"Rea, apa yang kamu lakukan?" Kelvin berusaha menghalangi Rea dengan mengembalikan baju Rea ke almari kembali.
Rea tidak menjawab, dia terus mengeluarkan bajunya dan memasukannya ke dalam koper. Tidak perduli dengan baju yang Kelvin masukan kembali ke dalam almari. Rea menutup koper tersebut dan hendak keluar dari kamar.
"Sayang, jangan seperti ini. Mari kita bicarakan semuanya dengan kepala dingin." Kelvin mencegah istrinya agar tidak keluar kamar.
"Apa yang harus di bicarakan lagi, Mas? Semuanya sudah jelas bukan. Aku cuman sebagai pelampiasan dan bayang-bayang Ara selama ini. Bahkan semalam, Mas saja mengigau tentang Ara dan menangisinya. Sebegitu cintanya kan Mas sama Ara?"
Rea mengenggam pengangan kopernya dengan erat. Berusaha menghalangi air matanya agar tidak tumpah.
"Rea, Mas bisa jelasin semuanya sama kamu. Jangan membuat persepsi sendiri seperti ini."
"Sudahlah, Mas, lebih baik kita saling introspeksi diri dulu. Tolong jangan halangi aku pergi." Rea menekan semua kalimatnya.
"Tidak, Rea, kamu duduk dan kita bicara." Kelvin masih berusaha membujuk istrinya.
"Minggir, Mas." Rea masih berusaha untuk sabar sekarang.
Kelvin memijat pelipisnya sendiri, Rea benar-benar sangat keras kepala.
"Saya bilang duduk ya duduk!" Kelvin meninggikan volume suaranya.
Rea terpaku di tempat, Kelvin barusan membentaknya. Tidak pernah sekalipun Kelvin membentak dia seperti sekarang ini.
"MAS JAHAT!!" Rea kembali membentak dan memaksa Kelvin untuk menyingkir dengan segala kekuatannya.
Rea berhasil keluar dari kamar dan berlari hendak keluar dari rumah dengan linangan air matanya. Hatinya teramat saking, mengingat tentang dirinya yang hanya menjadi bayangan Ara semata dan bentakan dari Kelvin tadi.
"Rea, tunggu." Kelvin tak tinggal diam begitu saja, dia mengejar istrinya yang hendak keluar dari rumah.
Rea berlari, membuka pintu rumah dengan cepat. Bertepatan itu pula dia melihat Ayah, Bunda dan Bang Rio yang heran menatapnya kini. Rea bahkan langsung memeluk Bundanya dengan erat.
"Rea, kamu kenapa?" tanya Bunda bingung.
Semua orang nampak bingung, Kelvin juga langsung menghentikan langkahnya. Dia tidak menyangka jika Ayah dan Bunda datang ke rumahnya kali ini.
"Bunda, Ayah, Mas Kelvin gak sayang sama aku. Dia cuman menganggap aku bayangan Ara saja. Aku cuman di jadikan pelampiasan saja selama ini. Mas Kelvin nikahin aku karena kisah hidup aku sama Ara itu mirip. Mas Kelvin sayangnya sama Ara, bukan sama aku," adu Rea dengan sesenggukan.
"Dek, apa maksud kamu?" tanya Rio yang sudah mengepalkan tangannya kuat saat mendengar penjelasan adiknya.
Mereka bertiga datang kemari karena Lia baru bercerita kepada Rio jika Rea potong rambut bukan karena ingin, tapi karena mendapatkan bullyan di kantor. Oleh karena itu mereka sekeluarga hari ini datang ke rumah Rea dan Kelvin untuk melihat bagaimana keadaan Rea. Namun, mereka malah mendapatkan kejutan tak terduga seperti ini.
"Mas Kelvin jahat, Bang. Aku benci sama dia. Ini bukti kalau aku cuman bayangan Ara aja." Rea menjauh dari Ayah dan Bunda lalu mendekati Rio, memberikan surat yang dia genggam sedari tadi.
Rio membaca surat tersebut dengan seksama. Rahangnya langsung mengeras dan tangannya mengepal kuat, wajahnya pun memerah karena emosi yang meluap tinggi.
"Ini, tidak seperti yang kalian semua pikiran. Rea bukan bayangan Ara, dan Ara itu sebenarnya adalah —"
"BANGSAT LO KELVIN!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
RomanceDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...