Bisa ditebak, Danu (ayah Senja) tidak akan melepaskan gadis itu begitu saja. Tidak sampai 3 hari setelah mendatangi Senja, sebuah foto diterima si Poker Face lewat chat WA dari nomor tak dikenal yang mengaku sebagai sang ayah.
Foto-foto yang Danu kirimkan berupa selfinya di depan sekolah Bagas. Kelakuan Danu sukses membuat Senja meradang, ia tidak habis pikir dengan apa apa yang yang diinginkan Ayahnya.
"Mau apa lagi sih," gumam senja panik. Ia tidak ingin Ayahnya nekat bertemu dengan Bagas. Keringat mulai muncul di dahi Senja tatkala memikirkan Bagas bertemu dengan ayahnya.
Kekhawatiran dan kegelisahan Senja dirasakan oleh para sahabatnya yang saat ini sedang melancarkan perang dingin.
"Dia nggak boleh ketemu Bagas," ucap Senja dalam hati.
Gadis itu langsung berdiri dari bangkunya, lalu meminta izin kepada guru untuk ke kamar mandi. Ia harus menelepon Bagas cepatnya, memastikan bahwa adiknya aman.
Sesampainya di kamar mandi, Senja bergegas mengeluarkan ponselnya dan menelepon Bagaskara.
Tutt! Tutt!
Panggilannya pertamanya tidak diangkat, membuat Senja semakin panik, sampai-sampai gadis itu menggigiti kuku. Seluruh sel-sel dalam tubuhnya berdoa satu hal, Bagas tidak bertemu dengan bajingan itu.
Ini adalah kedua sekalinya Senja berusaha menelepon Bagas tapi tidak diangkat juga.
"Angkat dong, Dek," rancau Senja.Harapannya terkabul, karena pada panggilan ketiga Bagas menjawab teleponnya. Rasa lega menjalar di dadanya tatkala mendengar suara adiknya di seberang.
"Halo Bagas! Kamu di mana?" sergah Senja.
"Halo Kak, aku di sekolah. Maaf tadi ada pelajaran jadi nggak bisa ngangkat telepon. Ada apa, Kak?"
"Enggak ada ada apa-apa kok. Eumm... Gas, ada yang nyamperin kamu di sekolah nggak?" tanya Senja ragu-ragu.
"Hah? Nggak ada, emang emang siapa yang mau nyamperin aku?"
Senja akhirnya bisa bernapas dengan lega.
"Cuma Firasat kakak yang nggak enak," bohong senja, "Ya udah, Kakak mau masuk kelas dulu. Nanti pulangnya hati-hati, ya."Begitulah akhirnya mereka mengakhiri panggilan. Untuk sejenak Senja bisa merasa tenang. Ia lalu melangkahkan kakinya kembali ke kelas. Tapi ketenangan itu tak bertahan lama, 10 menit sebelum bel pulang sekolah, Senja dikejutkan oleh kelakuan ayahnya lagi.
Ayahnya kembali mengirimkan foto. Potret Danu berdiri di depan gedung yang sangat familiar bagi Senja, Del.Resto, mantan tempat kerjanya.
Tidak lama, foto lainnya menyusul sebuah gambar Danu sedang makan steak di ruangan yang senja yakini sebagai ruangan VIP. Foto itu dilengkapi caption: tempat kerja lo bagus juga, bosnya juga ramah. Kalau gue minta uang yang ke mereka nggak papa kali, ya?
"GILA! orang itu benar-benar sinting!" kesal Senja dalam hati hingga tanpa sadar Senja mematahkan bolpoin di tangannya.
Kejadian itu dilihat oleh Helen yang makin merasa ada yang aneh dengan gadis itu.
"Lo baik-baik saja?" tanya Helen lirih, terlalu lirih hingga Senja tidak mendengarnya. Apalagi saat ini pikiran Senja dipenuhi oleh rasa kesal terhadap Ayahnya yang telah lancang mendatangi adiknya dan chef Tara.
Kebisuan Senja dan kepalan tangan gadis itu membuat Helen tak melanjutkan pertanyaannya. Walaupun kepo setengah mati, Helen tak berani bertanya lebih lanjut ketika melihat raut wajah Senja yang sangat berbeda dari biasanya. Hal tersebut juga dirasakan dua teman laki-laki yang kini duduk di bangku belakang Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Happy! ✔️
Teen Fiction[COMPLETE] Apa jadinya jika 4 orang berbeda karakter menjadi sahabat? Senja, si Pendiam yang dijuluki poker face. Helen sang it girl! yang diidamkan banyak orang. Langga, sang ice prince yang susah ditaklukkan. Lalu yang terakhir, Ares, si mr. Pe...