37 ~ Runtuh

361 82 76
                                        

Pertahanan ku kini telah runtuh
Harapankupun semakin pupus
Sikap dingin dan cara kalian mengacuhkan
Bagiku sebuah paksaan untuk menyerah


~ author

Banyak hal yang perlahan mulai hilang dari kehidupan Fenly, teman, Nada bahkan kakaknya sendiri juga memilih pergi dari kehidupannya. Fenly terus menyibukkan dirinya di Fen Coffie tidak ingin terus memikirkan apa yang telah lepas dari genggamannya saat ini. Beberapa hari ini Fenly tampak sakit entah memang karena lelah atau karena banyak tekanan yang ia dapatkan.

Adit salah satu karyawan Fen Coffie merasa iba dengan apa yang dialami oleh atasannya itu, bahkan hari ini Fenly sempat tak sadarkan diri karena sakit, awalnya Adit ingin membawa Fenly ke rumah sakit tapi Fenly menolak dengan alasan tidak suka berada di rumah sakit dan lebih memilih untuk tidur sejenak di Fen Coffie.

Fen Coffie memang memiliki kamar yang dulunya ditempati oleh salah satu karyawan Fen Coffie tapi sekarang sudah tidak ditempati lagi karena karyawan tersebut memilih untuk keluar dari Fen Coffie setelah menikah. Adit memperhatikan lagi atasannya itu sebelum meninggalkan Fenly sendirian.

" Selamat datang di Fen Coffie, mau pesan apa kak... Eh bang Gilang " kata Adit yang baru sadar jika saat ini pria yang berdiri didepannya adalah Gilang

" Kaya biasanya aja Dit, Lo sendirian ? " Tanya Gilang sambil memperhatikan Fen Coffie yang cukup ramai tapi hanya melihat Adit yang tampak bekerja

" Yang lain di dapur bang, ada juga yang lagi anter pesenan di luar, ada juga bang Fenly tapi bang Fen lagi sakit jadi istirahat di dalem "

" Fenly sakit ? "

" Gue kira lo udah ngga peduli sama bang Fenly " jawab Adit yang kini mulai menyiapkan kopi yang biasa dipesan oleh Gilang

Ucapan Adit berhasil menampar Gilang, ini pertama kalinya karyawan Fen Coffie ini mengatakan kalimat yang cukup menyakitkan bagi Gilang.

" Dit... Fenly sakit apa ? Udah dibawa ke rumah sakit ? "

" Kata bang Fen, disini jual kopi dan beberapa makanan seperti yang ada di menu tapi maaf bang kita ngga jual informasi, kalau bang Gilang peduli sama bang Fen jangan setengah-setengah. Gue jujur capek liat bang Fen terus dapet masalah kaya gini. Bang Fen itu masih muda, dia orang yang baik tapi keadaan paksa dia buat jadi dewasa, keadaan maksa dia kuat dan keadaan yang maksa dia buat kaya gini "

" Dit gue ngga maksud buat jauh sama Fen, gue sayang sama Fenly, tapi Lo ngga akan ngomong gitu kalau Lo ada di posisi gue "

" Bang Fenly itu Abang dari semua karyawan Fen Coffie, kita sayang sama bang Fen jadi kalau Lo Dateng cuma mau bikin bang Fen makin sakit mending Lo balik deh bang, gue ngga ngerti sama posisi Lo dan juga jalan pikir Lo semua jadi maaf bang jangan minta gue buat ngerti "

" Kasih gue kesempatan buat ketemu Fenly bentar aja Dit, tapi gue mohon sama Lo jangan bilang sama Fenly atau siapapun kalau gue Dateng dan ketemu sama Fenly "

" Kalau Lo tahu gimana bang Fen waktu Lo marah sama dia kaya apa, buat minta ketemu bang Fen aja Lo bakal mikir dua kali, tapi anggap aja gue lagi baik hari ini jadi Lo boleh liat keadaan bang Fen terus pulang dengan penyesalan " kata Adit yang kini memilih untuk pergi dari hadapan Gilang setelah memberikan secangkir kopi yang tadi Gilang pesan

Gilang tidak meraih kopi yang telah Adit siapkan dia memilih untuk melihat keadaan Fenly saat ini seperti apa. Adit benar mungkin setelah ini Gilang akan pulang dengan serangkaian penyesalan. Perlahan Gilang mendekati Fenly dan memeriksa suhu tubuh Fenly dengan punggung tangannya, Fenly demam tinggi wajahnyapun tampak sangat pucat.

O B A T || U N 1 T YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang