Semua orang terdiam ketika mendengar perkataan Rea barusan, bahkan Ayah dan Bundanya saling bertatapan satu sama lain.
"Saya tidak sedang mengeprank kamu, Rea." Kali ini yang berbicara adalah Kelvin.
"Jadi, ini semua nyata? Gak sedang bercandaan, kan?" Rea masih saja bertanya, membuat Abangnya tertawa keras.
"Rio!" Ayah langsung memanggil Rio agar tidak tertawa.
"Maaf Yah, habisnya si Rea polos banget. Mana mungkin prank kalau sampai bawa orang tua dan hantaran gini," ujar Rio sembari berusaha untuk menghentikan tawanya itu.
Rea mengkedipkan matanya, jadi ini semua nyata? Pak Kelvin sedang melamarnya sekarang?
"Bagaimana jawaban kamu, Rea? Apakah kamu mau menjadi calon istri saya?" Kelvin mengeluarkan suaranya, membuat suasana kembali mencekam.
Rea menatap Ayah dan Bundanya, seolah-olah meminta jawaban dari mereka. Tapi kedua orang tuanya itu malah terdiam, seolah-olah menyerahkan semuanya kepada Rea sekarang.
"Rea, terima saja, gak baik kalau nolak lamaran cowok. Nanti kamu susah loh dapet jodohnya," bisik Bunda ketika melihatnya kebingungan.
"Memangnya gitu, Bun? Kalau nolak bakalan susah dapat jodoh?" tanya Rea yang di balas anggukan oleh Bunda.
"Tapi kan Pak Kelvin udah punya pacar, masak aku jadi selingkuhannya, sih. Kalau nanti pacarnya Pak Kelvin marah gimana? Aku juga gak enak sama pacarnya Pak Kelvin, mana satu kantor lagi. Tapi kalau gak aku terima, gimana nanti kalau aku dapat jodohnya lama." Rea beradu argumen dengan dirinya sendiri.
"Bagaimana, Nak Rea?" Kali ini yang bertanya adalah Mamanya Pak Kelvin.
"Iya, saya terima lamarannya," ujar Rea yang membuat semua orang senang.
"Daripada nanti aku dapat jodohnya susah, kan," batin Rea yang bisa-bisanya percaya dengan apa yang Bunda katakan tadi.
Rea melihat Pak Kelvin sekarang menatapnya dengan senyuman kecil. Sangat manis, mungkin kalau Pak Kelvin terus tersenyum seperti ini bisa membuatnya diabetes.
"Syukurlah kalau Nak Rea mau menerima lamaran putra kamu. Kalau begitu kita tentukan saja tanggal pernikahan mereka berdua," ujar Papanya Pak Kelvin.
"Per–pernikahan?" Rea tidak percaya dengan semua ini.
"Iya, Rea, lebih cepat lebih baik. Lagian Tante juga udah gak sabar buat nimang cucu," timpal Mamanya Pak Kelvin.
"Cu–cucu?" Rea mengkedip-kedipkan matanya, sungguh semua ini seperti mimpi.
"Masak iya anak kecil punya anak kecil nanti," ujar Rea dalam hati.
Rea hanya bisa diam seketika para orang tua memutuskan tanggal berapa mereka menikah. Sungguh, Rea benar-benar ingin menangis, dia tidak ingin menikah secepat ini. Apalagi sekarang umurnya juga masih 18 tahun, tapi sudah dilamar dan akan menjadi istri orang.
Akhirnya tanggal pernikahan sudah disepakati. Rea hanya bisa mengepalkan tanganya kuat-kuat, dia harus melayangkan protes kepada Pak Kelvin setelah ini.
***
Pagi ini Rea sudah bertekat akan mengajak Pak Kelvin berbicara empat mata. Dia ingin tahu alasan mengapa Pak Kelvin semalam melamarnya dan ingin menikah dengannya.
"Bentar, kalau aku ke ruangannya Pak Kelvin sekarang tanpa ada keperluan pasti akan membuat sekretarisnya itu heran." Rea tidak jadi melangkahkan kakinya ke ruangan Pak Kelvin, dia akhirnya melangkah masuk ke ruangannya.
Saat ini jam kantor sudah dimulai, Rea segera mengerjakan pekerjaannya. Dia memang masih dibantu oleh Mbak Lia, karena belum benar-benar memahami dan mengerti tentang keuangan di kantor ini. Walaupun dia lulusan SMK Akuntansi.
"Huh, kalau di sekolah mah ngitung uang tapi nggak ada wujudnya. Kalau sekarang mah beda lagi, ngurus laporan tetapi kadang ada wujud uangnya," gumam Rea lesu.
"Ya memang gitu, Rea, namanya juga dunia kerja," cletuk Mbak Cindy.
Rea menatap kearah perempuan itu yang kini sedang berdiri dengan membawa sebuah map.
"Mbak Cindy mau ngasih revisi laporan penerimaan, ya?" tebak Rea, karena kemarin kan Pak Kelvin memang datang ke ruangan ini untuk memberikan revisi itu.
"Iya, memangnya kenapa? Mau lo yang anterin aja?" tanya Cindy yang diangkut oleh Rea.
Ini bisa menjadi alasannya untuk bertemu dengan Pak Kelvin bukan. Tapi, kenapa semua orang yang berada di ruangan ini langsung menatapnya heran.
"Eh, maksudnya sekalian, saya juga mau nganterin hasil revisi laporan kas saya kemarin, kok." Rea terpaksa berbohong, laporan kasnya kemarin saja dia belum tahu apakah direvisi atau tidak.
Rea asal membawa sebuah map di tanganya, padahal isi dalam map itu kosong. Rea paham, pasti tadi mereka semua berpikir jika dirinya hendak mencari muka di depan Pak Kelvin. Atau hanya ingin modus saja dengan Pak Kelvin.
"Yaudah deh, thank sebelumnya," ujar Mbak Cindy sembari memberikan map itu ke Rea.
Dengan semangat, Rea berjalan ke arah ruangan Pak Kelvin. Pokoknya kali ini dia harus meminta penjelasan kepada pria itu. Seenaknya langsung melamarnya padahal mereka berdua juga belum benar-benar mengenal.
Rea sedang mengetuk pintu ruangan Pak Kelvin, setelah tadi dia meminta izin kepada sekretarisnya. Pak Kelvin langsung mempersilahkan dia untuk masuk ke dalam.
"Rea, ada apa kemari?"
"Ini, saya mau mengantarkan revisi laporan penerimaan bulan ini, Pak," ujar Rea sembari mendudukan dirinya di hadapan Pak Kelvin.
"Bukankah ini adalah tugas Cindy, mengapa kamu yang mengantarkannya?" Kelvin mengerutkan keningnya bingung.
Rea jadi bingung sendiri memberikan alasan apa, sedangkan map satu lagi hanyalah map kosong.
"Eh iya, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan juga, Pak."
"Tentang lamaran saya tadi malam?" tebak Pak Kelvin.
Rea dengan polosnya langsung mengangguk, membuat Kelvin menarik sudut bibirnya tipis.
"Kenapa? Ada masalah?"
"Ya masalah besar buat saya, Pak. Masak iya kita baru kenal 2 hari, Pak Kelvin langsung lamar saya, bahkan langsung ngajak saya nikah dua Minggu lagi. Pak Kelvin kan belum benar-benar mengenal saya dengan baik."
"Saya tahu kok kalau kamu itu orang baik. Kamu juga lemah lembut, lugu dan polos," ujar Kelvin yang membuat Rea melotot.
"Pak Kelvin tuh selalu saja ngatain aku polos, memangnya aku sepolos itu, ya?" tanya Rea di dalam hati.
"Tapi kan Pak Kelvin udah punya pacar, saya gak mau jadi selingkuhan, Pak." Rea tidak mau basa-basi, dia langsung menuju ke intinya saja.
"Pacar? Saya tidak punya pacar." Kelvin tampak bingung dengan yang dikatakan Rea.
"Punya, waktu hari pertama saya training. Saya lihat kok Pak Kelvin sama seorang perempuan didalam mobil pas pulang kerja."
"Oh itu, saya hanya mengantarkan dia pulang saja. Karena dia tidak membawa kendaraan dan ibunya juga kebetulan masuk rumah sakit. Jadi, saya cuman memberikan bantuan tumpangan saja, Rea."
Wah, ternyata Rea salah sangka, Pak Kelvin belum punya pacar. Tapi kenapa Pak Kelvin mau-mau saja melamarnya?
"Tapi, Bapak serius mau nikah sama saya? Kan saya masih kecil, masih labil, loh. Saya juga belum bisa masak, orang masak mie instan aja kalau gak kurang matang ya mienya sampai sangat mengembang. Mana goreng telur sering keasinan atau enggak gosong, mana —"
"Saya tidak sedang mencari pembantu, Rea, tapi mencari istri. Kalau kamu tanya kenapa saya bisa memutuskan secepat itu untuk melamarmu, saya akan memberitahu disaat hal yang tepat," potong Pak Kelvin yang membuat Rea langsung bongkar.
"Btw, itu map satu lagi isinya apa?" Mata Kelvin menatap map yang sekarang Rea bawa.
"Mampus dah, mana gak ada isinya lagi," batin Rea dengan tubuh menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
RomansaDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...