Young Papa-28

5.2K 908 225
                                    

Kazutora mengerjapkan matanya untuk membiasakan cahaya yang masuk di irisnya. Ia menatap langit-langit ruangan yang didominasi warna krem yang begitu asing bagi nya. Hingga ia sadar sepenuhnya, kalau ia sudah bersama Chifuyu.

Ia menoleh cepat dan menemukan wajah damai milik Chifuyu yang tengah tertidur seraya memeluk pinggang kecil miliknya. Bukan hanya Chifuyu, tapi Baji juga ada bersama mereka. Juga tertidur, masih tercetak jelas raut lelah di wajahnya.

Bocah itu tersenyum, tanpa sadar meneteskan air matanya bahagia. Tidak menyangka akhirnya ia kembali bersama keluarga kecilnya.

"Eunghh, Kazutora kau sudah bangun? " Chifuyu terduduk sambil mengucek matanya. Ia mengelus surai Kazutora lembut. Dan saat itu pula, Kazutora menerjang tubuh kecil papa nya.

"Terimakasih Tuhan, akhirnya Tora bisa bersama papa lagi, hikss... "

"psstt, jangan menangis. Nanti daddy terbangun bagaimana? " Chifuyu berucap jahil seraya mencubit hidung Kazutora.
Bocah itu terkekeh, kemudian merunduk dan mengelus perut Chifuyu yang sudah terlihat membesar.

"Hallo adikku, bagaimana kabarmu? Onii-chan sangat merindukanmu tau. Kau pasti juga sama kan? Jangan nakal ya,jangan merepotkan papa hehe" Chifuyu tersenyum hangat dan memeluk Kazutora.

"Kalian sudah bangun ternyata. " Baji terbangun dan ikut memeluk istri dan anaknya itu untuk menyalurkan kerinduan sangat besar di hatinya.

***

.

.

"arghhhhh... bedebah! "

Pyar

Emma mengamuk dengan mengobrak abrik ruang tamu di rumahnya. Ia memecahkan segala yang dia rasa mengganggu pandangannya.

Wanita itu hancur. Hatinya sakit dengan kejadian yang menimpanya baru baru ini. Dimulai dari kebusukan Kisaki yang terungkap, tidak jadi menikah, bahkan yang lebih menyakitkan adalah ia ditinggal mati.

"Hikss.. bodoh!"

Emma meremas rambut indahnya hingga berantakan. Bahkan wajahnya sudah memerah di penuhi oleh air mata.

Hingga sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

"Siapa? "

Emma terkejut melihat orang didepannya. Tiga orang berbadan besar dengan setelan formal.

"Benarkah ini kediaman tuan Kisaki? " tanya pria berkacamata hitam.

"Kalian ini siapa? Kisaki sudah mati. " Emma berucap dengan nada kecewa dan sedih secara bersamaan. Saat ia ingin menutup pintu, namun sebuah tangan menghentikan aksinya.

"Saya tau, kami kemari hanya untuk menyerahkan ini. " pria itu menyerahkan amplop coklat dan segera di raih oleh Emma.

"Karena tuan Kisaki sudah tiada, maka sebagai ganti hukuman dan hutangnya, kami menyita rumah dan harta yang ada di dalamnya. "

Jederr!!

Bagaikan tersambar petir di siang hari, tubuh Emma menegang seketika. Ia tidak percaya jika hidup nya akan berakhir seperti ini.

"T-tunggu.. menyita rumah ini? L-lalu, dimana aku akan tinggal? " nafas emma memburu, ia meremat amplop ditangannya sambil meneteskan air matanya.

"Saya hanya menjalankan tugas! Ayo cepat. " pria itu memerintahkan bawahannya untuk mengeluarkan barang-barang di rumah itu.

"T-tunggu dulu. Apa yang kalian lakukan. " Emma berlari dan berteriak panik mengikuti langkah mereka.

"Kemasi barang-barang anda nyonya, rumah ini akan saya segel! "

"Tidak! Kumohon jangan lakukan itu. Hentikan itu. Baji tolong aku hiks... " bahkan di saat seperti ini,ia masih menyebut nama mantan suaminya.

Mental Emma down. Ia jatuh terduduk dan hanya bisa menangis meraung di lantai.

