30. Pertunjukan

164 67 1
                                    

Roh hitam jahat.

Seharusnya aku bisa menduganya. Jenis makhluk halus mana lagi yang cukup jahat untuk menyamar dan menjebak orang tidak bersalah seperti Rebecca? Terakhir kali aku berurusan dengan roh jahat, Rylan (Jordan) terjatuh dari ketinggian sebelas lantai dan hal itu menyebabkan Jordan akhirnya harus pergi selamanya. Aku hanya bisa merenung ke arah jalan, tidak fokus pada Katrine yang menjelaskan pada Rylan apa itu roh jahat.

Sederhananya: bentuk lanjutan dari hantu jika mereka melakukan kejahatan. Para hantu masih bisa melangkah ke dunia berikutnya, entah di mana pun itu tergantung kepercayaan mereka. Tapi roh jahat tidak punya tujuan akhir lagi, dan jika ada, kurasa itu adalah neraka. Karena itulah mereka banyak berkeliaran di sini, menolak dieksorsis, dan memiliki misi menghancurkan hidup manusia dan menciptakan lebih banyak roh jahat lagi.

Orang-orang menyebutnya iblis. Setan. Atau apa pun yang bisa disalahkan atas segala dosa-dosa manusia.

Rylan tidak bisa diam setelah mendengar penjelasan itu. Aku menyaksikannya menelepon Pak Asia yang mobilnya terparkir di seberang kami, berteriak pada pria tua itu dan mendesak jawaban jelas di mana kita harus mencari Rebecca. Pak Asia hanya membalas dengan lembut, meminta kami bersabar dan menunggu kabar Mila karena hanya itu yang bisa dilakukan. Rylan mematikan telepon dengan marah.

Aku bisa sedikit banyak paham soal perasaan Rylan. Jarum pendek menunjuk angka tujuh, matahari sudah tenggelam sepenuhnya, dan ada pesan dari Jackson yang bertanya apakah aku tahu apa yang terjadi pada Rebecca dan pesan dari Papa yang bertanya jam berapa aku pulang.

Baru saja aku memutuskan akan menangis sejenak, tiba-tiba Mila muncul di samping Katrine. Jika aku naik mesin waktu ke satu minggu yang lalu dan bilang kalau aku akan merasa senang melihat wajah Mila, aku tidak akan pernah percaya.

"Ini punya temanmu?" tanya Mila sambil mengangkat sebuah ponsel mati dengan casing merah gelap yang familier.

"Ya." Wajahku menegang, teringat dengan fakta bahwa setiap kali polisi hanya menunjukkan barang temuan milik korban ke keluarga korban, biasanya si korban sudah tidak selamat.

"Ini ditemukan di kamar Charles. Tidak ada siapa pun di sana. Aku juga tidak tahu ke mana dan dibawa siapa Rebecca pergi setelah itu." Mila mengangkat bahunya.

"Sudah kuduga," desis Rylan. Dia membuka sabuk pengaman dan bersiap keluar dari mobil. "Hubungi Charles dan tanyakan di mana dia. Aku akan mencarinya di tempat."

"Kau tahu nggak," kata Mila di sela nada dering ponselku yang memanggil nomor Charles. "Kurasa Charles sedang mengutuk Rebecca dan kecil kemungkinan bagi dia untuk selamat. Kita akan tahu jika nanti temanmu kembali dalam wujud hantu."

"Kau lebih menyebalkan dari Tony," decak Katrine sambil menempeleng kepala Mila hingga dia memprotes.

"Sama sekali tidak membantu, Mila," kataku kesal dengan suara bergetar. Aku mulai kehilangan energi untuk menekan tombol telepon ulang saat Charles tidak mengangkat.

Pintu mobil kembali terbuka dan Rylan menghempaskan tubuh tingginya ke jok. Alisnya yang berkerut dalam pertanda berita buruk. Rylan menelepon Pak Asia, membiarkannya dalam mode loudspeaker.

"Charles sudah izin pulang sejak sejam yang lalu." Rylan mengumumkan dengan suara nyaris tidak terdengar. "Mila di sini. Katanya ada jejak ponsel Rebecca di kamar Charles."

"Apa Charles pelakunya?" tanya Jeremy.

"Itu tidak menjelaskan bagaimana dia bisa meminta roh jahat untuk membantunya. Charles tidak bisa melihat," kata Pak Asia.

Rylan berdecak. "Persetan bagaimana caranya. Temukan Rebecca dulu. Kita berpencar. Kunjungi setiap jalan, minta para hantu masuk ke masing-masing ruangan yang ada."

TROUBLEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang