Namanya adalah Shandy
Dia bukan hal yang penting tapi berharga
Ketenangan yang ia berikan membuat ku bahagia
Terimakasih kepada Shandy yang tetap disisni~ Gilang
Ku lempar jaket yang tadi ku kenakan ke sembarang arah, sekali lagi aku harus pulang dengan keadaan kesal, ini bukan kali pertama aku pulang dengan dipaksa oleh orang-orang kepercayaan papa. Semenjak mama memutuskan pergi yang entah kemana, meninggalkan aku dengan papa yang waktu itu dalam keadaan terpuruk.
Bisnis papa kala itu tidak sebagus sekarang, bisa dibilang berbisnis itu seperti bermain judi tapi mungkin ini versi halal saja, jika menang melawan tantangan bisnis kita akan untung tapi jika kita kalah ya kita harus siap kehilangan semuanya. Dalam keadaan terrendah itulah mama memilih meninggalkan papa dan aku, mungkin mama tidak bisa hidup susah.
Papa marah mendengar keputusan mama, aku ingat sekali malam itu papa mengatakan "kalau kamu mau pergi ya sudah tapi Gilang tetap bersama saya". Mama menerima keinginan papa dengan senang hati, mungkin mama memang tidak berharap aku akan ikut dengannya.
Semenjak saat itu juga kehidupan kami sanggat keras, papa mendidik ku dengan tegas, papa mengajarkan aku bisnis sejak aku dibangku SMP, hingga saat ini papa berharap aku akan melanjutkan memimpin perusahaan yang sudah ia rintis susah payah.
Pesaing bisnis papa cukup banyak dan salah satunya papa dari sahabat baikku sendiri, ini juga yang membuat papa berulang kali melarangku untuk berteman dengan sahabatku itu. Sebenarnya tanpa adanya larangan papa, persahabatan ku dengan teman-temanku sudah bisa dikatakan hancur. Kami kehilangan salah satu teman kami yang dulu jadi orang yang selalu melindungi kami layaknya kakak.
Farhan pria dengan rambut keriting dan menyebalkan itu kini makin terlihat menyebalkan dimataku saat ia memilih bekerja dengan ayah Shandy yang membuat dia berubah sepenuhnya, aku bahkan tidak mengenal anak itu lagi sekarang. Mungkin jika dia meluruskan rambutnya aku akan benar-benar tidak tahu dia siapa.
" hari ini gue ulang tahun tapi satu orang aja ngga ada yang inget, bahkan papa. Yang ada di otak papa Cuma uang, uang dan uang ngga ada yang lain, kenapa ngga sekalian aja sih angkat uang jadi anaknya kesel gue " kataku kesal sambil mengacak-acak rambutku
Sayup aku mendengar suara ketukan dari arah jendela kamar ku, aku perlahan mendekat kearah jendela, apa mungkin maling ?
" Gilang jelek buka woy ! " mendengar suara itu aku yakin ini bukan maling tapi salah satu temanku yang menyebalkan
Aku membuka jendela kamarku dan memintanya untuk masuk, aku secepat mungkin berjalan menuju pintu dan mengunci pintu kamar ku itu.
" ngapain lo disini ? mau cari mati lo ? kalau bokap gue tahu abis lo Shan "
" selamat ulang tahun monyet kesayangan gue nih gue kasih hadiah " katanya sambil memberikan plastik yang berisi ikan koi
" lo beli dimana nih ikan ha ? jelek banget "
Shandy bercerita tentang pertengkarannya dengan seorang ibu-ibu yang ingin membelikan ikan koi tadi untuk anaknya yang sudah menangis tapi Shandy enggan untuk menyerahkan ikan tadi pada ibu dan anak tadi, bahkan ia beralasan ikan itu untuk hadiah temannya yang sebentar lagi meninggal.
" yeee cakep kali tuh ikannya, tadinya gue mau bawa kue, tapi inget kalau ketemu lo gue harus manjat tangga biar bisa sampe kamar lo jadi gue males ribet, yaudah beli ikan deh gue "
" terus kenapa pake plastik ? ngga keren banget sih, segala bilang gue mau mati lagi, gila lo emang "
" terus apa kolam ? ribet bawanya. Besok gue beliin semen bikin sendiri ya kolamnya. Kalau ngga bilang gitu gue bakal kalah lawan tuh ibu-ibu "
KAMU SEDANG MEMBACA
O B A T || U N 1 T Y
FanfictionPastikan sudah baca "Koma", "Titik" dan "tanda tanya" sebelum baca cerita ini terimakasih. Karena jika terus menjadi obat Kapan hati sendiri sehat ? Aku mungkin bukan pemeran utama dalam kehidupan mereka, bahkan aku juga bukan pemeran utama dalam...