11. Makan Siang Bersama

72.9K 4.7K 47
                                    

Kelvin menghentikan mobilnya agak jauh dari kantor, dia memang sengaja tidak membawa Rea sampai ke parkiran kantor. Karena akan sangat berbahaya, orang-orang akan curiga dengan hubungannya dan Rea.

"Kok berhenti, Mas?" tanya Rea dengan wajah bingungnya.

"Kamu turun di sini aja, ya. Biar nanti gak di curigai sama anak-anak yang lain."

Rea terdiam, sebegitunya kah Pak Kelvin sampai-sampai tidak mau jika hubungan mereka terbongkar?

"Yaudah, makasih banyak, Mas." Rea hendak membuka pintu mobil itu sebelum suara Kelvin mengintrupsinya.

"Rea, salim dulu," tegur Kelvin.

Rea dengan terpaksa menyambut tangan Pak Kelvin dan mencium punggung tangannya sekilas. Lalu dia benar-benar keluar dari mobil itu dan membiarkan Pak Kelvin melajukan mobilnya melewati dirinya.

"Padahal kan kalau jalan kaki masih lumayan juga jauh. Pak Kelvin tega banget sih nurunin aku di jalan kayak gini. Memangnya aku cabe-cabean apa," gerutu Rea dengan wajah sebalnya.

Untung ini masih pagi, jadi sekalian saja olah-raga pagi dengan berjalan kaki. Mungkin sekarang Pak Kelvin sudah sampai di kantor, atau bahkan sudah masuk ke dalam ruangannya yang ber-AC itu. Sedangkan dirinya masih terdampar di pinggir jalan seperti sekarang ini.

Tin tin!!

"Rea!"

Ada yang memangilnya, membuat Rea menoleh ke arah sumber suara.

"Eh, Mbak Lia." Rea kembali memanggil Lia yang kini menghentikan motornya di dekat dia.

"Lo jalan kaki? Mending sini bareng gue aja ke kantornya."

"Beneran gak papa ini saya ikut?"

"Iya gak papa, daripada jalan kaki gini, kan. Lagian bentar lagi jam kerja kantor di mulai, nanti kalau lo telat gajinya kena potong," ujar Lia sembari menepuk jok belakang.

Rea mengangguk, benar juga yang dikatakan oleh Mbak Lia. Lagian ini semua juga salah Pak Kelvin yang menurunkannya di tengah jalan seperti sekarang ini.

"Makasih banyak, Mbak, atas tumpangannya," ujar Rea ketika mereka sudah berada di parkiran kantor.

"Sama-sama, tapi rumah Lo sebenarnya dimana? Kok tadi jalan kaki berangkat ke kantornya?"

"Sebenarnya rumah saya itu jauh dari kantor ini, Mbak. Tadi itu saya di turunin di jalan sama Pak Ke ... Bapake inyong." Hampir saja Rea keceplosan menyebut nama Pak Kelvin.

"Gaya bahasa lo, Re, campur-campur. Lagian kan kita juga orang Jogja, pakai bahasa Jawa juga gak masalah."

"Tapi Mbak Lia pakai bahasa lo gue, bukannya itu gaya bahasa anak Jakarta?" Rea malah mengembalikan ucapan Mbak Lia.

"Iya sih, udah kebiasaan, Re. Tapi gue heran, tega banget gitu Bapak lo nurunin di jalan."

Bertepatan itu pula, Rea melihat Pak Kelvin lewat.

"Iya, memang tega banget itu bapak saya itu, Mbak. Masak saya di turunin di jengah jalan gitu, kalau saya kenapa-kenapa gimana?" Rea sengaja mengeraskan volume suaranya agar Pak Kelvin bisa dengar.

"Iya, gak punya perasaan," ujar Mbak Lia yang di balas anggukan oleh Rea.

Kelvin dengar pembicara kedua perempuan itu, Kelvin juga paham jika kedua perempuan itu memang sedang menyindirnya sekarang.

"Hm! Ada baiknya tidak usah bergosip pagi-pagi begini," ujar Kelvin agak keras.

Lia yang tidak menyadari keberadaan Pak Kelvin pun langsung tersentak kaget. Perasaan tadi tidak ada Pak Kelvin di sekitar mereka, kenapa sekarang ada?

"Eh, Pak Kelvin, selamat pagi, Pak," sapa Lia sembari tersenyum malu-malu.

"Pagi, silahkan kalian berdua masuk ke kantor. Gunakan pagi kalian dengan baik, tidak bergosip seperti tadi."

"Baik Pak." Mbak Lia langsung menarik tangannya agar segera masuk ke dalam kantor.

Sedangkan Rea kini menatap Pak Kelvin dengan senyum mengejek, Rea juga menjulurkan lidahnya untuk mengejek Pak Kelvin. Tapi sayangnya malah di balas kedipan mata dan senyuman manis oleh pria itu. Untung saja Mbak Lia tidak melihat adegan mereka tadi.

***

Sekarang sudah jam istirahat, Kelvin hendak ke kantin untuk makan siang.

"Lihat Rea dulu kali, ya," batin Kelvin.

Kelvin malah melipir, dia pada awalnya ingin ke kantin tapi tidak melewati ruangan Rea, tapi sekarang dia berbalik arah dan lebih memilih untuk melewati ruangan itu. Biasanya dia akan melihat Rea yang makan siang sendiri di dalam ruangan dengan bekal yang di bawa dari rumah.

Sesampainya di depan ruangan, Kelvin melihat Rea hanya duduk sembari memainkan ponsel. Sedangkan di dalam ruangannya sekarang sudah kosong. Apakah Rea tidak mau makan siang? Kelvin lupa, tadi pagi kan Rea memang tidak membawa bekal dari rumah.

"Aku samperin aja lah, kasihan sendirian di dalam ruangan," batin Kelvin.

Kelvin hendak masuk ke dalam ruangan itu tapi dia urungkan. Bisa gawat urusannya kalau ada yang melihat dia menemui Rea saat ruangan sudah kosong seperti ini. Kalau ada yang berpikir mereka ada hubungan bagaimana nanti. Kelvin pun sekarang pergi dari depan ruangan Rea.

Sedangkan Rea masih berada di dalam ruangannya sekarang. Dia memang tidak membawa bekal, karena dulu memang yang selalu membuatkan bekal untuknya adalah Bunda dan dia hanya perlu membawanya saja.

"Sabar ya, cing, entar makannya kalau udah sampai rumah aja," gumam Rea sembari mengelus perutnya sendiri karena barusan perutnya berbunyi.

Rea memang tidak ke kantin karena dia malu, pasti di sana banyak sekali karyawan. Rea kan memang belum memiliki teman di kantor ini, hanya Mbak Lia yang paling akrab dengannya. Tapi perempuan itu selalu saja sibuk dengan urusan di luar dan membuat Mbak Lia tidak bisa makan siang di kantor. Jadi lebih baik Rea menahan lapar sampai pulang kantor nantinya.

Saat Rea sedang asik menjelajahi media sosialnya, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Pak Kelvin. Rea dengan cepat mengangkatnya, takut jika memang ada hal yang penting bukan.

"Gimana, Pak?" Rea tetap memanggil Kelvin dengan sebutan Pak, karena mereka sekarang kan sedang di kantor bukan.

"Ke ruang meeting lantai 2 sekarang, tidak usah banyak tanya."

"Tap -"

Rea tidak meneruskan perkataannya lagi karena telpon itu sudah si putus sepihak oleh Pak Kelvin. Memangnya ada apa dia harus datang ke ruang meeting di jam istirahat seperti sekarang ini?

"Kenapa ya, kok Pak Kelvin nyuruh aku datang ke sana?" tanya Rea pada dirinya sendiri.

Sekarang Rea bimbang, dia harus datang ke ruang meeting atau tidak. Tapi kalau tidak datang pasti Pak Kelvin akan marah kepadanya, kalau dia datang memangnya ada apa?

"Udahlah, daripada nanti kena omel sama itu orang, mendingan aku ke sana aja." Rea terpaksa bangkit dari kursinya sekarang dan berjalan keluar ruangan.

Dalam hati Rea bertanya, ada apa Pak Kelvin menyuruhnya untuk datang ke sana? Tidak mungkin kan ada meeting di jam istirahat seperti sekarang ini.

My Boss Is My Secret Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang