| 23 | Meyakinkan

694 58 1
                                    

Baekhyun meletakkan sebuket bunga Krisan putih didepan dinding keramik hitam bertulisan dua nama dengan tinta berwarna silver.

Ji Joongki | Yoo Yeobin

Genggaman tangannya mengerat pada tangan ramping seseorang, sesekali ia mengusap punggung tangan itu dengan ibu jarinya. Memberi kekuatan.

"Eomma, Appa. Aku datang lagi."

Hera beralih melihat foto Joongki yang tercetak disebelah nama bertinta silver itu. "Appa, kau lihat pria tampan disebelahku." Hera menoleh pada Baekhyun sebentar. "Dia adalah menantu mu. Menantu kalian. Dia suami ku."

Baekhyun sedikit membungkukkan badan. "Annyeonghaseyo eommo-nim, abeo-nim. Baekhyun imnida." Setelahnya Hera merasa genggaman tangannya terlepas. Ia menoleh dan mendapati Baekhyun sudah bersimpuh diatas keramik batu yang menjadi pijakaan. Pria itu bersimpuh diatas kedua lututnya.

"Baekhyun-ssi."

Pria itu menundukkan kepalanya. "Saya meminta maaf atas perbuatan saya kepada putri kalian. Karena saya, kehidupan putri kalian menjadi sulit. Saya sungguh meminta maaf." Hera menyentuh pundak Baekhyun yang naik turun. Baekhyun mendongak menatap dua dinding keramik yang bertulisan nama kedua mendiang mertuanya. "Tapi saya janji, mulai hari ini dan seterusnya saya akan menjaga Hera seperti kalian menjaganya. Saya akan membuatnya bahagia, dengan semua yang saya punya." Hera hendak menyusulnya untuk bersimpuh, namun pria itu mencegahnya. "Saya mencintainya lebih dari saya mencintai diri saya sendiri. Saya akan selalu mencintainya dan menjaganya sampai hembusan terakhir nafas saya." Hera tak kuasa menahan air matanya. "Sekali lagi saya meminta maaf."

Hembusan angin semakin kencang membuat beberapa kelopak bunga berwarna putih yang mereka bawa tadi terbang terbawa angin. Salah satu kelopak itu mendarat tepat didepan Baekhyun yang masih bersimpuh. Baekhyun menatap kelopk bunga berwarna putih itu bergantian dengan kedua nisan mertuanya. Kedua foto wanita dan pria paruh baya itu tersenyum lebar, entah kenapa kali ini membuat darah dan jantung Baekhyun berdesir hebat.

Ia sudah perjanji pada kedua orang tua Hera. Dan kedua almarhum sudah mendengar janjinya dan meminta pembuktian. Setelahnya Baekhyun berdiri tegap disamping Hera.

Baekhyun tersenyum pda Hera, lalu menghapus air mata yang jatuh didua pelupuk mata istrinya. "Jangan menangis sayang."

Ia menyelipkan helaian rambut Hera yang berantakan karena tersapu angin. "Ikut pulang bersamaku ya." Pinta Baekhyun. Masih ada keraguan dan ketakutan didalam diri Hera. Perjanjian dan kesepakatan ia dengan sang peneror. Pergi dari Seoul dan pergi dari kehidupan Baekhyun, ia sudah melanggar keduanya. Entah apa yang akan terjadi setelah ini, Hera takut.

"Aku sudah berjanji tidak akan terluka. Semuanya akan baik baik saja."

Hera ingin menjawab tidak namun entah dorong dari mana ia mengangguk.

"Eomma, Appa. Aku harap pilihanku tepat." Bantinya.

Setelah pulang dari rumah abu, mereka berpamitan pada keluarga Guanlin. Ternyata Baekhyun sudah menyiapkan semuanya, pria itu sudah membeli tiket penerbangan kelas satu untuk menghindari perhatian publik.

Guanlin memperingati Baekhyun dengan ancaman sebelum membiarkan mereka pergi.

Penerbangan dari Jeju-Seoul tidak begitu ramai, membuat keuntungan sendiri untuk keduanya. Mereka diberikan waktu lebih awal untuk masuk kedalam pesawat sebelum penumpang lain naik dan begitu juga saat turun mereka menjadi orang terakhir.

Sesampainya di Incheon airport, supir dari keluarga Byun menjemput mereka dibandara. Mereka tidak langsung pulang ke apartemen, Baekhyun memintanya untuk kerumah keluarga Byun.

Beautiful MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang