Rea duduk termenung, dia menatap lekat ke arah suaminya yang masih terbaring tak berdaya. Rasanya, kehidupan Rea sudah tidak bahagia lagi. Karena kebahagiaanya hanya Kelvin saja, orang yang dia cintai. Tapi bagaimana sekarang? Orang yang dia cintai justru terbaring tak berdaya seperti ini, antara hidup dan mati.
"Mas gak kangen sama aku? Kenapa tidur begini terus? Banyak orang yang sayang sama Mas, banyak yang menginginkan Mas buat sembuh. Mas harus kuat, harus semangat. Kita semua bakalan cari donor hati buat Mas Kelvin. Dan tugas Mas harus bertahan sampai donor itu datang," guman Rea dengan hati yang sesak.
Seperti biasanya, Kelvin tidak bisa membalas semua ucapan yang terlontar dari mulutnya. Sedih, kacau, semuanya beradu menjadi satu. Bolehkan Rea meminta agar kisah mereka dapat terjalin selamanya? Hingga mereka menua bersama dan memiliki cucu? Apakah Rea terlalu egois apabila meminta hal demikian?
"Rea, makan dulu," ujar Bunda yang datang dan membawakan dia makanan.
"Aku tidak lapar, Bun." Seperti ini jawaban Rea, selalu begini.
Bunda menghela nafas, dia tahu Rea sangat sedih. Tapi, Rea juga harus makan agar tidak ikut sakit. Semenjak Rea tahu Kelvin dirawat di rumah sakit, Rea sangat sulit untuk disuruh makan.
"Kelvin akan sedih jika kamu menyiksa diri kamu sendiri, Rea." Bunda kembali mengeluarkan suaranya.
Rea menoleh ke arah Bundanya, dia benar-benar tidak memiliki nafsu untuk makan. Bagaimana bisa dia makan sedangkan suaminya terbaring tak berdaya seperti ini?
"Kamu kan masih bisa jagain Kelvin disini. Jadi, makan di ruangan ini tidak masalah," ujar Bunda merayu Rea.
Rea tetap bungkam, dia seperti sudah kehilangan semangat hidupnya. Semua pikiran buruk sudah menghantui pikiran Rea. Bagaimana jika Kelvin tidak bisa bertahan sampai donor hati itu ada? Mengingat dokter mengatakan harus mendapatkannya dalam waktu dekat. Rea belum siap kehilangan Kelvin, benar-benar tidak siap.
"Bunda, aku tidak mau kehilangan Mas Kelvin. Aku ingin dia berada di sampingku lagi," gumam Rea dengan lelehan air mata.
Bunda menghela nafas, dia langsung berjalan ke arah putrinya dan mengusap punggung putrinya. Menenangkan Rea dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Kelvin pasti sembuh, kamu pasti dapat bersamanya lagi. Jadi, jangan pernah berpikir yang tidak-tidak, Rea. Kita doakan saja kesembuhan suamimu," ujar Bunda menenangkan.
Rea menghapus sisa-sisa air matanya, dia juga selama ini berdoa untuk kesembuhan suaminya. Setiap hari dia juga mengajak Kelvin berbicara, seolah-olah memberi tahu jika dirinya sekarang ada di sisinya. Agar Kelvin lebih semangat untuk melawan penyakitnya dan mempunyai semangat hidup lagi.
"Kamu sekarang makan, kalau kamu sakit nanti siapa yang bakalan jagain Kelvin. Kalau kamu ikut sakit pun, pasti Kelvin juga akan ikut sedih, Rea." Semoga saja bujukan kali ini dapat membuat Rea luluh.
Rea berpikiran sejenak, akhirnya pun dia mengangguk. Membuat Bunda sangat senang, Bunda langsung ngambil kotak makan dan memberikannya ke Rea. Kebetulan dia tadi sudah memasak untuk putrinya itu.
"Makan yang banyak, biar punya tenaga."
Bunda tahu, Rea sering sekali menangisi suaminya diam-diam. Mengharap kesembuhan dari Kelvin. Tapi semua itu wajar, istri mana yang tidak sedih saat melihat suaminya terbaring tak berdaya antara hidup dan mati. Bunda juga berharap, Kelvin bisa sembuh dan kembali bersama dengan Rea lagi.
Entah kenapa, badai dalam rumah tangga Rea dan Kelvin menerjang begitu hebatnya. Membuat hubungan mereka berada di ujung tanduk, dan sekarang setelah mereka berbaikan. Justru badai itu semakin hebat menerjang, membuat semua orang sedih pula. Walaupun pada kenyataanya, setiap rumah tangga pasti ada cobaannya. Hanya tinggal bagaimana kedua pasangan suami istri itu, apakah ingin terus bertahan atau menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
Roman d'amourDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...