Dengan gerakan pelan, Emma bangkit dan mengusap air matanya kemudian berjalan ke kamarnya. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia meraih sebuah koper kecil dan memasukkan bajunya. Hanya baju biasa yang ia ambil, bahkan baju mahalnya pun ia sudah tidak mempedulikannya lagi.

Ia menatap datar sebuah bangunan besar di depannya. Sebuah rumah yang menyerupai istana itu, bahkan yang dulunya ia sombongkan, kini sudah tersegel.

Ia berbalik arah, hatinya sudah pasrah sekarang. Ia bingung akan tinggal dimana setelah ini? .

Sambil menarik kopernya, ia pergi meninggalkan kawasan kompleks elite itu.

Sudah beberapa menit ia berjalan tak tentu arah. Kaki nya sudah pegal, ia sudah haus dan perutnya lapar. Ia baru ingat jika ia tidak memiliki uang sepeser pun.

"Astaga, bagaimana ini? Apakah aku akan tidur di pinggir jalan? " gumamnya setelah duduk di tepi pembatas jalan.

Ia menelusupkan wajahnya dilipatan sikunya. Berharap sebuah keajaiban menolongnya.

Ting

Seperti teringat oleh sesuatu, ia merogoh ponselnya dan mendial nomor di dalamnya.

"Ayolah angkat, kumohon! " Emma menggigit bibir bawahnya berharap orang di seberang mengangkat panggilannya.

Beep

"Moshi-moshi... "

***

Sedangkan di kediaman Baji....

Terdengar suara tawa memenuhi ruang keluarga. Tampak sekali disana ada Baji yang tengah bercanda bersama anak dan suaminya. Ya mereka memutuskan untuk pulang kerumah setelah bermalam di apartemen.

"Hahaha, daddy sudah cukup hentikan... geli daddy hahaha.. "

"Haha kau mau lagi? " Tangan Baji terus menggelitiki pinggang Kazutora hingga bocah itu tertawa keras. Melupakan sebuah kesedihan yang di alaminya baru-baru ini.

"Mikey, kau mau kemana? " Baji menghentikan aktivitasnya dan beralih menatap Mikey yang sedang terburu-buru.

"Ano, maaf Baji-sama, saya ada urusan mendadak. Bolehkah saya pergi? "

"Silahkan, kau boleh pergi. Selesaikan urusanmu. " ujar Baji mengizinkan.

"Terimakasih Baji-sama, saya pergi dulu" Mikey membungkuk sejenak kemudian berlari menuju bagasi untuk mengambil mobilnya.

Selepas kepergian Mikey, kini tatapan Baji beralih ke Chifuyu. Tangannya terulur untuk menyentuh perut dimana sang malaikat kecil nya berada. Hingga membuat Chifuyu tersentak kaget.

"Chifuyu, kurasa hari ini jadwal check-up mu. Ayo kita ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan bayi kita. " Baji berucap sangat lembut hingga membuat jantung Chifuyu berdebar dan wajah bersemu.

"Iya benar Baji-san. " jawab Chifuyu malu-malu.

"Tunggu apalagi daddy, ayo kita berangkat sekarang. " Kazutora mengguncang lengan ayahnya.

"Iya iya baiklah. Kalian bersiaplah, aku aku akan memanaskan mobil sebentar. "

"Yeay, ayo papa kita bersiap. "

"Sesuai perintah tuan muda, eh" Chifuyu menutup mulutnya dan mengundang gelak tawa keduanya. Suaminya tersenyum seraya mengusap rambut Chifuyu lembut.

***

.

.

.

.

Mikey menatap ponselnya tidak percaya. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimal untuk menuju alamat yang dikirimkan oleh seseorang.

Ia memacu mobilnya, menyalip truk-truk besar dan melewati tikungan tajam. Tak butuh waktu lama, sampailah ia di sebuah jalan yang tak begitu di kenalnya.

Matanya mencari sesuatu hingga berhenti di satu titik. Ia dengan cepat melajukan kendaraannya kearah taman depan. Mikey menepikan kendaraannya dan turun dari mobilnya. Dengan cepat, ia melangkahkan kakinya menuju sesorang yang tengah duduk di kursi taman.

"Emma... "

"Manjiro-nii "

TBC

Young Papa • Bajifuyu[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang