4. Jealousy

58 6 0
                                    

27 Desember



Aku ingin menjadi peran utama bukan hanya pada ceritaku. Aku ingin menjadi peran utama di dalam cerita seseorang yang dia juga hadir dalam ceritaku, sebagai peran utama.

Ada yang selalu orang-orang lupakan tentang jatuh cinta. Mereka lupa bahwa mereka sedang jatuh, bukan terbang. Dan tidak ada orang terjatuh tanpa luka. Kau pasti terluka, dengan ekpektasi rapi dalam kepalamu, sementara kenyataan di ujung sana kau melihat kekacauan. Kau tak bisa tutup mata, atau berlalu begitu saja. Kau di sana, dituntun oleh ekspektasimu sendiri yang telah kau percayai sepenuh hati. Yang kau yakini dia akan mempersembahkan dunia yang indah.

Aku punya ekspektasi, yang ternyata hancur oleh kenyataan. Aku tidak tahu apakah ini sebuah perasaan tulus atau hanya terselimuti keserakahan, tapi aku mencintainya. Aku mencintai seseorang yang telah memiliki orang lain sebagai peran utama dalam ceritanya.

Dia Azel Prasetya, kakak tingkat kelas 3 yang memiliki wajah tampan, sikap ramah dan penuh perhatian. Lelaki yang entah sejak kapan melingkar di kepalaku, melingkar di bayangan masa depanku dan satu-satunya lelaki yang menjadi lamunan di setiap tidurku.

Aku tahu memang bukan dia satu-satunya lelaki yang memiliki ketampanan, keramahan dan sikap perhatian itu. Tapi aku tidak tahu kenapa harus namanya yang terlintas di malam panjangku. Kenapa harus wajahnya yang tersenyum dalam mimpiku? Dan kenapa harus dia yang mengendalikan hatiku?

Dia definisi manusia sempurna bagiku. Dia bukan tipe orang yang ribet urusan cinta. Dia bukan tipe orang yang sembarangan tebar pesona. Dia tak pernah menggoda perempuan dan tak pernah tergoda perempuan. Aku hanya berpikir dia tipe orang yang tidak melihat perempuan sebagai objek untuk dilihat, disentuh dan dimanfaatkan. Dia melihat perempuan sebagai seseorang yang perlu ia jaga.

Dan itu meluluhkan hatiku. Sebagai seorang perempuan, aku ingin memiliki lelaki yang melihatku bukan sebagai objek untuk keserakahannya. Tapi lelaki yang akan berkata, "aku akan berusaha ada di sana saat kau butuh aku".

Begitulah awal aku menyukainya.

Oh iya, poin plusnya dia menjabat sebagai ketua osis dan memiliki banyak prestasi di masa periode jabatannya ini. Dan semenjak ia menjabat aku sebagai siswa yang mengalami masa periode kepemimpinannya merasa Kak Azel membawa banyak perubahan yang signifikan terutama dalam meningkatkan kedisplinan dan kinerja para siswa dengan banyak mengadakan program pengembangan skill, kompetisi dan lain-lainnya.

Apa aku terlihat seperti sedang mengampanyekan ketua osisku? Benar, benar sekali dukung Azel Prasetya dua periode!

Kembali berbicara tentang perasaanku, perlahan perasaan itu mulai menyakitkan saat kutahu lelaki sepolos Kak Azel menyukai seorang gadis—dan itu bukan aku. Ketika seorang lelaki yang tidak pernah memiliki hubungan kemudian memutuskan berhubungan layaknya pacaran artinya gadis itu berpengaruh besar bagi hidupnya, dan aku merasa ciut di sana. Merasa aku tidak ada apa-apanya dibanding gadis itu—Kate. Katherine.

Saat aku memiliki keberanian untuk mengutarakan perasaan, menjadi perempuan yang berani berjuang untuk mendapatkan cinta, aku selalu saja terpikir dengan perbandinganku antara gadis yang kini menyandang status sebagai kekasihnya. Kau tau? Sangat berbeda jauh. Bagaikan langit dan bumi.

Kate itu, baik, perhatian, sangat ramah, berpenampilan bagus dan juga pintar. Dia masuk ekskul English Club maka dari itu skill inggrisnya benar-benar tingkat atas—tak perlu di ragukan. Dan satu lagi yang tak bisa ku bantah bahwa dia benar-benar sempurna untuk ukuran gadis SMA.

Dia cantik. Sangat cantik. Sampai-sampai aku iri dengan semua yang ada pada dirinya.

Jika saja aku punya kemampuan untuk merasakan hidup seseorang selama satu hari, tanpa ragu aku akan memilih Kate. Bayangkan satu hari penuh merasakan berada di posisinya yang begitu dicintai dan dikagumi banyak orang. Pasti menyenangkan?

Second RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang