Hari ini Rea tampak murung karena suaminya hendak pergi ke Singapura untuk urusan bisnis. Sekarang jam sudah menunjukan pukul 5 pagi, dia sudah membatu suaminya tadi malam untuk beres-beres.
"Jadi pergi beneran, Mas?" Rea duduk di tepi kasur sembari menatap suaminya yang sedang menggunakan jaketnya.
"Ya jadi, kan tiketnya juga sudah di beli." Kelvin sudah rapi dan siap untuk berangkat.
Tetapi dia menghela napas ketika melihat wajah istrinya yang di tekuk. Dia juga sebenarnya tidak ingin meninggalkan istrinya, tapi mau bagaimana lagi.
"Cuman satu Minggu, nanti kan bisa telpon juga," ujarnya lemah.
"Tapi satu Minggu bagi saya mungkin setahun, Mas. Kalau nanti saya kangen gimana?" tanya Rea dengan mengerucutkan bibirnya.
"Panggil nama saya tiga kali, nanti saya muncul."
Rea melotot, dia sudah serius tapi malah di tanggapi bercanda oleh Pak Kelvin.
"Memangnya Mas jin apa, kan Mas Kelvin manusia. Mana bisa saya panggil nama Mas tiga kali langsung muncul dari Singapura." Rea semakin kesal di buatnya.
"Nanti saya akan sering-sering telpon kamu." Kelvin berkata lembut kepada istrinya, sembari mengelus rambut Rea sejenak.
"Janji." Rea sudah mengulurkan jari kelingkingnya.
"Hm." Kelvin menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking istrinya.
Mereka saling berpandangan satu sama lain, menyelami tatapan masing-masing. Ada rasa tidak rela dari Rea karena suaminya harus pergi, walaupun hanya satu Minggu. Rea paham, jika Kelvin termasuk pria sibuk. Tapi, namanya juga perasaan sedang tumbuh, rasa rindu pasti ada.
Rea mengalihkan tatapannya ke arah lain, dia langsung mengambil kursi dan menariknya di hadapan Kelvin. Membuat pria itu mengerutkan keningnya bingung.
"Kamu mau ngapa —" Kelvin tidak bisa meneruskan ucapannya karena Rea langsung naik ke kursi itu dan memeluknya.
Rea memang lebih pendek dari Kelvin. Karena hal itu pula, Kelvin membalas pelukan Rea.
"Bisa di percepat gak, Mas? 3 atau 4 hari gitu ke Singapura." Dalam pelukannya itu, Rea mengajukan penawaran.
"Tidak bisa, Sayang." Kelvin membalasnya dengan berat hati.
Rea terdiam, Kelvin pun juga ikut terdiam. Namun tiba-tiba saja terdengar suara isakan, itu bukan suara Kelvin melainkan suara Rea. Sebegitunya Rea ketika dia ingin pergi sebentar.
"Kok nangis? Kan perginya cuman bentar. Orang pacaran aja ada yang ketemu seminggu sekali atau sebulan sekali aja gak nangis, kok."
"Ya beda, kan kita udah nikah. Apalagi Mas perginya jauh, ke negara tetangga." Suara Rea terdengar lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
RomanceDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...