Segalanya begitu tenang. Angin lembut menerpa rambut dan pakaianku, membawa aroma garam yang menenangkan. Aku membiarkan ombak menampar kakiku yang menggantung di atas bebatuan besar pinggir pantai. Tempat ini asyik untuk berbincang. Karena itulah kami berdua berada di sini.
"Jadi maksudmu, kau sadar secara penuh dalam mimpi ini?" tanya Anthony terperangah setelah aku menjelaskan padanya. Dia bilang, sesaat setelah melihatku pingsan, tiba-tiba dia sudah di sini dan melihatku duduk sendirian. Anthony sempat mengira kalau dia baru saja menginjak alam orang mati jika dia tidak mencoba kabur ke dunia sadar sementara dan kembali lagi saat kupanggil.
"Keren banget," komentarnya. "Tahu nggak sih kalau kau sedang diangkut ke tempat tidur sekarang? Orangtuamu mengira kau pingsan karena belum makan malam."
Anthony bercerita apa yang terjadi tadi. Setidaknya ada sepuluh roh jahat yang menjeratku hingga ke tengah lapangan. Pak Asia sudah berhasil mengusir sebagian besar roh jahat yang lain, kemudian mencoba untuk mengusir roh hitam yang mempengaruhiku. Dia berhasil. Tapi aku kehabisan energi dan pingsan.
"Mampus, aku tidak mau bangun lagi deh," erangku sambil menutup wajahku dengan kedua telapak tangan.
"Kalau aku jadi kau, aku juga akan berpikir hal yang sama. Kau bisa menginterupsi mimpi orang-orang juga seperti Spongebob?" tanya Anthony.
"Aku hanya bisa mengundang orang-orang."
Anthony mengelus dagunya. "Keren. Kalau kau kesal sama seseorang, kau bisa memanggilnya ke sini dan meninjunya sampai babak belur, kemudian dia tidak bisa menuntutmu keesokan harinya."
"Dia tidak akan sadar. Kecuali jika orang-orang yang tidak biasa. Dan aku baru tahu kalau ini berlaku buat hantu juga."
"Orang-orang tidak biasa?" tanya Anthony penasaran. "Misalnya para bangsawan atau apa?"
"Orang-orang seperti Rylan, bodoh."
"Buktikan," tantangnya.
"Tidak bisa. Dia harus tertidur dulu."
"Hantu mana lagi yang pernah kau coba selain diriku?"
"Hei, kau membuatku terdengar cabul," decakku. Anthony tertawa keras. "Kau masih yang pertama."
Kedua alis Anthony terangkat penuh arti. Aku tahu apa yang dia pikirkan, dan aku tidak ingin menjawabnya.
"Kalau Jordan? Mengakulah." Anak itu dengan beraninya menyuarakan nama terlarang.
"Pergi kau," usirku kesal. Detik berikutnya dia menghilang dari pandangan.
Aku terbangun dengan sengatan bau minyak kayu putih di bawah hidungku. Papa memaksaku makan, berceramah bahwa seharusnya aku bertanggung jawab dengan kesehatanku sendiri, tanpa mempedulikan Rylan dan Rebecca yang masih berada di kamarku. Sesuai saran Katrine, keluarga tenggara tidak ikut ke rumah, karena bakal lebih sulit lagi menjelaskan bagaimana mereka bisa pulang beramai-ramai membawa seorang gadis pingsan. Sambil makan bersama Rebecca di kamar (Papa tidak memberi jatah untuk Rylan, kurasa dia sengaja menunjukkan ketidaksukaannya sejak kecelakaan kemarin), aku mendengar cerita dari sudut pandang Rebecca.
Hal baiknya, semua orang memang selamat. Kami sengaja meninggalkan Charles yang pingsan di ruang teater, berharap kalau besok dia akan mendapat masalah ketika staff sekolah menemukannya. Rebecca, yang sedikit trauma, mengaku kalau dia tidak sadar bahwa selama itu dia sendirian dan entah bagaimana bisa membuka kunci ruang praktek dan rumah Charles. Tapi ada satu hal yang paling membekas di ingatannya. Soal apa yang dia temukan di kamar Charles. Mila tidak bohong soal Jurnal Kematian. Charles menulis skenario kematian beberapa orang.
Mulai dari ayahnya yang dia benci ketika ia berusia sepuluh tahun (penyebab kematian: tertabrak mobil dan dijepit oleh sepeda motor dari arah berlawanan hingga tulang dadanya remuk tak berbentuk); kucing tetangga sebagai eksperimen saat dia berusia dua belas (penyebab kematian: digigit anjing liar hingga kepala putus); perundungnya saat SMA (penyebab kematian: kepala tertimpa pecahan beton di area konstruksi); kemudian yang terakhir Mila (penyebab kematian: jatuh dari pesawat hingga tubuhnya terbelah menjadi beberapa bagian).
KAMU SEDANG MEMBACA
TROUBLED
Paranormal[Paranormal-Teenfic-Horror Fantasi-Romance-Comedy] Menjadi remaja SMA yang bisa melihat hantu tidak semudah yang dibayangkan Daisy. Apalagi tiba-tiba ada hantu yang mengincar Rebecca, sahabatnya. Seakan mengusir makhluk gentayangan saja belum cukup...