Cinta Dalam Hujan

5 2 0
                                    

Dimalam hari.

Seperti biasa Aku mengunjungi makamnya secara diam-diam dan itu cuma pada malam hari doang. Bukan sebulan apalagi seminggu sekali, tapi setiap hari.

Keningku menyatu dengan nisan sosok yang masih sangat Aku cintai sampai sekarang.

"Ken, elo tahu?" Kata Aku tersenyum manis. "Sekarang masa idah gue udah lewat. Sekarang gue udah pisah dengan si brengsek itu. Dia yang gak hanya merengut paksa gue tapi juga membuat takdir memisahkan kita berdua. Gue bersyukur banget gak terikat lagi ama dia dan malahan hak asuh Putra kita jatuh ama gue. Gue bahagia banget. Dengan begitu gue bisa sering bawa Ken kecil ama elo."

Iya, setelah lima tahun menjalani pernikahan yang sangat kubenci itu akhirnya berakhir juga. Meskipun brengsek itu melepaskanku karna gak bisa lagi membuatku mencintainya dan minta maaf telah melakukan cara yang sangat brengsek untuk bisa menikah ama Aku, tapi hatiku masih belum bisa memaafkannya.

Begitu juga Aku beri nama Putraku dengan nama Ken karena ingin anakku hidup dalam diri Ken meskipun Ken bukan ayah kandungnya.

Mata Aku berkaca-kaca. "Padahal Ken masih baru masuk TK tapi Putra kita sangat tahu dan mengerti betapa Ibunya sendiri gak mencintai Ayah kandungnya."

Tetesan air mataku menetes.

"Andai aja gue gak ngatain itu mungkin elo bisa tahan sedikit dan setidaknya bisa melihat gue untuk terakhir kalinya. Maafin gue, Ken." Kataku masih sangat menyesali salah satu alasan Ken tidak ingin lagi bertahan hidup.

Aku akan terus menangis dan menangis meskipun nantinya Aku tidak bisa lagi mengeluarkan air mata. Hatiku akan selalu menangis dan sangat merindukannya.

Hingga untuk sekian kalinya Aku ketiduran di kuburannya.
.
.
.

Cerpen

.
.
.
Perlahan kedua mataku terbuka.

Untuk sekian kalinya Aku sudah berada dikamar. Lebih tepatnya ini kamarnya Ken. Bahkan meskipun Aku sudah menikah dengan si brengsek itu Aku gak tinggal bersamanya dan memilih tinggal dirumah peninggalan Ken, tidak perduli Dia juga tinggal disini Aku sudah mendekrasikan seumur hidupku akan tinggal disini.

Aku menoleh melihat Putraku tidur dengan tenang. Meskipun wajahnya sangat mirip sekali dengan ayah biologisnya tapi hatiku masih sangat menyayanginya sama seperti Aku masih sangat mencintai Ken, apalagi sifat dan wajah tidurnya sangat mirip sekali dengannya membuatku semakin menyayanginya sebagai seorang ibu.

'Pasti Aku sangat merindukanmu sampai-sampai Putra kita begitu mirip denganmu.' Dalam hatiku mengelus sayang rambut Putraku.
.
.
.

Cerpen

.

.
.
Pagi harinya.

Aku menyiapkan sarapan bersama Bi Ina dengan seorang gadis yang gak lain adalah adik tiri dipihak ayah.

Sudah 5 tahun Zia - adik tirinya Ken tinggal satu rumah ini denganku begitu juga Bi Ina yang sudah dianggap seperti ibu kandungnya oleh Ken.

Semenjak kematian Ken, Zia memutuskan hubungannya dengan orangtuanya terutama Ayahnya karena kecewa. Kelihatannya saja Zia gak tahu kalau Kakak tirinya itu semasa hidupnya gak mendapatkan kasih sayang dari orangtua biologisnya, padahal diam-diam Zia menangis melihat Ken diabaikan oleh ayahnya sendiri apalagi tahu kalau ibu kandung Ken juga tidak kalah sama dengan ayahnya. Ditambah lagi ibunya begitu membenci kakak tirinya yang selama ini disayanginya. Apa mentang-mentang anak gak diinginkan dari kesalahan satu malam dua beda agama saja cuma bertanggung jawab dari segi keuangan saja? Apa dari segi kasih sayang gak diberikan saking gak diinginkannya? Kenapa gak dari awal digugurkan aja?

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang