31. Tarian Dalam Kegelapan

177 70 1
                                    

"Dan ada teman-teman lain juga," sapa Charles, terlihat tidak begitu senang pada kehadiran keluarga Tenggara. "Bagus, tim kalian lengkap."

Rylan belajar untuk tidak gegabah kali ini. Aku tahu dia ingin sekali menerjang ke arah panggung dan membawa Rebecca pergi sambil menendang wajah Charles, tapi tampaknya dia paham kalau itu tindakan yang sia-sia dilakukan terlalu awal. Pria itu hanya melangkah sambil menggertakkan gigi, menatap Charles tajam, dan bertanya hal gila apa yang dia lakukan.

"Jadi kau di balik semua ini," kataku tajam.

"Kenapa kau masih menuduhku, Daisy?" tanya Charles dengan nada sedih yang palsu. "Kau sendiri sudah lihat rekaman CCTV yang kuusahakan minta untukmu. Rebeccca berjalan sendirian. Aku berada di rumahmu. Bagaimana aku bisa mengendalikan Rebecca dari jarak jauh hingga ke sini. Kalau boleh kutambahkan, aku baru tiba di sini setengah jam yang lalu, dan itu sudah terjadi." Dia menunjuk ke arah panggung.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Rylan lagi.

"Seperti kalian. Mencari Rebecca. Aku tidak bisa mendekatinya dari tadi. Ada sesuatu yang menghalangi." Charles melirik Rebecca sambil meringis. Ekspresinya lebih ke kasihan ketimbang cemas. "Kalian tahu apa itu kan?"

"Jangan percaya dia," kata Katrine, yang didukung Mila dengan keras.

"Bagaimana kau bisa tahu dia ada di sini?" tanyaku. "Dan kenapa kau tidak mengangkat teleponku?"

"Entahlah." Charles mengangkat bahu, terlihat sama bingungnya. "Aku merasa terpanggil. Tiba-tiba aku memikirkan sebuah tempat, sekolah kalian, lalu merasakan dorongan keras untuk menyetir ke sini. Kakiku bergerak sendiri sampai ke ruang teater."

Rylan mendengus keras.

"Charles berkomplotan dengan makhluk hitam!" seru Anthony susah payah.

"Tapi bagaimana caranya? Dia tidak bisa berinteraksi dengan mereka." Jeremy menatap pria di depan kami dengan penasaran.

"Kau tahu bagaimana rasanya, Daisy?" lanjut Charles. "Melihat orang yang dicintai terperangkap seperti itu dan tidak bisa melakukan apa-apa. Aku ingin menyelamatkan Rebecca dan membawanya ke tempat yang aman. Melindunginya."

"Buang omong kosong itu," desis Rylan.

"Kita bisa membuktikan dari siapa yang pertama kali menemukannya," kata Charles.

"Dan apa yang baru saja Rebecca lakukan. Entah bagaimana dia ternyata sempat mampir ke rumahmu sebelum tiba di sini. Siapa lagi yang bisa membawanya ke teritorimu selain dirimu sendiri?" tukasku.

"Sungguh, hantu-hantu itu," geram Charles. "Seandainya aku bisa melihat mereka dan memberi pelajaran secara langsung."

"Ucapanmu persis seperti anak TK yang sombong dan bilang akan menghajar teroris bersenjata," komentar Rylan. "Menggelikan."

"Kalian lihat sendiri!" teriak Charles. "Rebecca bisa saja mati di sana dan apa salahnya tambahan satu orang untuk membantu melepaskannya?"

"Charles benar juga," kataku, "jika kalian membiarkanku melihat hantu dengan mudah, kenapa tidak melakukan hal yang sama—"

Ucapanku terhenti saat Pak Asia mengangkat sebelah tangannya ke arahku, memintaku diam. Dia mengambil satu langkah ke depan, tatapannya tertuju pada Charles. "Kenapa kau begitu yakin kalau kita butuh banyak orang untuk menyelamatkan Rebecca? Bisa saja aku melakukannya sendirian."

"Aku butuh itu!" pinta Charles tidak sabar. Aku menyadari dengan ngeri kalau ada dua makhluk hitam yang kini menempel di punggungnya. Mendadak tubuh Charles mengejang hebat, kedua matanya berubah hitam sementara suaranya menjadi berat dan bergema. "BIARKAN CHARLES MELIHAT. MAKA KAMI AKAN MELEPASKAN MANUSIA ITU."

TROUBLEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang