37. Luka Yang Tersamarkan

47.5K 3K 101
                                    

Terima kasih untuk antusiasnya di bab 36. Gak nyangka bakalan cepet banget 200 komentarnya.

*****

"REAAA!" teriak Dea keras ketika dia melihat Rea terguling dari tangga.

Dea tadinya memang kembali ke kantor lagi karena ada berkas yang ketinggalan. Tetapi dia malah melihat kejadian ini.

Dea berlari kencang ke arah Rea yang sudah tidak sadarkan diri sekarang. Dia berjongkok dan menatap kawatir ke Rea. Lalu mendongak dan menatap ke atas tangga yang terdapat beberapa karyawan di sana.

"APA YANG KALIAN SEMUA LALUKAN!!" Kesabaran Dea sudah di ambang batas.

"Dia jatuh sendiri, lagian mungkin itu balasan untuk dia yang udah nyolong jam tangannya Pak Kelvin," ujar Cindy mewakili semuanya.

Dea menatap bengis ke arah Cindy, lalu menatap ke arah jam tangan yang dikenakan oleh Rea. Bahkan kini matanya melotot ketika melihat rambut Rea yang berantakan.

"KALIAN SEMUA MEMANG GILA!" Dea berusaha membopong tubuh Rea sendiri, karena ada darah yang keluar dari pelipis Rea sekarang.

"TOLONGIN GUE, JANGAN KAYAK PATUNG GAK GUNA!!"

Tetap saja, mereka semua diam, seolah tidak memiliki hati sama sekali. Padahal mereka yang sudah membuat Rea sampai terjatuh.

"KALIAN SEMUA GAK PUNYA HATI APA? OTAKNYA DI PAKAI, JANGAN KAYAK ORANG BLOON DIAM SAJA!!" Dea tahu, perkataanya sangat kasar, tapi semua itu memang benar bukan.

Mendengar itu, beberapa karyawan pria turun dari tangga dan membantu Dea membopong tubuh Rea. Dea sangat kawatir dengan keadaan Rea sekarang.

"PAK KELVIN PASTI TIDAK AKAN MENTOLERIR KARYAWANNYA YANG ANARKIS!!"

Dea masih meluapkan emosinya, dia berjalan di belakang seorang pria yang tengah membopong tubuh Rea. Sekarang pikirannya ada di Pak Kelvin, pria itu pasti akan marah besar ketika tahu istrinya di perlakukan buruk seperti ini.

***

Dea kini tengah berada di rumah sakit dan menemani Rea, untung saja tidak ada yang perlu di kawatirkan dari Rea. Rea juga tidak parah dan hanya pingsan aja. Dea menunggu sampai Rea nantinya sadarkan diri.

"Rea, maafin gue ya, kalau tadi gue nyuruh lo buat keluar dari ruangan Pak Kelvin pas gue pergi pasti kejadiannya gak akan seperti ini," gumam Dea dengan wajah lirihnya.

Dea tidak pernah menyangka, jika Rea akan di tuduh maling seperti itu. Padahal jika Rea mau, dia bisa saja memecat orang-orang yang membulinya sekarang. Apalagi melihat rambut Rea dan mata Rea yang sembab, bahkan bekas air matanya saja masih ada sampai sekarang.

Sebegitu takutnya pasti Rea tadi karena kelakuan anarkis dari mereka semua. Kasihan sekali Rea, padahal dia itu lemah, Rea juga tidak bersalah. Tetapi malah diperlakukan tidak adil seperti ini.

"Rea," panggil Dea ketika melihat Rea membuka matanya perlahan-lahan.

Entah sudah berapa lama dia menunggu Rea pingsan. Karena sekarang pun juga jam istirahat sudah lewat. Dea juga belum sempat makan siang, karena dia tidak mau meninggalkan Rea sendirian.

"Mbak Dea," panggil Rea balik sembari memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri.

"Udah, tiduran aja, Re, tidak usah di paksakan," ujar Dea sembari mencegah Rea yang hendak duduk.

Rea terdiam, dia menatap ke arah langit-langit ruangan ini. Masih terbayang bagaimana tadi dia di perlakuan semena-mena oleh mereka semua.

"Mbak Dea belum kasih tahu Pak Kelvin kan soal kejadian tadi?" Rea mengalihkan tatapannya ke arah Dea.

My Boss Is My Secret Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang