Sekarang jam menunjukkan pukul 6 pagi, Rea sungguh sangat kesal. Karena semalam, saat dia memanggil suaminya, tetapi tidak di jawab sama sekali. Entah memang Pak Kelvin sudah benar-benar tertidur atau masih marah kepadanya. Pak Kelvin benar-benar tidur memunggunginya.
"Selamat pagi Ayah, Bunda, Bang Rio," sapa Rea ketika dia sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama.
"Loh, kok turun sendiri, Re? Kelvin mana? Gak kamu ajak turun sekalian?" tanya Bunda sembari menatap ke arah belakang tubuh Rea.
"Masih siap-siap tuh di atas." Rea mengambil satu nugget dan memakannya.
Ya untungnya saja semalam Pak Kelvin membawa kemeja dan jasnya di mobil. Jadi mereka tidak perlu pulang pagi-pagi buta, karena Kelvin bisa bersiap di sini untuk berangkat kerja. Nantinya Kelvin juga tinggal menurunkan dia di rumah dan langsung pergi kerja bukan.
"Gak kamu bantu pasangin dasi? Bantu pakaikan jas gitu, Dek?" tanya Bang Rio dan mendapatkan gelengan dari Rea.
Bunda menatap tidak percaya ke arah Rea. Bisa-bisa dengan santainya turun padahal suaminya sedang bersiap kerja dan tidak di bantu.
"Rea, bantuin siap-siap dulu sana. Karena sejatinya, perhatian kecil yang kamu berikan akan membuat suami kamu tersentuh. Pria sebenarnya suka jika diberi perhatian, walaupun dia tidak meminta atau cuek-cuek saja. Tetapi jangan terlalu over juga, bisa jadi nanti dianya merasa risih, tapi gak semua pria begitu kok. Tetapi, bisanya kalau gak di kasih perhatian dan kasih sayang suka ngambek gak jelas." Bunda melirik ke arah Ayah dan membuat Ayah jadi tersedak.
Rea berpikir, apakah dia harus melakukan apa yang Bundanya katakan barusan?
"Sepertinya ini ide yang bagus, semoga saja nanti Mas Kelvin gak marah lagi sama aku," batin Rea.
"Baik, Bun, otw ke kamar lagi ini." Rea langsung berjalan ke kamarnya lagi.
Tadi saat dia turun ke lantai bawah, Kelvin masih berada di dalam kamar mandi dan dia masih mandi. Entah sekarang, apakah sudah selesai mandinya atau belum.
"Mas Kelvin." Rea membuka pintu kamar dan memanggil suaminya.
Rea melihat, Kelvin yang baru saja selesai memakai kemejanya dan sekarang tinggal memakai dasi dan jasnya.
"Biar saya saja yang pakaikan." Rea mengambil dasi yang berada di tangan suaminya dengan cepat.
Seperti semalam, Kelvin masih marah kepadanya. Jadi, dia tidak mengatakan sepatah katapun padanya.
"Cara ngikat dasi gimana, sih. Aku kan gak pernah masangin dasinya Mas Kelvin selama ini. Aduh, sok-sokan banget kamu, Rea," batin Rea sembari terus mencoba memasangkannya.
"Ini di tarik gini bukan, sih." Rea dengan cepat langsung menarik dasi itu.
"Akkhh." Kelvin dengan cepat menyingkirkan tangan Rea dan mencoba melepaskan lilitan dasi dari lehernya.
Rea tadi menariknya terlalu kencang dan membuat dia tercekik sebentar. Untung saja dia bergerak cepat.
"Ya ampun Mas Kelvin, saya minta maaf. Terlalu kencang ya saya nariknya tadi," ujar Rea dengan tidak enak hati.
"Tidak usah!" Kelvin menyingkirkan tangan Rea, yang hendak memasangkan dasi untukknya lagi.
Dia lebih memilih untuk memasangnya sendiri, lalu mengambil jasnya dan memakainya. Kelvin keluar dari kamar lebih dulu, meninggalkan Rea yang gelisah di kamar. Bukannya membantu, dia malah membuat suaminya semakin marah.
"Nanti harus lihat YouTube, biar besok bisa pasangin dasinya Mas Kelvin." Rea menyemangati dirinya sendiri.
Rea ikut keluar dari kamar, menyusul suaminya yang sudah lebih dulu berjalan ke lantai bawah. Rea mencepatkan langkah kakinya agar dapat berjalan beriringan dengan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
RomanceDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...