Rea jadi penasaran, kira-kira apakah yang akan dikatakan oleh Pak Kelvin kepadanya? Sepertinya sangat penting, karena sekarang wajah Pak Kelvin terlihat sangat serius.
"Yang pertama, jangan panggil saya Pak ketika berada di luar kantor. Kamu bisa memanggil saya Mas atau em ... Sayang juga boleh."
Rea menganga, bagaimana mungkin dia harus memanggil Pak Kelvin dengan sebutan sayang? Padahal kan dia saja belum memiliki perasaan apapun kepada Pak Kelvin.
"Yang kedua, saya minta untuk kamu tidak pernah mempublikasikan pernikahan kita di kantor. Anggap saja jika kita bukanlah suami istri ketika berada di kantor, jangan sampai ada satu orang pun di kantor yang tahu jika kita sudah menikah."
Rea tidak paham dengan permintaan Pak Kelvin yang kedua. Memangnya apa alasan Pak Kelvin tidak mau mempublikasikan pernikahan mereka di kantor? Itu artinya, orang-orang di kantor tahunya jika Pak Kelvin belum menikah.
"Kenapa orang-orang kantor tidak boleh tahu?"
"Pokoknya kamu turuti saja perkataan saya ini, Rea. Karena sejatinya seorang istri itu harus menuruti perkataan suaminya. Saya rasa ini yang terbaik untuk kita berdua."
Rea benar-benar tidak paham, Pak Kelvin seperti enggan untuk mengenalkan dia sebagai istrinya. Apakah karena dia tidak pantas untuk menjadi pendamping hidup Pak Kelvin? Karena jika dilihat-lihat memang seperti itu, keluarga Pak Kelvin yang kaya berbanding terbalik dengan keluarganya yang sederhana.
Apa lagi penampilannya yang selalu apa adanya ini, sangat tidak pantas jika bersanding dengan Pak Kelvin. Tapi kenapa Pak Kelvin mau menikah dengannya? Bahkan pernikahan ini juga atas kemauan dari Pak Kelvin sepihak bukan.
"Saya akan menuruti perkataan Bapak, tetapi jika saya mengetahui alasannya yang pasti," ujar Rea dengan tekad bulatnya.
"Rea, suatu saat pasti saya akan jelaskan kepadamu, tetapi tidak untuk sekarang ini. Setidaknya jadilah istri yang baik dengan menurut kepada suaminya," ujar Pak Kelvin lembut, membuat Rea tidak bisa berkutik apapun lagi.
"Ya sudah, saya setuju, tapi janji bakalan cerita semuanya, ya." Rea menunjukan dari kelingkingnya.
Kelvin menyambut jari kelingking Rea.
"Janji," ujar Pak Kelvin serius.
Sekarang mereka berdua dilanda keheningan, Rea benar-benar tidak nyaman berada satu kamar dengan Pak Kelvin seperti sekarang ini. Walaupun mereka berdua memang sudah menjadi pasangan suami istri yang sah.
"Pak Kelvin sudah makan?" Karena kegugupannya, Rea malah bertanya hal tidak penting seperti itu.
Padahal kan jelas-jelas mereka berdua tadi sudah makan ketika di pesta pernikahan.
"Janggal panggil saya, Pak, ketika berada di rumah. Kan sudah saya katakan untuk memanggil Mas atau sayang saja," ujar Pak Kelvin sembari mengedipkan satu matanya.
"Kenapa mantanya? Kelilipan?" Rea polos sekali, padahal kan tadi Kelvin sedang menggodanya.
"Tidak, saya merasa beruntung karena memiliki istri sepolos kamu." Kelvin hendak memeluk tubuh Rea, tapi dengan cepat Rea menghindar dan akhirnya.
"Aduuhh!!" Rea terjengkang ke belakang, karena tadi dia memang sangat mepet duduknya di tepi kasur.
Kelvin ingin menertawakan Rea sekencang-kencangnya, tapi dia menahan semua itu karena tidak mau jika Rea marah nantinya.
"Sini saya bantu, lagian kamu ada-ada saja." Kelvin langsung menarik tangan Rea.
Tetapi karena tarikan tangan dari Kelvin yang cukup kencang membuat Rea langsung jatuh ke pelukan Kelvin. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Kelvin langsung memeluk tubuh istri kecilnya itu dengan sangat erat.
Sedangkan Rea melotot, dia bahkan tidak membalas pelukan yang diberikan oleh Pak Kelvin. Dia sangat shock dengan apa yang terjadi sekarang.
"Ini kenapa jantung aku kok disco ya, deg-degan banget gila. Tapi ternyata begini rasanya dipeluk sama cowok, nyaman ternyata," gumam Rea sembari tersenyum tipis.
Jujur ini adalah pengalaman pertama untuk Rea, karena biasanya yang memeluk dia adalah Ayahnya atau Bang Rio. Tapi sekarang orang lain, yang mungkin masih asing untuk Rea. Setelah beberapa menit pun, Kelvin melepaskan pelukannya itu dari sang istri.
"Gimana rasanya di peluk sama cowok yang bukan keluarga kamu, seneng gak?" Kelvin hanya ingin melihat reaksi Rea saja.
"Memacu adrenalin," jawab Rea, membuat Kelvin langsung terkekeh mendengarnya.
Kelvin yang gemas pun menoel hidung pesek Rea, ternyata memiliki istri seperti Rea membuat dia senang.
"Ayo kita tidur, besok kan harus pindah rumah," ujar Kelvin dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur.
"Pindah rumah? Aku kan udah punya rumah di sini, ngapain harus pindah rumah segala?"
Pertanyaan dari Rea membuat Kelvin langsung bangkit dari tidurnya. Rea itu memang polos atau hanya pura-pura polos aja?
"Ya kan nggak mungkin kalau kita masih tinggal sama kedua orang tua, Sayang. Karena kita kan sudah menikah, jadi harus mandiri," ujar Kelvin sembari menekan kalimatnya.
Tapi perkataan sayang dari Kelvin membuat Rea senyum-senyum sendiri.
"Sekarang aku udah gak jomblo lagi, ada yang manggil aku dengan sebutan sayang yeee!!" Sorak kesenangan dari Rea dalam hatinya.
Kelvin mengerutkan keningnya, dia melihat istrinya itu malah melamun. Bahkan saat dia melambaikan tangan di depan wajah istrinya tidak direspon sama sekali.
"Rea!!" panggil Kelvin dengan suara agak keras agar Rea tersadar.
"Eh, gimana, Pak?" Untungnya saja Rea langsung tak sadar dari lamunannya itu.
"Ayo tidur, sudah malam." Kelvin kembali merebahkan tubuhnya di kasur dan memejamkan mata.
Rea tidak bisa begini, dia tidak akan bisa tidur jika satu kamar dengan seorang pria.
"Pak Kelvin," panggil Rea pelan.
"Hm." Hanya deheman yang dikeluarkan oleh Kelvin.
"Bapak tidur di sofa malam ini nggak papa? Saya nggak bisa tidur kalau Pak Kelvin ikut tidur di kasur," ujar Rea dengan tidak enak hati.
Kelvin terpaksa membuka matanya kembali ketika mendengar permintaan dari istrinya. Kelvin berusaha memaklumi jika selama ini Rea memang tidur sendiri. Kelvin segera bangkit dari kasur dan menuju ke sofa.
"Bawa bantal, Pak," ujar Rea sembari memberikan satu bantal ke Pak Kelvin.
Tanpa menunggu lama-lama lagi, Kelvin segera memejamkan matanya. Dia tidak masalah jika besok pagi badannya sakit semua karena tidur di sofa, daripada dia membiarkan Rea tidak bisa tidur semalaman. Bahkan sekarang pun Kelvin sudah didalam alam mimpi, karena saking lelahnya acara pernikahan mereka hari ini.
"Maafin aku ya, Pak." Rea perlahan-lahan berjalan ke arah Pak Kelvin dengan membawa satu selimut.
Rea menyelimuti suami sekaligus bosnya itu, tatapan penuh tanda tanya pun Rea keluarkan. Tentang kenapa Pak Kelvin yang mau-mau saja menikahinya dan memilih untuk merahasiakan pernikahan mereka di kantor. Pasti ada alasan besar dibalik semua itu.
"Kalau cerita aku ini dijadiin novel lucu kali ya, judulnya nanti My Bos Is My Secret Husband," batin Rea sembari tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
RomanceDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...