"Teman teman ayo kita ke daratan." Ajak Laverty.
"Jangan! Apa kau lupa Dolbée baru saja kembali setelah di culik oleh para manusia di daratan." Ucap Naila.
"Benar apa yang dikatakan Naila." Sahut Harven.
"Tidak apa apa, kita hanya melihat lihat saja ayo lah." Ajak Laverty.
Harven menggeleng, "Jangan, itu berbahaya. Kita terlalu kecil untuk melawan mereka."
"Dasar merman penakut!" Ejek Laverty kesal lalu pergi.
"Apa kalian membenci manusia di darat?" Tanya Dolbée membuat mereka menoleh menatap ke arah Dolbée.
"Tentu saja karena dia sudah menculik mu!" Ucap Harven.
"Mereka itu tidak tau untung. Sudah mengambil ikan lalu merusak rumah kita dengan menggunakan peledak, banyak sekali tempat bermain kita yang hancur karena mereka." Sahut Eugene.
"Mengapa ya mereka menganggap kita jahat? Padahal kita tidak seperti itu." Ucap Naila.
"Mungkin karena mendengar tentang Siren?" Tanya Dolbée.
"Siren? Tentu saja berbeda dengan kita. Siren adalah wanita berkepala burung atau berkaki burung, ia memang sering sekali menyamar seperti kita, namun tentu saja kita berbeda dengan dia." Ucap Eugene.
"Aku tidak mengerti." Ucap Dolbée bingung.
"Siren bisa menyamar seperti kita, yang membedakan nya hanya suara dan fisik. Siren mempunyai suara yang merdu yang biasa menarik perhatian seseorang." Jelas Harven.
Dolbée mengangguk paham, "Jadi sebenarnya Siren itu bukan seperti kita? ia hanya menyamar?" Tanya Dolbée.
Mereka mengangguk membenarkan ucapan Dolbée.
"Hei apa kalian benar benar tidak ingin menemani ku ke daratan?" Tanya Laverty kembali.
"Tidak, kau saja." Ucap Eugene.
"Siapa yang ingin ke daratan?" Tanya Eugenie, saudari kembar Eugene.
"Aku! Apa kau ingin ikut bersama ku?" Tanya Laverty berseri seri.
"Tidak, bukan kan sudah ada larangan untuk kita tidak boleh kedaratan?" Eugenie menyerngitkan dahinya.
"Sekali saja, kita tidak berlama lama hanya melihat saja lalu kembali." Bujuk Laverty.
"Tidak boleh Laverty." Ucap Eugene.
"Dolbée ayo kembali, Ayahanda dan Ibunda mu mencari." Ucap Benji.
"Untuk apa kau kembali?" Tanya Naila kesal.
"Aku hanya di perintahkan untuk menjemput Dolbée." Ucap Benji.
"Tidak perlu! Pergi saja kau, kami sedang bermain."
"Tidak bisa, Raja dan Ratu memerintahkan ku untuk membawa Dolbée kembali." Benji menatap kearah Dolbée.
"Aku akan berbicara dengan Raja dan Ratu é." Ucap Naila mengambil sebuah kerang yang berada di antara ekor ekornya.
"Raja dan Ratu é, Dolbée aman bersama kami." Ucap Naila meniup kerang tersebut.
"Baiklah, tetap berhati hati~" sahut Ratu membuat mereka berdecak senang.
"Ha-ha-ha dasar kau Benji." Ucap Naila membuat Benji memutar bola matanya malas lalu duduk di sebelah Dolbée.
"Bagaimana? Ayolah." Rengek Laverty.
"Laverty sudahlah diam, bukan kan mereka bilang di darat tidak aman? Sudah kita diam saja di sini." Ucap Dolbée.
"Benar apa kata Dolbée." Sahut Eugenie.
"Kalian ingin apa?" Tanya Benji.
"Laverty mengajak kami ke darat." Ucap Harven.
Benji membulatkan matanya, "Jangan, kau ingin mati?" Tanya Benji.
"Tentu saja tidak! Aku masih ingin merasakan menjadi seorang Ratu." Sahut Laverty.
"Jangan gegabah di daratan tidak seindah yang kalian kira, ayo kembali aku lelah." Ucap Dolbée membuat Benji tersenyum senang.
"Kenapa buru buru sekali?" Tanya Eugene.
"Biarkan Dolbée istirahat, ia baru saja pulih." Ucap Harven mengikuti Benji dan Dolbée yang kembali ke istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tri World (END)
Fantasy[Fantasi - Reinkarnasi] [End/Lengkap] Seorang gadis yang terjebak di dua tubuh seorang anak kecil yang berada di 2 dunia lain. Ia merasa dirinya seperti reinkarnasi namun dalam bentuk, keadaan, serta dunia yang berbeda. Dunia pertama dipenuhi oleh...