Rea hendak keluar dari kamar, setelah dia mengambilkan baju untuk Lia dan Dea. Namun, Kelvin ternyata berada di depan pintu dan hendak masuk ke dalam kamar. Wajah pria itu terlihat di tekuk, entah masalahnya apa.
"Baju kerjanya sudah saya siapkan, Mas," ujar Rea pelan yang hanya di balas anggukan oleh Kelvin.
Rea kembali melangkah pergi, dia harus segera memberikan baju ini agar Lia dan Dea tidak terlambat berangkat kerja.
Sedangkan Kelvin di dalam kamar, dia melihat kemeja, celana panjang, dasi dan jasnya berada di kasur. Semua itu adalah pilihan Rea, membuat sudut bibirnya terangkat sedikit. Kelvin masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan diri.
Setelah selesai, Kelvin keluar dari kamar mandi. Namun, betapa kagetnya dia ketika melihat Rea sudah duduk di tepi kasur dengan senyuman manis.
"Kamu gak nemenin mereka?" tanya Kelvin sembari mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.
"Enggak, saya mau bantuin Mas buat siap-siap kerja. Saya mau masangin dasi." Rea mengangkat dasi hitam milik Kelvin dengan cengiran di bibirnya.
Kelvin meneguk salivanya kasar, mengingat dasi membuatnya sedikit trauma. Apakah Rea hendak memasangkan dasi untuknya atau mengikat dasi ke lehernya?
"Malah diam saja, mau siap-siap kerja gak, sih?"
Karena perkataan Rea barusan membuat Kelvin tersadar. Dia pun memakai stelan kerja yang sudah istrinya siapkan untuknya. Tak lupa Kelvin melihat wajah Rea yang sepertinya sudah tidak sabar untuk memasangkan dasi untukknya.
"Kamu yakin?" tanya Kelvin setelah selesai memakai bajunya.
Rea mengangguk, lalu berdiri dari duduknya dan mendekati Kelvin. Tetapi, Kelvin rasanya tidak yakin dengan Rea.
"Mas tenang aja, saya semalam sudah belajar memasang dasi dengan Mbak Lia dan Mbak Dea. Sudah lihat dari YouTube juga. Saya kan ingin belajar menjadi istri yang baik untuk, Mas. Yang berguna buat, Mas, bukan hanya bisanya menyusahkan saja." Rea berbicara, sembari memasangkan dasinya.
"Kamu tidak menyusahkan, jangan berkata seperti itu, saya tidak suka!" Kelvin mengatakan semua itu dengan penekanan, karena selama ini dia memang tulus dengan Rea.
"Iya, Mas, terima kasih." Rea memamerkan senyumannya, sekaligus dia sudah selesai memasang dasinya.
Kelvin melihat penampilannya dari kaca. Memang dasinya belum rapi, tetapi dia menghargai Rea yang sudah berusaha. Mungkin nanti dia akan merapikannya.
"Rambutnya saya yang sisirin aja, ya? Sekarang Mas duduk saja." Rea menuntun suaminya untuk duduk di tepi kasur.
Dia berjalan ke meja rias, mengambil sisir miliknya dan berjalan kembali ke arah suaminya.
Kelvin jadi bingung, kenapa istrinya jadi seperhatian ini kepadanya. Apa semua ini karena Dea dan Lia? Jika iya, mungkin dia akan mengucapkan terima kasih kepada mereka karena telah merubah pemikiran Rea.
"Mas pakai sampo apaan, sih. Rambutnya rontok tuh." Rea menunjukan sisirnya.
"Itu kamu yang terlalu keras nyisirnya."
"Ih, enggak perasaan." Rea mencium bau rambut suaminya, baunya tidak asing untuknya.
"Sudah jelas, Mas pakai sampo saya. Rambutnya bau stroberi soalnya. Besok lagi gak usah pakai sampo saya, karena kan terkadang sampo itu cocok-cocokan. Mungkin sampo saya gak cocok buat Mas Kelvin."
Rea agak sedikit kesal, lagian Kelvin apa tidak malu rambutnya bau stroberi.
"Iya, Sayang. Maaf ya, sampo saya tadi habis. Terima kasih banyak, Sayang," ujar Kelvin tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
RomanceDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...