Pernahkah didunia ini seseorang yang mencintai seseorang tapi sayangnya dia sudah meninggal dunia, masih mencintai dia yang sudah menjadi arwah menakutkan karena urusannya belum selesai, tapi masih tetap mencintainya walaupun dia sudah kembali kealamnya dengan tenang?
Jika ternyata tidak ada seseorang yang seperti itu itu artinya cuma Aku satu-satunya seseorang yang seperti itu.
Berawal Aku sangat mencintai seorang gadis yang juga sangat mencintaiku dengan sangat tulus. Bahkan saking Dia mencintaiku dia berusaha keras untuk menolak perjodohan keluarganya hanya demi cinta kami berdua.
Tapi Aku hanya sekadar kekasihnya sehingga Aku tidak bisa menghentikan perjodohan gadis yang paling Aku cintai.
Hingga dihari pernikahan itu tiba Aku sangat kacau balau dengan hatiku yang sangat sakit sehingga Aku menerima ajakan teman-temanku untuk pergi ke klub malam.
Salah satu temanku yang mengemudi kendaraan tersebut tidak sengaja menabrak seorang gadis yang memakai pakaian pengantin yang berwarna merah.
Saat kami semua keluar ternyata gadis yang temanku tabrak itu tidak lain adalah Dia. Pasti Dia kabur dari pernikahannya itu.
Hatiku sangat sakit dan sangat menyesal mengetahui kalau Dia sudah tiada. Kenapa Aku tidak datangi pernikahannya jika tahu Dia akan senekad itu? Kenapa?
Meskipun Aku terlihat baik-baik saja tapi tidak dihatiku yang sangat meratapi kematiannya.
Aku sangat marah teman-temanku terutama temanku yang telah menabraknya tidak bertanggung jawab. Memang salahku tidak bilang yang ditabrak adalah kekasihku karena waktu itu pikiranku sangat kacau.
Ditengah perjalanan saat mau mencapai ke tujuan Aku meminta temanku menurunkanku disini dengan alasan tidak enak badan.
Untung saja mereka tidak curiga dan menurutinya.
Secepatnya Aku berlari menuju kejadian kecelakaan dan menemukan masih ada, sepertinya karena jalan ini sangat sepi.
Aku mendekapnya sambil menangis sangat keras. Seakan-akan Aku marah kepada alam semesta yang setega itu memisahkanku dengan Dia. Apa tidak cukup kami dipisahkan dengan Dia menikah dengan orang lain? Apa kami harus dipisahkan oleh ruang dan waktu?
Meskipun Aku sangat tidak rela berpisah dengannya tapi Aku tetap harus menguburkannya secara layak. Aku sengaja menguburkannya dibelakang rumahku supaya Aku seorang saja yang mengurus pemakamannya.
Malam Aku bermimpi bertemu dengan Dia.
Aku memeluknya sambil menangis dan meminta maaf karena ceroboh dan setelahnya Aku yang sangat pengecut untuk menyelamatkannya.
Dia malah menggeleng sambil tersenyum. "Ini sudah takdir. Bahkan jika Kamu menyelamatkanku mungkin sudah terlambat, apalagi karena pelaku yang sangat tidak bertanggung jawab."
Meskipun Dia tidak marah dan memaafkanku tapi Aku tetap tidak bisa memaafkan diriku sendiri.
"Oh, iya. Ada sesuatu yang ingin kuberitahumu."
"Apa?"
"Aku tidak bisa kembali kealam sana karena urusanku yang belum selesai."
"Urusan apa? Apa kamu masih ingin aku menikahimu?"
Dia menggeleng geli. "Bukan yang itu."
"Terus yang mana?"
"Aku ingin membalaskan dendamku kepada orang yang telah membunuhku."
Aku ingin mengatakan siapa yang telah membunuhnya tapi entah kenapa mulutku tidak bisa mengatakannya? Kenapa?
Sepertinya Dia mengerti kesulitanku. "Meskipun kamu kesulitan untuk mengatakannya tapi setidaknya sebelum aku mati aku sempat melihat nomor mobil yang telah menabrakku. Maaf ya aku mau tidak mau harus meneror setiap pengguna mobil itu."
Aku mengerti maksudnya. Pelaku yang juga pemilik mobil itu telah menjualnya kepada orang lain karena takut ketahuan oleh pihak polisi. Itu kenapa Aku tidak bisa melaporkannya ke polisi, bukti satu-satunya hilang.
Jadi seperti itulah. Setiap yang memiliki mobil itu akan diteror hingga menjualnya keorang lain.
Hingga mobil itu dibeli oleh seorang pemuda yang memiliki teman yang ternyata memiliki kemampuan spiritual gaib alias indigo. Konflik horor yang tidak seharusnya diterima mereka hingga mempertemukan aku dengan mereka begitu juga kenangan terburuk itu.
Hingga akhirnya pelaku itu ditangkap tapi siapa yang menyangka kalau temanku itu mati karena kecelakaan dimobil itu sebenarnya karena dibunuh oleh Dia.
Tidak hanya Dia lega bisa pergi dengan tenang. Aku juga lega bisa membalas rasa sakit Aku karena telah tega membuat perempuan yang paling Aku cintai selain Ibuku mati.
Aku tidak menyangka kalau sangat merindukannya mempengaruhi kesehatanku. Seberusaha apapun Aku mengurangi rasa rindu itu untuk menyembuhkanku justru malah semakin mendalam.
Hingga akhirnya Aku meninggal dunia disamping kuburannya dan akhirnya Aku dikuburkan bersebelahan dengannya.
Dialam sana Aku dan Dia saling berpelukan erat menyalurkan rasa rindu yang tidak bisa dibalas karena beda dunia. Ternyata Dia tidak kalah rindunya kepadaku.
Disini dan dialam ini juga. Kami berdua melanjutkan kisah cinta juga menikah dan hidup tenang selamanya.
Selesai