17⭐

4.9K 313 15
                                    

1

2

3

And... action 🎬

-

-

-

Di tengah malam yang dingin tubuh kurus itu meringkuk kecil,ringisan terdengar dari bibirnya yang sedikit bergetar.

"Dingin.. ayah,bunda,kakak."

"Tolong..dingin ayah akhhh hiks sudah ya tuhan tolong hilangkan hiks.. sakitnya."

Dengan brutal tangan Angkasa memukul keras ke arah dadanya,entah angkasa bingung bagaimana cara mengungkapkan sakit ini.

"Uhuk..uhuk..uhuk..uhh"batuk terdengar sangat keras. Tubuhnya lemas sekali bahkan untuk sekedar bersandar dan minum angkasa tak bisa. Pelan pelan angkasa mulai mengusap pelan dadanya berharap sesaknya itu segera pergi,hembusan nafas ia keluarkan dengan pelan dan teratur.

Sedikit lebih baik angkasa rasa.

"Hiks..Ayah angkasa sakit ayah..ayo ayah rawat angkasa uhukk..apakah kau sudi ayah?kapan tangan kekarmu itu mengelus Surai ku hiks..apakah aku benar benar aib sampai ayah jijik bahkan hanya dengan melihat ku hiks.."

"Angin tolong sampaikan pesan angkasa pada bunda ya..jangan lama lama rasanya sangat lelah angkasa sangat ingin bertemu dengan bunda, sampai kan juga maaf angkasa pada bunda ya maaf karena angkasa lahir bunda jadi berpisah dengan ayah dan kakak" wajah pias itu terus bergumam dengan mata yang terpejam,tangan yang terus mengusap pelan dadanya.

Tes

Tes

Tes

"Aku mimisan lagi ya...bunda ini sakit tapi Angkasa tahu,ini tak sebanding dengan sakitnya ayah dan kakak saat itu,kalau ini hukuman buat angkasa, angkasa ikhlas bunda bahkan ini tak seberapa dibandingkan jasa ayah yang mau memberikan angkasa kehidupan,ah sayang banget sama ayah,bunda juga eh kakak juga"sembari mengusap darah yang mulai mengotori bajunya.

"Angkasa sayang kalian semua melebihi apapun,jika ayah ingin angkasa mati maka dengan senang hati angkasa akan berusaha mengabulkan itu,untuk ayah,"bisiknya pelan tak lama tubuhnya mulai meluruh lemas di kasur tipis itu.

••

••

••

Menjelang pagi, angkasa bergegas keluar dari kamarnya, mengerjakan tugas rumah yang biasa ia lakukan saat pagi hari,agar sepulang bekerja atau sekolah angkasa tidak terlalu lelah, termasuk membuat sarapan untuk kakak nya ya hanya sang kakak,karena ayah nya sudah berangkat sejak pagi buta dan tentu untuk bekal nya nanti.

Hari masih terlalu pagi,jadi masih ada waktu lumayan lama,maka dari itu angkasa memutuskan untuk mengambil koran di tempat biasa. Lumayan uang nya bisa ia gunakan untuk makan.

Ia mengayuh sepeda nya dengan girang, menelusuri setiap jalanan kompleks dengan senyum manis andalannya, tak ada yang menyangka sosok manis itu mempunyai luka tak kasat mata yang bisa membunuhnya secara perlahan.

Setelah mengantar beberapa koran di lingkungan itu, angkasa bergegas jalan ke arah sekolah,sebelum itu dia akan menghantarkan satu pack koran ke kantor yang berada di ujung jalan.

Begitu sampai betapa kagetnya angkasa melihat mobil sang ayah yang baru saja berhenti tepat di sampingnya, peka dengan sekitar angkasa segera menggeser tubuhnya ke samping membiarkan sang ayah lewat,tak lupa ia membungkuk sebagai tanya hormat?

Di dalam hati angkasa terus menyumpah serapahi perbuatannya.

"Eh eh lihat anak yang itu mirip sama tuan ya"

"Eh ngawur gembel gitu"

"Tapi aku lihat juga mirip"

"Hey mungkin ini kebetulan saja"

"Lagi pula masa mungkin jika dia anak dari pak Endriant,ia tak akan berjualan koran...."

Dan lain lain

"Shitt anak sialan awas kau dirumah"desis Endriant ketika melewati tubuh kurus sang anak.

Angkasa yang mendengar itu meringis pedih "Shh selain gak berguna kamu juga bodoh angkasa,bisa bisa nya kamu buat ayah marah lagi,ini masih terlalu pagi..ya tuhan" dengan refleks tangannya memukul pelan kepalanya "bodoh kamu sa"

Setelah mengantar itu,dirinya bergegas berangkat ke Sekolah, sebenarnya hati nya mendadak risau mendengar bisikan sang ayah tadi.

••

••

••

Semuanya berjalan normal seperti hari hari biasanya,bagi Angkasa tak ada yang istimewa di sekolah.

Angkasa melangkahkan kakinya pelan menuju ke taman belakang sekolah, untuk memakan bekalnya tadi.

Dirinya duduk di bangku kosong sebelah pohon agak rindang supaya terhindar dari panasnya terik matahari.

"Angkasa makan dulu ya Bunda.."

Sembari menyuapkan sesendok demi sesendok,matanya menerawang jauh ke langit yang biru.

"Angkasa Ravarsha Rasendriya,Samudra Arneva Bintara... Samudra dan Angkasa hihi bagus bunda tapi ... Samudra dan Angkasa tidak pernah bisa menyatu .."ucap nya lirih sembari mengusap air matanya.

"Heh kata siapa? Samudra dan Angkasa memang tidak bisa bersatu tapi mereka bisa saling melengkapi satu sama lain, untuk membuat bumi ini terlihat lengkap dan kokoh,kalau gak ada Samudra bumi hancur,kalau gak ada angkasa nah itu lebih bahaya lagi haha"sambung seseorang dari belakang angkasa

Angkasa menoleh, sedikit terkejut "e-eh hehe kak Farel,kakak sejak kapan berdiri disitu"

"Sejak tadi,sejak sang Angkasa yang cerah ini berubah jadi kelabu,kenapa sedih?kamu bisa loh cerita sama kakak,kak farel kan juga kakak kamu,"ujar farel sambil mendudukkan dirinya di samping angkasa.

"Cerita?cerita apa kak, Angkasa baik baik aja,juga gak ada cerita menarik tentang hidup Angkasa"jawabnya.

"Kamu nggak baik baik aja Angkasa,semuanya terlalu menyakitkan untuk mu,siapa bilang hidupmu tak menarik,bahkan aku ingin sekali masuk dalam cerita mu,ingin melihat seberapa kuatnya dirimu menghadapi ini semua"bisik lirih Farel

"Hah?kakak ngomong apa tadi?"bingung angkasa.

"Eh nggak kok,sekarang Angkasa makan,kakak temani ya"

"Terimakasih kak,kakak baik sekali hahaha"meskipun bibirnya tertawa namun lain dengan matanya yang kembali meneteskan air mata.

"Andai kak Sam seperti kak farel Angkasa bakal beruntung sekali bunda..."batinnya

••••••••

-

-

T

B

C

Jangan lupa voment jika berkenan, follow sebelum lanjut [bagi yang belum]

⚠️ Sorry for typo's 🙃

⚠️ Kritik saran dan kesannya, seperti biasa tulis aja di kolom komen juseyo🐣💙🤗

Yok bisa yok kasih vote nya🙏 geratis dan gak rugi kok hehe:)

Little Star✓ [Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang