#32

40.6K 5.4K 40
                                    

Lelaki itu memundurkan kaki nya dan berjongkok.

"Benda kecil milik siapa ini?berani nya meletakkan benda disini?"

Lelaki itu membicarakan Eri seolah Eri adalah barang.

Lelaki itu memukul wajah kecil itu dengan kelima jari panjang nan indah miliknya.

Plak

Eri terbangun dengan wajah bingung dan sakit.

Eri mengusap hidungnya yang terasa sakit.

Eri membersihkan Crayon nya tanpa menyadari keberadaan laki laki yang sudah berdiri melipat tangan sembari menatapnya sinis.

Sesudah membersihkan Crayon Eri memasukkan kertas itu kedalam tas Crayon kemudian menepuk tangannya yang berwarna,bukannya hilang malah semakin berwarna.

Karena sebal Eri memukul kesembarang arah yang sialnya mengenai sesuatu yang keras.

"Atit"
(Sakit)

Ujar Eri sembari meniup tangannya.

Setelah sadar Eri menatap benda keras itu.

Dan,ah itu kaki.

Kaki siapa?ia kan sendirian?

Papa nya?dengan bahagia Eri mendongakkan kepalanya.

Dan benar saja itu papa nya kan?tapi kenapa ekspresi nya sangat gelap dan rambut papa kenapa berwarna agak coklat?diwarnai kah.

Eri melihat celana papa nya berjiplak 5 berwarna warni karena jarinya.

Karena merasa bersalah Eri memeluk kaki pria itu.

"Maap papa Eli cidak Cengaja"

Lelaki itu memasang wajah penuh senyuman,manis.

Eri tertegun,papanya sangat tampan jika tersenyum.

"Ya tidak masalah, Eri"

Hah kenapa papa nya menyebutnya Eri?biasanya memanggilnya bocah?ah sudahla.

"Ayo ikut papa berkeliling"

Tentu saja dengan senang hati Eri menyambut tangan besar itu.

Melihat kecepatan kaki panjang papa nya berjalan Eri kesal.

"Papa tunggu sebental kaki papa cerlalu panjang Eli teltinggal."

Ucapan Eri membuat pria itu memperlama jalannya.

Pria itu membawanya ke danau belakang rumah,jernih dan ia baru tau ada danau meski jauh dari jangkauan para pelayan.

"Papa Eli balu tau ada cempat yang lebih indah"

Ujar Eri dengan berbinar walau masih menggandeng tangan papa nya.

Papa nya itu tersenyum dan berjalan membawa Eri tepat dipinggir danau dan

Mendorong nya

Eri syok dan terkejut merasakan tubuhnya melayang dan masuk kedalam air tepat ditengah tengah danau dan semakin larut menjauh.

"TOLONG"

"PAPA TOLONG"

jeritan Eri tidak dihiraukan papa nya,malah papa nya itu menyeringai sembari melipat kedua tangannya.

Mengerikan seringaian itu...

Eri merasakan kaki tangan yang masih luka terasa sangat perih,tentu ia tidak bisa berenang jika terluka.

Eri masih berusaha agar tetap dipermukaan dengan panik ia meneriaki papa nya.

Berharap papa nya menolong nya.

Setidaknya tidak seperti dulu ia tidak ingin kembali mati karena orang kesayangannya.

"Pa.."

Suara Eri semakin lirih matanya memerah kebanyakan tertelan air.

"Tolong.."

Akhirnya Eri merasakan kegelapan menjemputnya.

Disisi lain Davian yang masih emosi dengan ayahnya itu, tiba tiba mendengar rintihan bocah itu.

Peduli?tentu tidak davian sangat kesal kenapa ayah nya harus memungut anak itu sedangkan adiknya masih belum ditemukan.

"PAPA TOLONG"

"Pa.."

Mendengar pekikan itu tentu Davian penasaran,apa ayahnya menyiksa anak itu?

Davian berlari menuju hutan belakang danau besar.

Matanya membelalak melihat Bocah itu mulai menutup mata dan tenggelam.

Dengan mempercepat larinya Davian melepas sepatunya dan berenang ketengah danau.

Davian menahan nafas dan masuk dalam air.

Mata tajamnya memindai didalam air biru yang semakin menggelap itu.

Ia akhirnya melihat siluet Eri dan berenang menuju Eri membawanya kepermukaan.

Davian awalnya menyugar rambut basah nya dan meletakkan badan basah kuyup Eri di pangkuannya.

Ia menepuk pipi Eri namun tetap tidak sadar.

Akhirnya Davian berusaha memberi nafas buatan dengan menekan keras dada Eri.

Setelah beberapa kali akhirnya Eri terbangun dan memuntahkan air.

"UHUK UHUK UHUK"

Davian mengusap punggung kecil itu perlahan.

Eri merasa matanya sangat perih dan pernafasannya sesak.

Dengan rakus Eri menghirup nafas dan menatap sekitar.

Davian.

Ia memeluk Davian erat dan menangis kencang.

"UWAAA ATIT"

Lucu.

Davian terkejut dan hanya terdiam kaku.

Tiba tiba Ada suara langkah kaki dari arah Davian berlari tadi.

Orang itu.

Papa nya?

Eri yang menangis menghentikan tangisannya dan menatap syok.

"Papa ata duwa?"
(Papa ada dua?)

Tanya Eri dengan suara serak bingung.

•••

Je papa is erg onbeleefd!! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang