13. Ice Prince

871 210 190
                                    

PART INI AGAK PANJANG!! SO, HAPPY READING MY DEAR 😘😘
.
.
.

Senja menatap jam di dinding yang ternyata jarum jamnya sudah menyentuh angka sebelas. Tak terasa waktu berjalan cukup cepat dan memaksanya untuk pulang.

"Helen, gue balik sekarang ya," kata Senja.

Semua orang pun sontak melihat jam dinding. Sepertinya hari sudah menuju tengah malam.

"Nggak kerasa uda malem aja ... makasi ya uda jenguk gue, buburnya enak bangettt!" ucap Helen sambil mengacungkan jempolnya.

Langga pun beranjak dari tempat duduknya. "Duluan!" pamitnya singkat sebelum, ia keluar dari ruangan.

Belum sempat Helen dan Ares mengiyakan, cowok dingin itu sudah ngacir duluan. Langga memang suka seenaknya sendiri, Ares dan Helen sudah biasa akan hal itu. Sedangkan Senja sedikit mempercepat gerakannya ketika mengetahui Langga telah keluar ruangan. Meskipun begitu, Senja tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Thanks, ya!" Helen melambaikan tangannya dengan semangat ketika Senja membuka pintu dan keluar ruangannya.

Setelah keluar ruangan, Senja menengok ke kanan dan ke kiri, rasa tidak nyaman merayap di dirinya. Ia mulai ketakutan ketika keadaan bahkan jauh lebih sepi daripada saat ia datang tadi.

"Apa aku minta tolong Ares anterin, ya?"

Wacana itu tak Senja pakai karena takut akan menganggu Ares. Jadi, ia memberanikan diri untuk berjalan sendiri di lorong rumah sakit yang ia benci ini.
Gadis itu pikir, Langga meninggalkannya. Namun ternyata ia salah, saat Senja memberanikan diri melangkah, ia melihat Langga menunggunya di ujung koridor.

Langga tidak tahu betapa berterimakasihnya gadis itu saat tau Langga masih berdiri di koridor.
Membayangkan berjalan sendirian tengah malam di koridor rumah sakit saja membuat perut Senja mulas.

"Langga? Thanks god!" gumam Senja merasa lega. Ia pun mempercepat langkahnya.

"Lo pulang sama siapa?" tanya Langga saat Senja sudah berjalan di sampingnya.

"Taxi," jawab Senja siangkat.

"Bareng gue aja."

Senja menggeleng pelan. "Makasi, tapi gue nggak papa."

"Gue yang kenapa-kenapa," ucap Langga penuh penekanan.

Karena nada bicara Langga yang tidak dapat dibantah, membuat Senja mau tak mau mengatakan 'iya' pada Langga.
Sisi lain dari Langga yang baru Senja ketahui hari ini adalah, cowok dingin ini pemaksa.

Sesampainya di tempat parkir, Senja segera menaiki motor Langga. Sepanjang perjalanan pun mereka tak saling bicara, hanya Senja yang sesekali memberi arah tentang rumahnya. Langga suka kesunyian, terlebih lagi kesunyian malam selalu membuat dirinya nyaman. Tapi baru kali ini ia tidak nyaman dengan kesunyian.

Ya ... mereka masih canggung satu sama lain.

Langga tidak khawatir pulang malam karena keluarganya sedang pergi dan besok baru kembali. Yang ia khawatirkan adalah gadis yang duduk di jok belakangnya.

Apakah ini tidak terlalu malam untuknya?

Apakah ia tidak dimarahi oleh orang tuanya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di benaknya.

Di tengah perjalanan, Langga merasakan belakang Jaketnya diremas. Awalnya remasan itu terasa kecil namun lama-lama semakin terasa. Apalagi ia mendengar suara rintihan samar dari belakang. Jika saja ia tidak ingat tengah membonceng Senja, maka pasti Langga mengira riontihan itu milik kuntilanak. Beruntung si Ice Prince itu punya ingatan yang tajam.

Be Happy! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang