Aku tidak pernah merasakan rasanya dibesarkan oleh orang yang telah membuatku ada didunia ini, apalagi dengan penuh kasih sayang. Bahkan Aku saja lahir prematur.
Mungkin yang tahu kisah kedua orangtuaku mengira kalau Ibuku meninggal dunia karena bunuh diri saat Aku masih dikandungannya. Padahal Ibuku meninggal dunia karena berusaha melahirkanku secara prematur disaat-saat semua orang tidak adil kepada Ibuku dan Kakek-Neneku memisahkan kedua orangtuaku dengan cara yang sangat licik. Keluarga Nenek dan Paman dari Ibuku memanipulasi kejadian sebenarnya tentang kematian Ibuku demi melindungiku meskipun sebenarnya Paman dari Ibuku melakukannya karena cuma ingin Aku tidak bisa bertemu dengan Ayahku. Bahkan Pamanku dari Ayahku saja tidak tahu kalau Aku masih hidup. Apalagi mendiang Ayahku yang meninggal dunia karena dendam Adik dari Ibuku yang bahkan tidak tahu kalau Aku masih hidup. Itu kenapa Aku membenci Adik dari Ibuku itu karena membuatku benar-benar tidak pernah merasakan rasanya kasih sayang dari Ayahku bahkan setidaknya selama sisa hidupnya.
Karena kekuasaan membuat Ayah dan Ibuku harus menderita karena ketidakadilan ini.
Meskipun Aku tahu Ayah dan Ibuku sudah bahagia dialam sana tetap saja Aku tidak bisa memaafkan mereka berdua. Aku memang tidak balas dendam karena Aku sangat trauma dengan dendam yang membuatku kehilangan Ayahku untuk selamanya.
Setelah tahu apa yang terjadi dengan kedua orangtuaku Aku langsung menemui Adik dari Ayahku itu dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Ibuku sekaligus beritahu kalau Aku adalah keponakan yang dikira sudah meninggal dunia itu.
Sudah tentu Pamanku dan keluarganya sangat bahagia mengetahui bagian keluarga mereka yang dikira sudah meninggal dunia dan sangat dirindukan itu ternyata masih hidup. Itu kenapa Aku diizinkan tinggal dengan mereka.
Aku tahu cepat atau lambat Kakek dan Neneku dari Ayahku mengetahui kalau Aku masih hidup. Untungnya saja Aku sudah besar dan bisa jaga diri meskipun Aku tahu mereka sebenarnya sudah berubah tapi hatiku tetap masih belum bisa memaafkannya.
Hingga suatu hari penyakit Kakek dan Nenekku divonis tidak bisa ditolong lagi hingga akhirnya mereka meninggal dunia.
Meskipun Aku masih belum memaafkannya tapi Aku tetap mendatangi Makam Kakek dan Nenekku.
Aku sendirian disini dengan Aku berada ditengah-tengah kuburan Kakek dan Nenekku.
Saat kedua mataku terpenjam kedua mataku Aku seperti berada ditempat yang sangat indah.
Aku melihat pasangan yang masih muda menghampiriku. Aku sangat mengenal mereka berdua. Mereka berdua Ayah dan Ibuku.
Langsung Aku memeluk mereka berdua dengan tangisan tanpa berhenti.
"Aku sangat merindukan Papa dan Mama. Kenapa kalian tega meninggalkan aku?" Isak Aku tidak bisa berhenti menangis.
Orangtuaku tersenyum dengan airmata keluar.
"Mau bagaimana lagi. Takdir membuat Papa dan Mamamu ini berada disini. Tapi setidaknya kami tidak akan dipisahkan lagi dan kami sangat bahagia disini." Kata Papaku menghiburku.
Ingin rasanya Aku tetap berada disini supaya Aku tidak akan berpisah lagi kedua orangtuaku tapi Aku sadar kalau bukan saatnya Aku bisa bersatu lagi dengan Kedua Orangtuaku.
" Louis Sayang, Mama boleh minta satu permintaan boleh?"
Aku mengangguk.
"Tolong maafkan Kakek dan Nenekmu, ya. Supaya mereka arwah mereka berdua bisa tenang."
Aku menggeleng keras. Mana mungkin Aku bisa memaafkannya. Bahkan hatiku saja masih sakit dengan apa yang dilakukan oleh kedua orangtua dari Ayahku.
"Louis, kami tahu kalau kamu masih sakit dengan apa yang dilakukan Kakek dan Nenekmu terhadap kami. Bahkan kami bisa tahu betapa traumanya kamu setiap kali ingin membalaskan dendammu. Tapi mau bagaimana pun mereka berdua tetap Kakek dan Nenekmu, mereka berdua sudah menyesal. Lupakan masalalumu dan maafkan mereka. Cukup Kakek dan Nenekmu tidak bisa merasakan rasanya disayang hidup bersama cucu-cucunya sama seperti kamu yang tidak bisa merasakan rasanya disayang dibesarkan oleh Papa dan Mamamu ini, jangan mereka tidak bisa mendapatkan maafmu." Kata Mamaku memohon.
"Tapi ... ."
"Hidup terlalu singkat untuk merasakan rasa sakit saja. Kami ingin kamu bahagia." Potong Papa. "Cukup Papa dan Mamamu ini merasakan singkatnya hidup, Papa dan Mamamu ini tidak mau kamu merasa yang sama. Putra Papa dan Mama harus bahagia."
Tiba-tiba kedua mataku terbuka dan Aku menatap sekeliling yang ternyata Aku masih dikuburan. Seakan-akan semuanya hanya mimpi begitu juga Papa dan Mamaku yang hanya Aku tahu wajah mereka berdua dari foto saja.
Aku tersenyum sendu dengan meneteskan air mataku. "Sekarang aku sudah mengerti kenapa sampai sekarang aku masih sakit hati dan ingin membalas dendam."
Aku kembali melanjutkan. "Tapi Kakek dan Nenek tenang saja. Aku sudah memaafkan Kakek dan Nenek. Toh Papa dan Mama saja sudah memaafkan kalian berdua, masa anaknya saja tidak bisa."
Entah kenapa rasa sakitku perlahan hilang. Meskipun cuma sedikit demi sedikit tapi Aku yakin pada akhirnya rasa sakit itu bisa hilang juga.
Kemudian tidak sengaja Aku melihat kejauhan arwah Papa dan Mamaku tersenyum manis. Seakan-akan mereka berdua bangga dengan diriku yang berhasil berdamai dengan rasa sakit Aku, ah bahkan Aku merasa sejak awal Papa dan Mamaku memang bangga dengan Aku yang berusaha melanjutkan hidup tanpa harus membalaskan dendam dan berusaha menahan rasa sakit itu.
Aku membalasnya dengan senyuman termanis yang pernah ada dengan air mataku mengalir.
Selesai