Assalamualaikum
💜💜💜
"Mempercayakan semua pada
Tuhan seperti kita hanya perlu
menikmatinya."°°°
Hari ini BTS masih berada di dorm, mereka melakukan kegiatan sehari-hari sebelum berangkat untuk bekerja.Suga sedang duduk di meja makan, matanya terlihat memicing ke arah Asma yang sedang membuat kopi untuknya sambil sibuk bertelepon. Beberapa kali Asma terkekeh bahkan tertawa lepas.
"Telepon dari siapa sih sampai tertawa seperti itu?" Tanya Suga dalam hati. Namun rasa penasarannya itu langsung di tepis olehnya, "kenapa aku jadi kepo? Ama telefon dengan siapa saja toh itu urusannya," tepisnya.
"Ama, sudah belum kopinya?" Katanya.
Asma buru-buru mengambil lepek, "sudah dulu ya, gi. Nanti ketemu di agensi." Ucap Asma meletakan ponselnya disaku setelah mendapat jawaban dari si penelpon. Kemudian Asma segera mengantar satu cangkir kopi untuk Suga yang saat ini tengah duduk di kursi meja makan.
"Ini kopinya," kata Asma meletakan cangkir kopi itu diatas meja.
Detik selanjutnya, wanita itu kembali merogoh saku untuk memungut benda persegi panjang yang beberapa detik lalu bergetar, ada pesan yang masuk. Asma membuka ponselnya sembari memposisikan tubuhnya diatas kursi.
Suga mengangkat cangkirnya untuk meminum kopi. Tiba-tiba Asma tertawa kecil saat melihat isi pesan itu yang sontak membuat Suga meliriknya tajam. Suga kesal karena penasaran, tidak biasanya Asma tertawa tidak jelas seperti itu. Detik itu juga Suga menaruh cangkir gusar, sedikit isinya keluar dan membuat kotor meja makan.
Suga mengira Asma akan beralih fokus ke dirinya. Namun ternyata Asma asik membalas pesan tersebut. Suga jadi kesal sendiri karena tidak dihiraukan. Kemarin Suga menunggu pesan dari Asma tetapi tidak muncul, padahal Asma sibuk membalas pesan dari seseorang. Merasa dirinya kesal, tiba-tiba Suga merampas ponsel itu dari Asma.
"Loh?" Asma terlonjak kaget.
Dengan muka super jutek seperti biasanya, Suga berkata, "mejanya kotor!"dengan nada super datar juga.
Asma melirik meja di depan Suga, memang benar ada percikan minuman kopi disana. Ingin mendengus rasanya tidak sopan. Akhirnya, Asma beranjak dari tempatnya untuk mengambil kain serbet.
Ponsel Asma di tangan Suga kembali bergetar, satu pesan masuk. Hati Suga sudah berusaha menolak untuk melihat pesan itu, hatinya selalu menepis rasa penasaran pada pesan yang membuat Asma tersenyum tidak jelas. Tapi akhirnya, tanpa menunggu lama, Suga swiper layar ponsel Asma. Ada nama Lee Seunggi sebagai pengirim pesan.
////////////////////////////////////////////
Lee Seunggi
Asma! Ke agensi lebih awal dong!
Saya lagi nggak sibuk ini!
Di kafetaria biasa, sendirian!Hahaha, masa sendirian?
Nggak ada temen emangnya?Nggak ada, yang biasa temen kita
Kumpul sibuk, temenku juga
Nyesel sih kemarin maksa lembur.Hahaha, iya iya, sebentar lagi
saya kesana.Oke, asma. Saya tunggu kedatangannya.
Hati-hati, jangan lupa sarapan dulu
I'll always waiting for you, asma.////////////////////////////////////////////////
Suga mendengus. Ada rasa yang membuat dirinya kesal melihat pesan ini. Dia langsung meletakan ponsel Asma di meja karena Asma tengah berjalan ke arahnya.
I'll always waiting for you, Asma. Haah! Mwoya? Lebay. Gerutu Suga dalam hati karena pesan itu.
Asma mengelap sisa-sisa minuman kopi yang tumpah di meja kemudian kembali duduk untuk melanjutkan sarapannya, karena tinggal dia dan Suga yang belum makan pagi. Sebelum itu dia sempat melirik ponselnya yang berada didepan Suga. Asma tidak punya nyali jika asal mengambil ponselnya lagi dari hadapan Suga. Menunggu Suga beranjak dari kursi saja, pikirnya.
"Kemarin kamu kehabisan pulsa ya?"tanya Suga.
"Nggak kok, masih ada," jawab Asma sambil mencomot kimci lalu ditaruh diatas nasi.
"Kehabisan paket internet?" tanya Suga lagi.
"Nggak. Memangnya kenapa?" tanya balik Asma sembari melahap nasinya.
Suga menggeleng. Pria itu ingin memastikan alasan Asma tidak mengirim pesan kemarin. Dan ternyata, bukan karena pulsa atau paket internetnya yang habis. Memang Asma saja yang tidak punya niatan mengirim Suga pesan. Pria itu jengkel entah sebab apa.
Setelah semua yang terjadi, Asma kadang mengirim pesan ke para member hanya untuk mengingatkan jadwal mereka dan menanyakan hal-hal kecil.
"Ponselmu aku pegang," putus Suga yang kemudian membuat Asma berhenti mengunyah dan langsung menelan makanannya.
"Kok gitu?"
"Kamu lalai sama tugasmu sebagai manager karena benda ini. Benda ini tidak bermanfaat," kata Suga kurang masuk akal.
Asma sedikit melongo mendengar alasan Suga memegang ponselnya.
"Loh, kan itu...."
"Katanya nganggep Kaka sendiri, jadi jangan membantah!" sarkas Suga.
Asma langsung terdiam. Pasrah.
"Kami berangkat sekarang saja, tolong panggil member lain yang berada di lantai atas," ucap Suga beranjak.
"Nee," jawab Asma.
"Kami tunggu di mobil. Jangan lama-lama," pungkas Suga sambil berjalan menemui member yang berada di ruang tamu.
Asma menahan napas tiba-tiba Suga bisa seperti itu, bertindak semaunya sendiri. Asma menghembuskan napasnya gusar karena keheranan, sikap Suga dan member lain selalu saja menari ulur hatinya seperti layangan. Asma menahan diri untuk tidak mudah baper karena sikap BTS, terutama sikap yang di tunjukan Suga tadi. Sikap BTS yang terkadang membuat Asma merasa di perhatikan, dia tidak mau lagi di tarik gravitasi takdir yang pada akhirnya menghempaskannya pada jurang realita. Serius, itu sakit!
Apakah hati kita akan remuk, patah atau bahkan berkeping-keping tak berbentuk saat gravitasi takdir menarik keras kita dari angan-angan yang selama ini menjadi impian kita ke dasar jurang realita yang menyakitkan. Sakit dan pedih pastinya.
Gravitasi takdir menarik hatiku untuk mencintai hati yang salah, beberapa kesakitan dan pedihnya cinta sempat menenggelamkan aku di dasar jurang realita yang menyakitkan. Namun, Alhamdulillah, sekarang mereka menerima aku meski tidak sepenuhnya. Rasa cemburu yang ditunjukan itu membuat aku yakin bahwa aku tengah tertarik oleh gravitasi takdir yang indah.—Asma.
°°°
;Jangan lupa bersyukur:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because They ( Tidak Dilanjutkan )
De TodoAsma Qanita Humaira, gadis manis yang akan menceritakan sedikit kisah hidupnya di Negara Korea, tempat 7 pangeran tampan yang sangat ia kagumi. Ini bukanlah cerita keseharian menjadi seorang manager. Bukan juga cerita perjuangan fans agar mendapatka...