Anthony memang membual sedikit.
Tentu saja dia tidak menangkap Mila sendiri, karena bagaimana pun bayangan kalau dia berjingkat diam-diam di belakang Mila dan menutup kepalanya dengan karung terdengar mustahil. Terakhir kali kuingat, Mila lebih kuat dari Anthony dan Katrine digabung menjadi satu. Jadi dia pasti mendapat bantuan tambahan selain Katrine. Yang tidak kusangka adalah, bantuan tambahan itu Pak Asia.
Sekali lagi bayanganku keliru—soal Katrine dan Anthony yang berusaha menahan Mila sementara Pak Asia membaca mantra untuk memasukkan hantu itu ke dalam botol kecil atau teko ajaib. Anthony mengaku kalau dia memang sempat menguntit Mila sebelum akhirnya dibanting habis-habisan. Kemudian Anthony mencari Katrine, yang akhirnya mengadu pada Ellen, yang akhirnya melapor pada ayahnya.
Pak Asia hanya tinggal duduk santai di rumahnya, menyalakan beberapa lilin, lalu memanggil Mila, yang membuat papan ouija jadi terdengar sama tidak bergunanya dengan kalkulator di ujian Biologi. Mila yang tidak tahu dirinya akan dijebak pun muncul di tengah lingkaran dengan goresan rumit di dalamnya—yang kemudian kusadari ternyata adalah aksara Mandarin. Awalnya hantu itu menatap sinis ke arah Pak Asia dan melontarkan kalimat kasar, barulah menyadari bahwa ia telah masuk ke perangkap setelah Anthony dan Katrine menampakkan diri.
Setidaknya itulah yang dijelaskan Pak Asia sambil memberi ceramah panjang lebar soal 'Dasar-Bocah-Bocah-Sok-Bertindak-Sendirian' kepada kami semua (aku, Ellen, Jeremy, para hantu, dan bahkan Rylan), sementara jeritan teredam Mila terdengar dari kejauhan disertai gebukan keras yang menggetarkan lantai.
Yah, siapa sangka rumah yang tampak sekecil dan sesederhana ini rupanya punya ruang penjara hantu rahasia di bawah tanah?
"Ini bukan penjara," bantah Pak Asia saat tidak sengaja mendengarku berbisik pada Anthony di depan pintu di ujung dapur yang terakses pada tangga menurun.
Aku dan Anthony berjalan duluan, diikuti Pak Asia dan Katrine di belakang. Kedua anak Tenggara hanya mengintip dari ambang pintu, sementara Rylan tampak tidak tertarik untuk menuruni tangga dan menunggu di atas.
Pak Asia benar. Betapa kecewanya aku saat menemukan lantai semen dan dinding yang tidak dicat, serta begitu banyak kardus dan bingkisan plastik besar yang ditumpuk pada salah satu sisi, alih-alih ruangan bundar berlantai batu yang dikelilingi gargoyle dan air mancur cantik di tengah—maksudku, jika kau membayangkan penjara iblis, tempat itu setidaknya harus mengintimidasi.
Berdiri di sudut ruangan dengan mata melotot galak, Mila bahkan tidak ada seram-seramnya sama sekali. Pak Asia menjelaskan kalau Mila tidak bisa mengubah wujudnya untuk menakuti siapa pun. Hantu itu bahkan tidak bisa bergerak sesenti melewati garis lingkaran selebar dua meter di sekelilingnya.
"Apa maumu?" desis Mila.
"Mencegahmu menyakiti sahabatku," kataku kalem sambil melipat lengan.
"Kau mengingkari perjanjian kita."
"Aku tidak menyepakati apa pun, Mila."
"Kau mencuranginya dengan cara yang menjijikkan!" bentaknya. Dari jarak jauh, dia mencoba menendangku, kemudian melompat mundur sambil meringis kesakitan seakan kakinya baru saja menyentuh besi panas. "Lepaskan aku dari sini!"
"Lalu membiarkanmu mencekik Rebecca?" gelengku, tanpa sadar mundur beberapa senti. Aku tahu kami berjarak sekitar dua meter dan ada semacam jeruji tak kasat mata yang mengurungnya, tapi berada paling dekat dengan Mila tampaknya bukan ide bagus.
"Aku tidak akan menyentuh teman genitmu lagi karena satu-satunya leher yang ingin kupatahkan hanya dirimu!" teriaknya. Mila mengeluarkan suara jeritan mengerikan yang mengejutkan kami semua dan melompat dengan kedua tangan terulur ke arahku.
Dua senti. Mungkin satu setengah senti. Ujung jari kurus Mila berhenti di depan leherku sebelum dia terpental lagi dan menabrak dinding dan jatuh dengan bokong menghantam lantai. Aku tidak sempat menggerakkan tubuh, bahkan masih terpaku sampai beberapa detik kemudian. Kutarik kata-kataku tadi. Mila itu seram dalam wujud apa pun.
"Ya Tuhan, apa kalian yakin dia bukan roh jahat?" celetuk Anthony.
"Tidak, tapi aku yakin dia berbakat untuk itu," balas Katrine.
"Kenapa kalian tidak mengeksorsisnya saja?" tanya Rylan. Tiba-tiba saja dia sudah berdiri di belakang kami, membuat seisi ruangan terlihat semakin penuh. Puncak kepalanya bisa saja mengenai ujung bohlam lampu kuning yang digantung di bawah langit-langit berjamur.
"Kenapa kalian tidak mencobanya sendiri?" tantang Mila dengan senyuman lebar.
Kutatap Pak Asia yang hanya terdiam, kemudian Katrine menggeleng di sampingnya.
"Kita tidak bisa mengeksorsis hantu biasa secara paksa karena melanggar kode etis," jelas Katrine.
"Ada kode etis di dunia perhantuan?" tanyaku.
"Wah, kau merendahkan kami," tukas Anthony.
"Jadi apa yang akan kita lakukan dengan ini?" Aku menunjuk Mila dari atas ke bawah seakan mengatakan, 'Hei, lihat, mangsa sudah di depan mata!'
Pak Asia mendesah. "Kita akan menahannya sampai dia setuju untuk pergi."
"Tunggu saja sampai kalian semua satu per satu menjadi hantu," decih Mila.
"Cukup, Mila," kataku frustrasi sambil melipat lengan. "Kau dan Charles tidak akan pernah bersama. Bukan karena ada Rebecca, atau gadis-gadis lain yang kau anggap telah merebutnya. Kalian dipisahkan kematian."
"Daisy," tegur Pak Asia.
"Lalu sekarang kau masih di sini," lanjutku tanpa mempedulikannya. Atau siapa pun. Aku merasakan hawa panas, seakan seseorang baru saja menyalakan sumbu api di dadaku kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Kini aku terbakar seluruhnya dan tidak mampu menghentikan setiap kata yang meluncur keluar begitu saja. "Kau hanya menipu diri sendiri dan mengira bisa mendapatkan apa yang belum sempat kau peroleh semasa hidup. Kau menipu semua orang, bahkan menyakiti mereka, dan mengatakan Charles milikmu—yang benar saja, Mila!"
Mila berdiri sambil menggeram. "Kau tidak mengerti bagaimana rasanya berpisah dengan orang yang dicint—"
"Kau kira?" Semua hawa panas itu berkumpul di mataku sekarang. Aku masih memandang Mila yang bangkit perlahan, tapi bayangannya mulai sedikit kabur. "Kau kira apa yang dirasakan Rebecca saat saudara laki-laki satu-satunya tiada? Dia hampir gila, Mila, sampai akhirnya Charles datang. Lalu kau, si jiwa mati, merusak ketenangan yang masih hidup dengan dasar ilusi yang kau ciptakan sendiri."
Sepertinya aku sudah keterlaluan karena Pak Asia mulai menarik pundakku menjauh.
"Tidak, aku belum selesai!" Aku memberontak, tapi Katrine dan Anthony ikut menahanku. "Lepaskan aku, dasar jiwa mati! Kalian tidak pantas di dunia ini. Menyusahkan! Aku kesal!"
"Tunggu!" seru Mila sebelum aku diseret ke luar pintu. Para hantu pesuruh masih menahanku, tapi aku toh tidak berniat ke mana-mana.
"Terima kasih atas ucapanmu yang menyebalkan," kata Mila sambil berkacak pinggang. "Tapi kau harus tahu kalau tidak banyak berguna menahanku di sini. Aku bukan musuh satu-satunya."
"Maksudmu?"
"Lepaskan aku, maka akan kuberitahu dengan detail," katan
"Lupakan. Siapa pun itu, dia tidak akan sampai lima puluh persen mengancam darimu."
"Termasuk Bertha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLED
Paranormal[Paranormal-Teenfic-Horror Fantasi-Romance-Comedy] Menjadi remaja SMA yang bisa melihat hantu tidak semudah yang dibayangkan Daisy. Apalagi tiba-tiba ada hantu yang mengincar Rebecca, sahabatnya. Seakan mengusir makhluk gentayangan saja belum cukup...