"Jangan melihatku seperti itu Zoe!"
"Sudahlah Matt. Salahmu membiarkanku masuk ke dunia mu kan? Hahahaha"
Kami sedang duduk berdua di sebuah cafe langganan kami. Meminum secangkir kopi dan teh serta beberapa camilan manis sambil menikmati suasana.
Seperti perempuan? Apa peduliku?
Hidup ini harus dinikmati, itu prinsip kami berdua. Teh dan kopi beserta camilannya diciptakan untuk dinikmati semua orang. Bukan hanya perempuan saja, laki-laki juga. Jadi, berhentilah menuduh yang macam-macam pada laki-laki yang datang ke cafe sambil menikmati teh dan camilan manis.
"Apa kau menyesal?" tanyaku pada Matt sambil bertopang dagu.
"Tidak..." jawabnya enggan, "Tapi rasanya aneh Zoe dan ugh... aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata..." lanjutnya frustrasi dan aku tertawa.
Laki-laki aneh. Suka sekali tertawa tapi menderita, mudah salah tingkah dihadapanku, suka sekali berbohong, apalagi soal perasaannya, tidak suka dikekang, blak-blakan kalau dia menyukai sesuatu, berjuang keras sekali dan mudah penasaran dengan hasil kerjanya, baik bahkan terlalu baik, suka mencampuri urusan orang tapi dia sendiri tertutup, cara bicaranya membuat orang suka padanya, mudah sekali penasaran, pintar.
Dan tampan, tentu saja.
"Ini semua gara-gara kau... Mengatakan hal seperti itu..." racaunya.
"Kau sendiri yang bilang untuk tidak menyembunyikan perasaanku..." jawabku polos.
"Tapi bukan yang seperti itu!" geramnya kesal.
Aku tertawa lagi. Tingkahnya yang seperti itu membuatku ingin tertawa dan aku senang karena hanya aku yang dapat membuatnya seperti ini.
Sialan, wajah blushing dan tingkahnya itu membuatku semakin membuatku menyukainya.
"Kalau kau tidak menyukainya, lupakan saja dan aku tidak akan mengatakannya lagi padaku," saranku.
"Melupakannya?" tanya Matt tak percaya. "Yang benar saja! Hal seperti itu astaga... Apa aku sebegitu menariknya..."
"Kau laki-laki paling menarik yang pernah kutemui," balasku lalu tersenyum.
Aku menyukainya.
Ya, aku gay.
Baiklah, silahkan lakukan apapun yang kalian inginkan. Kalian boleh mencaciku, menatapku jijik, berteriak-berteriak padaku atau apapun yang kalian inginkan. Silahkan lakukan tapi jangan bunuh aku karena aku masih ingin hidup.
Tapi kalian harus tahu kalau aku tidak peduli dengan makian dan bully-an macam apapun. Sekalipun kalian meneriaki ku "Makhluk hina" atau "Pergilah ke neraka makhluk menjijikan" ataupun melemparku dengan telur lalu mengejeku.
Sakit hati? Tidak juga. Lagipula memang kenyataan kalau aku seperti "itu".
Kalau kalian bertanya-tanya kenapa Matt uring-uringan sekarang, itu karena aku merayakan dua tahun sejak aku menyukainya.
Hahahaha, terdengar aneh kan?
Biar saja, yang penting Matt menerima undanganku untuk makan bersama hari ini. Ini hal biasa yang kami lakukan saat waktu luang meskipun aku tahu Matt yang merasa tidak biasa.
"Kalau kau tidak memaksaku, aku tidak akan mengatakannya dulu..." belaku.
Matt mendengus kesal, "Aku tidak menyangka malah itu yang kau katakan."
Dari semua temanku di sekolah, hanya dia yang tahu. Selebihnya, tentu saja orang-orang yang seperti "aku" tahu.
Sampai usiaku yang tujuh belas tahun ini, aku "baru" mengencani dua orang. Aku yang mengajak, tentu saja karena aku tipe penyerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosalyn : change
Action"Tidak. Tidak ada tempat bagiku untuk kembali. Bahkan di sudut dunia yang terpencil pun." Rose selalu hidup berlumur dosa. Bau darah, suara tembakan, dan mayat yang bergelimpangan sudah menjadi kesehariannya. Hatinya telah beku seiiring ia tenggelam...