43. Mimpi Buruk Kembali

560 91 112
                                    

Haii ... Haii ...
cuma mau ngingetin aja, cerita ini kurang 10 chapter lagi, hehe.
jangan lupa pencet bintang yaa, bagiin juga sama temen-temen kalian.

Happy Reading wan kawan!!!!
.
.
.

Gosip tentang Langga dan Senja yang pacaran telah tersebar luas di sekolah. Memang banyak yang bergunjing dan menyebar rumor tak mendasar, tapi itu semua mereda dengan berjalannya waktu.

Sekitar seminggu kemudian, hampir tidak ada yang membicarakan percintaan Langga dan Senja. Para adik kelas sibuk dengan UAS, sedangkan teman satu angkatan Empat Sekawan sibuk belajar SBMPTN, hingga memilih baju untuk promnight dan wisuda yang diadakan satu bulan lagi.

Hal baik lainnya adalah, Ayah Langga yang mendiamkannya akhirnya meminta Langga untuk menghadapnya.

"Kak, nanti habis Isya' Ayah mau ngomong," ucap sang ibu sore tadi sepulang Langga sekolah.

Dan saat ini, setelah shalat Magrib,
Langga tak henti-hentinya melihat jam yang tergantung di dinding. Untuk berbagai alasan, ia merasa gusar.

Sebelum keluar dari kamar, ia mencoba mengintip lewat celah pintu. Langga melihat ayahnya yang duduk di sofa. Beliau membaca koran dengan wajah datar, tapi seluruh posturnya menunjukkan kharisma yang luar biasa.

Hanya dengan melihat sang Ayah membuat nyali Langga menciut. Ia mencoba melemaskan tubuhnya dengan pemanasan, berharap ketegangan itu hilang. Namun nyatanya, kecemasan itu masih ada dan membuatnya tak bisa berpikir.

Ponselnya tak berhenti bergetar karena notif dari grup 'DIAM BUKAN EMAS DI SINI'. Notif-notif itu berisi doa-doa dan semangat  dari teman-temannya yang memang sudah Langga beritahu perihal ayahnya yang minta berbicara.

Sampai akhirnya, seseorang yang belum lama ini resmi menjadi pacarnya meneleponnya, Langga dengan cepat menerima panggilan itu.

"Hallo!" sapa Senja di seberang. Suaranya lembut membuat Langga sedikit tenang.

"Hai ...," jawab Langga.

Dari suaranya saja Senja tahu bahwa sang Ice Prince itu sedang cemas.

"Lang, denger ya! Semuanya pasti baik-baik aja. Aku yakin, Ayah kamu pasti mempertimbangkan mimpimu secara serius."

"Kalau aku nggak diijinin gimana?"

"Sejak kapan sih Langga yang aku kenal jadi pesimis gini?" Senja melanjutkan ucapannya. "Biasanya nih ya, Langga itu cool, penuh karismatik dan selalu optimis."

Langga terkekeh pelan kala Senja cerewet seperti ini.

"Sejak kapan sih pacar aku yang Poker Face ini cerewet dan suka muji ?" goda Langga.

"Mana ada aku cerewet!" kilah Senja dengan malu-malu.

Langga terkekeh pelan. "Barusan tadi!" Ia sangat sungga menggoda Senja.

"Ih, enggak!" elak gadis itu sekali itu.

"Back to the topic! Kamu boleh cemas, Lang, karena itu memang sifat alami manusia. Tapi, jangan cemas berlebihan. Kamu yang pernah bilang, cemas berlebihan nggak akan membantu."

Langga terdiam hingga terdengar suara Senja selanjutnya.

"Lang, kamu ikutin kata-kataku, ya!" ucap Senja halus.

Langga mengangguk. "Iya."

"Tutup mata kamu!" Langga menuruti setiap kata yang keluar dari mulut Senja.

"Tarik nafa dalam-dalam ... dan hembuskan. Tarik lagi ... hembuskan pelan-pelan. Tarik nafas lagi ... lalu hembuskan. Pikirin sesuatu yang bikin kamu merasa tenang dan nyaman."

Be Happy! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang