Jadi sejak kejadian itu aku tak pernah lagi melihat Juno di sekolah. Maksudku, aku tidak punya kesempatan untuk melihatnya karena lelaki itu selalu menghindar secepat kilat. Saat pandangan kami saling bertemu pun, hal pertama yang kulihat darinya adalah tatapan kecewa, marah dan entah apa lagi yang tersirat di sorot mata misteriusnya. Kesimpulannya Juno sudah terlanjur membenciku.
Hariku berjalan buruk, tidak ada yang ingin peduli denganku atau sekedar bertanya "bagaimana keadaanku?", "apa aku baik-baik saja?", "apa aku terluka?". Bahkan seseorang yang sangat aku harapkan ada, tidak sedikitpun menyimpan rasa kasihan. Tidak-bukan aku ingin dikasihani, hanya saja dia tau bahwa dirinya sangat berharga bagiku dan aku benar-benar kacau untuk saat ini. Tidakkah dia ingin peduli?
Astaga, apa yang bisa kuharapkan dari gadis itu? Dia hanya peduli tentang kebaikan Kate.
Kini, aku duduk sendirian di kantin, paling pojok dengan seluruh pasang mata yang tak henti menatapku sinis. Aku hanya bisa tersenyum pahit, di satu sisi ingin menyesali karena ternyata dampak dari kebodohanku tempo lalu membawaku menjadi gadis anti sosial sekarang, tapi di satu sisi aku tidak ingin menyesali karena Kate pantas mendapatkannya. Maksukdu, menyiraminya dengan jus tak sebanding dengan hal jahat yang ia perbuat terhadap Juno. Seharusnya aku tampar bolak-balik selama seratus kali.
Jika dipikir-pikir aku semakin bisa merasakan dari sudut pandang Juno dan menilai bagaimana kehidupannya beberapa bulan ke belakang. Persis seperti ini kan? Sendirian di kantin, sahabatnya meninggalkan dirinya karena kesalahpahaman, tak ada yang peduli dan semua orang membencinya. Aku jadi berpikir mungkin lebih baik aku makan di tempat sepi daripada sendirian di tempat ramai dan merasa terintimidasi. Merasa terlalu menunjukkan bahwa aku tidak punya teman di depan semua orang. Apa yang Juno pikirkan saat itu ya? Apa dia sefrustasi diriku saat ini? Atau mungkin sudah terbiasa?
Aku bangkit dari dudukku, membawa kotak ayam penyet pesananku dan berencana ke atap sekolah untuk mendapatkan ketenangan sebelum aku merasakan tiba-tiba puncak kepalaku terasa dingin dan cairan pekat jatuh melumuri seluruh wajahku.
Jus?
Aku sontak mendongak dan mendapati dua orang asing tahu-tahu sudah berdiri di sampingku dengan segelas jus kosong di tangan kanannya dan segaris senyum sinis di sudut bibirnya. Sial? Urusan apa mereka menyiramiku jus? Aku bahkan tak mengenal sepasang lelaki dan perempuan brengsek ini.
"Oops, maaf jusku tumpah," ucap salah satunya, yang kemudian tertawa bersama. Dilanjutkan dengan suara tawa seisi kantin yang saling bersahutan.
Oh, ini semua sudah direncanakan satu angkatan? Satu orang menyirami jus dan semuanya tertawa? Payah!
"Oh, kupikir kau tolol tak tahu cara minum jus."
"Jaga mulutmu ya!" ucap gadis itu melotot. Aku hanya mendecih, mengabaikan hati kecilnya yang mungkin sedikit terluka karena kukatai tolol. Mataku langsung melesat menatap Kate di ujung sana, yang sepertinya sedang menikmati pertunjukkan menarik sepanjang sejarah. Aku tahu Kate bukan tipe orang yang menyuruh teman-temannya untuk melakukan ini padaku. Toh, dia takut dilabeli gadis yang suka balas dendam. Ini murni bentuk pengabdian budak Kate yang dengan senang hati mencampuri urusan Kate dan melabrak siapapun yang mengganggunya. Seperti Sheza yang kemarin menamparku, dan dua bocah kekanak-kanakkan ini.
Lihatlah senyum setan itu, seolah mencemooh padaku apa aku menyesal dengan tindakan konyolku kemarin. Jika saja aku bisa telepati, dengan lantang aku akan berteriak 'tidak pernah sedikitpun' di dalam kepalanya. Aku beralih menatap tajam dua bocah ini, yang entah apalagi yang hendak mereka lakukan padaku. Sebelum mereka melakukan closing-nya, aku berencana pergi melakukannya lebih dulu, yaitu menyenggol lelaki yang memegang jus dengan kasar sehingga lelaki itu secara tidak sengaja menjatuhkan gelasnya dan 'prang!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Rain
Teen FictionSore itu, hujan mempertemukanku dengan seorang lelaki pemilik payung merah. Kehangatan yang ia berikan lewat payung tersebut membuatku menyimpan sebuah perasaan yang semakin hari semakin mendalam. Dan sekarang, aku terjebak dengan perasaan yang tak...