20. Enchanted

48 5 0
                                    


Beberapa menit kemudian Juno keluar, dengan kaos hijau tua dan celana jeans pendek pilihanku. Aku heran kenapa Juno senang sekali membuat mataku sakit, aku sampai lupa berkedip. Dia sekeren itu? Benar-benar siapapun yang pernah menolak cintanya akan menyesal ketika dia tahu Juno bisa sekeren ini.

"Bagus?"

"Agak dingin," ucapnya sambil mengusap kakinya kaku.

"Jadi?"

"Tidak bolehkah aku pakai yang panjang saja?" baiklah, aku tidak bisa membantah jika dia memasang wajah memelas itu. Bisa dibilang itu kelemahanku yang tidak pernah aku sesali—karena itu langka. Hal yang akan kudapati dari ekspresi wajah Juno hanya diam, pemalu, melamun dan terkadang dingin juga di saat-saat tertentu.

Juno hendak mengeluarkan dompetnya saat kami sudah mencapai kasir yang segera aku tahan. Aku yang mengajaknya kesini, ini rencanaku jadi aku juga yang harus membayar.

"Diam disitu!"

"Kenapa kau yang bayar?"

"Karena ini keinginanku."

"Aku juga menginginkannya," kupikir dia tidak berkepala batu.

"Hadiah!" ucapku cepat, berharap dia berhenti mempersoalkan siapa yang membayar. Terlihat normal kan?

"Hadiah apa? Tidak perlu."

"Ulang tahunmu."

"Tapi ulang tahunku masih—"

"Aku akan memberinya sekarang, jadi biarkan aku yang bayar."

Dengan sedikit paksaan dan intimidasi, Juno akhirnya setuju dan berhenti memperdebatkan soal siapa yang akan membayar bajunya. Dia sedikit kuno dengan baju wawancara itu dan tentu saja aku tidak mau dianggap keponakan yang sedang berjalan-jalan dengan pamannya.

"Aku juga akan membelikannya untukmu lain kali," ucapnya di sela-sela kami berjalan menuju bioskop.

"Tidak ada yang meminta kau membelikanku apapun."

"Hadiah."

"Ulang tahun? Aku tidak suka merayakan ulang tahun, itu aneh."

"Hadiah sudah mau menjadi temanku," jawabnya dengan setitik senyum yang entah mengapa itu sedikit membebaniku.

Kau tahu apa yang ada di pikiranku saat ini? Saat Juno berkata bahwa itu adalah hadiah karena aku sudah mau menjadi temannya? Juno masih terluka, ia masih memiliki kekhawatiran tentang hubungan pertemanan. Aku tahu wajahnya tidak menunjukkan sesuatu yang mencurigakan, tapi di balik ucapannya Juno jelas ketakutan. Dia ketakutan bahwa mungkin saja seorang teman bisa meninggalkannya jika dia tidak berkontribusi banyak, tidak cukup royal dan tidak cukup berguna. Maksudku apa aku terlihat berteman karena hanya sebuah hadiah?

Diam-diam aku memperhatikan Juno yang pergi menuju loket tiket. Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya tidak punya teman, aku juga tidak pernah tahu bagaimana rasanya dihantui kekhawatiran bahwa mungkin temanmu hanya berteman karena hal lain. Tapi sejak aku mulai mengenal Juno, aku mulai memahami bahwa ada segelintir orang yang hidup penuh ketakutan, tidak percaya hubungan pertemanan itu murni, kau harus jadi orang yang berguna untuk diakui seorang teman, dan mungkin tidak memiliki siapapun untuk dipercaya selain dirinya sendiri. Tidakkah kau lihat bagaimana ketakutannya dia melihat dunia?

Okey, aku mengakui aku melakukan hal seperti membelikannya baju, menjenguknya di rumah sakit dan mengajaknya jalan-jalan karena aku senang berada di dekat Juno sebagai seorang yang mengharapkan lebih dari teman. Aku tidak munafik soal itu bahwa aku menyukainya dan melakukan ini dengan harap dia juga menumbuhkan perasaan yang sama.

Second RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang