Penyesalan sering datang disaat semuanya terlambat. Begitu juga dengan mereka yang merasakan penyesalan yang sudah terlambat itu karena Vina sendiri sudah pergi dan tidak akan kembali lagi.
Selamanya?
Jika bukan karena Vina sering memimpikan Rayhan yang bunuh diri dihadapannya, dirinya tidak akan pernah menginjak kembali kakinya di Indonesia.
Vina tiba diindonesia dan keluar dari bandara tidak sendirian.
Dirinya bersama sosok malaikat kecil yang sudah berusia beberapa bulan.
Baby Ravin. Buah cinta Vina dengan cowok yang selalu dirindukan, Rayhan. Cowok kecil yang bahkan ayah kandungnya sendiri tidak tahu kalau dia benaran ada.
Vina sengaja membawanya selain dirinya tidak punya siapa-siapa di Amerika selain sahabatnya yang kebetulan lagi sibuk akhir-akhir ini, Vina rasa sudah saatnya Rayhan tahu tentang adanya Baby Ravin. Entah bertanggung jawab atau tidak pun Vina tidak mempermasalahkannya. Setidaknya Vina tidak akan kebingungan saat Ravin bertanya tentang ayah kandungnya.
Pas saat Vina menunggu taksi online nya datang ia bertemu dengan Kak Arvin, kakaknya.
"Vina!" Kata Kak Arvin langsung memeluk adiknya.
"Kamu selama ini kemana aja?"
"Aku lanjut kuliah di Amerika, Abang. Kebetulan aku dapet beasiswa." Jawab Vina.
Tidak sengaja Kak Arvin melihat seorang bayi laki-laki yang digendong Vina. Bayi laki-laki itu mirip sekali dengan Rayhan.
"Jadi apa yang dikatakan Rayhan itu benar?!" Kaget Kak Arvin.
"Apa maksud?" Tanya Vina tidak mengerti.
"Kamu pulang mau menemuinya?" Tanya Kak Arvin mengalihkan pembicaraan.
Vina mengangguk.
"Abang tahu dia ada dimana sekarang."
.
.
.Cerpen
.
.
.Entah kenapa semakin Vina melangkah untuk menemui Rayhan mimpi yang selalu menghantuinya semakin terpatri dalam dirinya.
"Abang, kenapa kita kemakam?" Tanya Vina tidak mengerti.
"Katanya kamu mau menemui ayah dari anakmu?"
"Tapi kenapa juga kita kesini?"
Kak Arvin hanya terdiam.
Barulah mereka berdua sampai disebuah makam yang memiliki tulisan yang mampu membuat Vina sangat hancur.
Rayhan Rafisqy Dalbert
Lahir: 200x
Meninggal: 202xVina menggeleng keras dengan berurai air mata.
"Bang, ini bohong, kan? Ini bukan kuburan Rayhan, kan? Ini pasti kuburan orang lain. Pas banget nama kepanjangannya sama." Kata Vina berusaha percaya.
"Jika seandainya saja apa yang kamu katakan itu benar, Adik. Tapi realitanya memang ini."
Tangisan Vina pecah.
"Enggak! Itu gak mungkin! Hiks ... gak mungkin dia pergi secepat ini? Jangan-jangan dia udah tahu kalau perbuatannya berbuah hasil karena itu kenapa dia pergi secepat ini supaya gak mau tanggung jawab. Brengsek! Dia benar-benar sangat brengsek, Bang. Hiks ... ." Histeris Vina berisak keras.