Sekarang Rea tahu, acara besar di kantor yang waktu itu dikatakan oleh Pak Kelvin padanya ternyata adalah ulang tahun perusahaan. Untung saja Pak Kelvin sudah memberitahunya sejak awal, jadi dia tidak kaget lagi. Karena memang benar jika bagian keuangan akan banyak ikut mengurus berapa anggaran yang akan dikeluarkan untuk acara ulang tahun itu.
"Memang setiap tahun pasti di adakan acara gini ya, Mbak?" tanya Rea pada Lia.
"Iya, Re, ada acara lomba-lomba gitu paginya. Kayak futsal, badminton, gitu. Lalu malamnya biasanya itu malam puncak, jadi ada pesta kecil-kecilan buat para karyawan aja," jawab Mbak Lia.
Rea mengangguk mengerti, tapi ngomong-ngomong tentang futsal, bagaimana jika dia meminta suaminya itu untuk ikut main saja. Rea jadi penasaran nanti bagaimana jika Pak Kelvin sedang bermain futsal, pasti akan sangat apik.
"Kantin yok, Re," ajak Lia, karena sekarang memang sudah jam istirahat.
"Enggak deh, Mbak, saya bawa makan kok." Rea menolaknya secara halus, dia langsung mengeluarkan kotak makan dari dalam tasnya.
"Udah, itu di makan nanti sore aja bekalnya. Daripada lo makan sendirian di ruangan ini, kan. Lebih baik kalau ikut ke kantin, di sana pasti ramai."
Rea berpikir, dia memang belum pernah makan di kantin karena tidak ada yang mengajaknya. Apa dia terima saja ya ajakan dari Mbak Lia, setidaknya dia bisa mendapatkan suasana baru.
"Ya sudah ayo, Mbak," ujar Rea kesenangan, dia langsung memasukan bekal makannya itu ke tasnya kembali.
Lia tersenyum tipis, akhirnya dia bisa mengajak Rea juga. Dia masih mengingat permintaan Pak Kelvin yang menyuruhnya untuk membantu Rea agar lebih bisa bersosialisasi di kantor ini. Selain itu juga, Lia sebenarnya ikhlas membantu Rea agar lebih banyak teman.
"Besok-besok gak usah lah bawa makan segala, makan siangnya di kantin atau di pantry aja besok. Em, tapi kalau semisal gue lagi ada kerjaan di luar dan gak bisa makan siang di kantor nanti gue kabarin. Tapi lo bisa kok makan bareng sama Cindy dan Dito."
"Hm, iya, Mbak."
Rea bahkan tidak yakin jika Mbak Cindy dan Mas Dito mau makan di kantin bersamanya. Oh iya, untuk permasalahan bersama dengan Mbak Cindy, Rea waktu itu sudah jujur kepada manajer keuangan jika bukan Mbak Cindy yang melakukan kesalahan, melainkan dia. Tapi entahlah bagaimana sekarang Mbak Cindy kepadanya, karena perempuan itu juga masih jarang mengajaknya mengobrol sampai sekarang.
"Sini, Re, duduk." Lia sudah duduk lebih dulu di salah satu meja, dimana juga ada beberapa karyawati lainnya.
"Oh, ini yang namanya Rea. Gue udah pernah dengar sih kalau bagian keuangan ada anak training namanya Rea, tapi belum pernah liat. Sini duduk aja, Re, gak usah malu-malu," ujar salah satu perempuan yang Rea tidak kenal.
"Sok gak kenal lo, Din, padahal kan dulu awalnya juga udah di ajak keliling sama Pak Kelvin," ujar Mbak Lia.
"Ya maaf, gue kan pelupa, Li," balasnya.
Rea hanya bisa tersenyum tipis, ternyata waktu istirahat seperti ini keadaan kantin sangat ramai. Rea jadi merasa tidak kesepian lagi sekarang.
"Oh iya Re, kenalin yang pakai kemeja maroon itu namanya Dini bagian pemasaran, yang sebelahnya itu Lina, bagian SDM." Mbak Lia memperkenalkan kepadanya.
"Iya, Mbak, saya Realin anak traning di keuangan." Rea memperkenalkan diri.
"Santai aja lah, Re, jangan gugup gitu, orang kita gak gigit, kok," ujar Dini sembari terkekeh pelan.
Rea jadi ikut tersenyum tipis, entah kenapa rasanya malah tidak nyaman. Walupun dia sudah cukup akrab dengan Mbak Lia, tapi kan tidak dengan dua orang yang sekarang baru dia kenal. Tapi tidak apa, dia harus bisa menyesuaikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
RomanceDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...