasa kehilangan. Tiga orang yang akhir-akhir ini meramaikan hidupnya dan sudah ia anggap layaknya kakak kandung, harus pergi. Ia merasa kosong. Jika dirinya saja merasa demikian, bagaimana kakaknya yang lebih dekat dengan ketiga orang itu?
Langga cukup peka untuk memahami isi hati Bagas yang walaupun mengatakan tidak, tapi matanya menyiratkan kesedihan. Adik Senja satu itu memang selalu bersikap dewasa atau lebih tepatnya berpura-pura semuanya baik-baik saja. Mungkin itu akan mempan untuk orang luar, tapi tidak untuk 4 sekawan, mereka bukanlah orang bodoh yang mudah ditipu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Happy! ✔️
Novela Juvenil[COMPLETE] Apa jadinya jika 4 orang berbeda karakter menjadi sahabat? Senja, si Pendiam yang dijuluki poker face. Helen sang it girl! yang diidamkan banyak orang. Langga, sang ice prince yang susah ditaklukkan. Lalu yang terakhir, Ares, si mr. Pe...