Malam ini Kelvin dengan semangat menuju ke kamarnya, tapi saat dia sampai kamar dia malah melihat istrinya yang sedang tidur tengkurap dengan laptop di depannya. Bahkan terkadang istrinya itu senyum-senyum sendiri, membuat Kelvin bergidik ngeri.
"Aaaa baper banget, sih!" teriak Rea, membuatnya geleng-geleng kepala.
Padahal jika di luar Rea itu pendiam, tapi jika bersamanya dan di rumah ini jangan di tanya. Dia tidak sependiam itu.
"Rea," panggil Kelvin.
"Kenapa, Mas?" Rea menjawab, tapi pandangannya tidak lepas dari laptopnya itu.
"Kalau bicara itu lihat orangnya."
Mendengar itu pun Rea langsung menatap sang suami.
"Iya, Mas, gimana?" Rea mengulang pertanyaannya.
"Keluar yuk, ini kan malam minggu."
"Malas, Mas, enakan di rumah nonton Drakor."
Rea kembali fokus ke layar laptopnya. Karena Kelvin kesal, dia pun berjalan mendekati Rea, mengambil laptop itu dan segera mematikannya.
"Mas itu kenapa, sih, ganggu orang aja." Rea memberengut kesal.
"Ini laptop punya siapa?"
"Ya punya Mas Kelvin lah."
"Yaudah suka-suka saya."
Rea mengerucutkan bibirnya kesal, dia mau melawan bagaimana jika begini.
"Sudah pakai jaket sana, kita jalan-jalan malam ini. Setidaknya kamu itu tidak seperti keong, keluar rumah hanya untuk ke kantor saja. Sampai-sampai tidak tahu mana-mana. Bahkan sama tetangga saja tidak kenal!"
Rea menghentakan kakinya kesal, tapi dia tetap mengambil jaketnya dan menghampiri sang suami kembali.
"Udah," ujarnya ketus.
"Nah gini kan bagus, setidaknya kamu itu tahu tempat, jadi gak sering nyasar lagi."
Rea tahu, suaminya itu hanya mengejek dia saja. Rea hanya berdehem sebagai jawaban saja. Rea juga melihat Pak Kelvin mengambil jaketnya dan memakainya pula. Lagian gaya-gayaan mau mengajak dia malam mingguan.
"Loh-loh, kok ngambilnya kunci motor?" tanya Rea bingung.
"Kita pakai motor saja ya, bosen saya kalau pakai mobil terus."
Ada ya orang begitu, pakai mobil kan lebih enak. Bisa sambil mendengarkan musik pula, tapi ya sudahlah Rea menurut saja.
***
Kelvin memarkirkan motornya di parkiran yang sudah disediakan. Tapi Rea malah memberengut kesal, entah apa lagi yang perempuan itu permasalahan.
"Wajahmu kenapa di jelek-jelekin?"
Rea melotot, pertanyaan macam apa itu.
"Kalau cuman ke Malioboro mah gak usah aja tadi, Mas. Saya udah beberapa kali ke sini juga, udah bosen." Rea melipat kedua tanganya di depan dada.
"Tapi kalau yang sama saya kan baru pertama kali."
Pasti Pak Kelvin selalu bisa mendapatkan jawaban yang membuat Rea bungkam. Mau protes, tapi memang seperti itu kenyataannya.
Bahkan sekarang Pak Kelvin jalan duluan, Rea di tinggal begitu saja. Jadi Rea akhirnya mengekori Pak Kelvin dari belakang. Rea juga melihat banyak pasangan muda-mudi yang bermalam mingguan di sini. Bahkan Malioboro pada malam hari sangatlah ramai.
"Mas, tungguin, jalannya cepet banget." Rea agak berlari, agar bisa menyamakan langkahnya dengan Pak Kelvin.
"Lagian kamu jalannya lama banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
RomansaDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...