Sisi Lain Asma: Elegan

195 38 1
                                    

Assalamualaikum

💜💜💜

"Ya Allah...
Hamba tak ingin jika hamba terlampau bergantung pada harapan yang tak pasti."

###

"Aniya.. Ani."

°°°
"Daehyun-ah, apa ini tidak berlebihan?"

Sambil terus memoles pipiku dengan blush on. Daehyun menjawab, "Nggak lah, Asma. Ini kan untuk acara formal."

"Tetap saja, Dae. Aku takut berlebihan terus jadi pusat perhatian. Di dalam agamaku seorang wanita nggak baik berdandan seperti itu."

"Asma, dengar. Masa kamu nggak bisa bedain sih?" oceh Daehyun padaku, "kamu pikir yah, masa kamu pergi ke acara formal, meeting lagi, kamu nggak dandan yang malu bukan kamu aja tapi juga RM sebagai artist nya kamu, Asma." Lanjutnya.

Sore tadi, kami mendapat pengumuman mendadak. Akan ada pembicaraan yang dilakukan CEO agensi malam ini, para manager dan artist yang ditangani untuk hadir mewakili, tidak hadir semuanya.

Akhirnya aku sebagai manager BTS mewakili pihak manager dan RM sebagai leader grup BTS mewakili anggotanya.

"Tapi tetap aja, rasanya aneh, Daehyun."

Daehyun meraih benda lonjong dan membuka tutupnya, lantas memoleskan ujung benda berwarna merah Cherry pada permukaan bibirku.

"Dae—"

"Jangan bicara, Asma. Nanti hasilnya jelek."tegurnya.

Aku terdiam sebentar, meskipun hatiku bergejolak ingin menolak Daehyun mendandaniku. Aku takut berhias berlebihan karena nanti akan menjadi pusat perhatian. Apalagi pasti banyak orang yang akan melihat. Aku takut dosa karena dandanan ku.

"Aku tadi udah bilang ke RM, katanya nggak papa tuh."

Aku sedikit membulatkan mataku, terkejut, "RM bilang begitu?"

"Aku udah bilang jangan bicara dulu, Asma. Nanti melebar kemana-mana, kamu kaya nggak pernah pakai lipstik aja," Omelnya.

Aku agak heran dengan sikap RM akhir-akhir ini. Aku merasa dia berubah membuat aku bingung sekaligus senang. Aku berharap RM mulai menerimaku walaupun aku tahu itu sangat sulit untuk dilakukan. Tapi, apa salahnya berharap, kan?

Sekitar tiga puluh menit Daehyun mendandaniku. Dari mulai merias sampai menentukan baju apa yang harus ku pakai, model hijab apa yang aku pakai, sampai tas dan sepatu yang akan kenakan. Daehyun memilih Maxi dress berwarna biru dongker dengan detail pepium. Dress yang ku kenakan dilengkapi dengan hijab segi empat berwarna cokelat muda.

"Nah, selesai!" Seru Daehyun.

Dia menarik bahuku dan menghadapkannya ke arah cermin panjang. Aku terkejut saat melihat penampilanku dari pantulan cermin, ini seperti bukan aku. Pakaian dan segala atributnya membuat aku terkesan elegan dan anggun.

"Cantik, kan?"puji Daehyun.

Aku benar-benar tidak percaya bisa berdandan seperti ini.

"Yuk ke bawah. Oppa pasti sudah menunggu." Kata Daehyun sambil mendorongku keluar kamar.

Aku, Daehyun, dan RM berada di dorm untuk bersiap-siap sedangkan member lain tetap berada di agensi.

"Tapi, Daehyun. Aku malu...."

Aku berusaha menahan dorongan Daehyun, tetapi apa dayaku melawan Daehyun yang bertenaga luar biasa.

"Good luck!" Kata Daehyun sambil mengedipkan satu mata seraya turun tangga duluan.

Rasanya pipiku panas. Duh, kok jadi gugup? Aku seperti kepiting kepanasan berdiri di anak tangga paling atas. Turun-enggak, turun-enggak, aku bingung dan malu.

Aku pernah berdandan bahkan hampir setiap hari karena tuntutan pekerjaan, tapi tidak seperti ini, aku takut RM tak suka bahkan malu karena dandanan ku. Aku agak ragu, karena menurutku ini berlebihan dan resiko menjadi pusat perhatian orang-orang, apa lagi kaum ada yang bukan mahramku.

"Asma sudah siap, Oppa," seruan Daehyun membuat degup jantungku semakin tidak teratur.

Ah, bagaimana ini aku akan menghadapi RM?

"Ayo Ama, kita sudah ditunggu yang lain mungkin,"imbuh RM.

"N—nee"

Dengan mengucap Bismilah, aku melangkah menuruni anak tangga satu persatu dengan hati-hati. Heels sepuluh Senti ini sama sekali bukan sahabatku.

Aku melihat RM sedang memasang tali sepatu. Seperti biasa, dia memakai tuksedo hitam dengan dasi berwarna biru tua kehitaman. Dan, seperti biasanya juga, RM terlihat tampan dan berkarisma. Rambutnya tertata rapi. Sungguh ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna.

"Sudah, Ama?"tanyanya sambil membenarkan tali sepatunya.

"Sudah." jawabku setelah sampai di anak tangga terakhir.

RM mendongakkan kepalanya dan menatapku tanpa berkedip. Satu pandangan, lurus. Menjurus. Dan berhenti di sana.

Aku rasa RM melamun?

"RM-ssi?"

"Apa kita berangkat sekarang?"tanyaku untuk menyadarkannya dari lamunan atau entahlah itu yang kini sedang RM lakukan.

Terapi, dia tetap saja menatapku dengan satu pandangan lurus tanpa beraktivitas lain, selain menatapku.

"Namjoon-ssi?" Coba ku sekali lagi.

"O–h ya, Kajja!"akhirnya, dia tersadar,"kita berangkat sekarang?"tanyanya balik.

Aku mengangguk pelan.

RM langsung berdiri dan mengambil langkah untuk pergi. Tetapi tanpa sadar dia melupakan sesuatu.

"RM-ssi, tali sepatu yang sebelah belum diikat."

Lantas RM berhenti dan melirik ke arah sepatunya, "Oh, iya. Aku lupa," tangannya kembali mengikat tali sepatu yang dia lupakan.

Kok aku ingin tertawa ya melihat tingkah RM yang tidak biasa itu?

"Sudah. Ayo berangkat," katanya setelah selesai mengkilat tali sepatunya.

Dia juga berjalan penuh percaya diri seperti biasa. Tetapi kok ke arah kolam renang?

"RM-ssi, pintunya di sebelah sana," tegurku sambil menunjuk arah pintu yang berlawanan dengan arah jalan RM.

Sepertinya dia kesal pada dirinya sendiri, bahkan menepuk jidat dan berucap bodoh berkali-kali sembari memutar tubuhnya untuk berjalan ke arah pintu yang benar.

Terlepas dari itu, aku merasa bahagia bercampur bingung dengan sikap RM seperti ini. Aku berharap Allah segera menunjukan sesuatu yang baik itu padaku. Aamiin.

°°°
Maaf kalo banyak typo 🙏
Dan, semoga ga bosen sama ceritanya ya hehe

;Jangan lupa bersyukur:)

Because They ( Tidak Dilanjutkan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang