Rose menarik nafas dalam. Kedua tangannya memegang hand gun tengah bersiap. Lalu dalam hitungan detik, Rose menembak objek kayu dengan kedua tangannya.
"Jangan terlalu memaksakan diri. Kamu baru saja sembuh."
Rose memutar tubuhnya dan mendapati Jack sedang berdecak pinggang kesal. Dengan wajah datarnya, Rose mengarahkan satu pistolnya tepat di kepala Jack.
Bukannya menghindar, Jack malah nyengir.
DOR
Satu peluru meluncur mulus melewati kepala Jack. Dia bahkan bisa merasakan peluru itu mengenai rambutnya.
"Kenapa kau ke sini?" tanya Rose.
"Bob sudah pulang. Apa kamu tidak tahu?"
Detik berikutnya, Rose sudah melesat ke ruang tempat mereka biasa berkumpul. Begitu sampai, dia tersenyum licik lalu menghambur ke pelukan Bob.
"Bob! Bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja?" tanya Rose khawatir.
Pria berbadan kekar dan bertato itu tertawa keras. "Modus! Kau hanya ingin barang mu kan?" Rose memasang senyum manisnya dengan manja. "Ada di tas hitam itu," kata Bob. Rose langsung mengeluarkan tas kotak hitam dan membukanya. "Sudah aku coba dan menurut ku itu memang bagus untuk gerakan mu yang gesit," komentar Bob. Rose mengacungkan pistol tersebut ke arah Bob. "Wo wo wo, lebih baik kau hati-hati Rose. Pelurunya bisa menembus tengkorak ku."
"Bob, kau lugu sekali. Sejak kapan Rose berhati-hati?" sahut Jack tiba-tiba. Mata Rose menyipit mengerikan, tapi Jack malah melanjutkan, "Lihat saja lukanya kemarin. Kalau dia tidak sembrono, pasti semua berjalan baik."
"Itu karena kau lama," balas Rose. Aura disekitarnya terasa menekan.
"Oh ya? Bukankah itu karena kau tidak mengikuti rencana awal kita?" kata Jack.
"Oh ayolah, kapan kamu akan terbiasa dengan itu Jack?" Rose memutar bola matanya.
"Sampai kau pulang tanpa luka mengerikan."
"Jangan memperlakukan ku seperti anak kecil," balas Rose dingin. Bob jadi bingung apa yang harus dia lakukan. Nada bicara Rose sudah tidak enak.
"Aku tidak ingat kamu sudah besar."
Tangan Rose hampir menyentuh kepala Jack sedetik kemudian, tapi Jack menangkisnya. Rose ganti memegang tangan Jack erat-erat lalu membanting tubuh Jack. Saat tubuhnya akan menyentuh tanah, dia menahan kakinya agar tubuhnya tidak terbanting.
"Yak, cukup sampai disitu teman-teman," lerai Bob memegangi erat-erat mereka berdua sambil memasang senyum manis mengerikannya. Dia tahu kalau tidak dihentikan, mereka bisa saling bunuh.
Rose menarik tangannya kasar sambil menatap kedua orang itu dingin lalu pergi begitu saja. Jack hanya bisa mengehela nafas lelah.
Bob mendecakkan lidahnya. "Kalian ini, sampai kapan begitu..."
"Hah... entahlah. Mungkin suatu saat nanti sampai dia benar-benar memperhatikan ku," jawab Jack pasrah.
"Oh, kau menyukainya?" goda Bob. "Yah, tidak heran. Kalian sudah bersama delapan tahun."
"Menyukainya?" Jack terdiam. "Apa aku terlihat seperti itu?"
Bob memgangkat sebelah alisnya. "Jadi kau tidak tahu perasaan mu sendiri?" Jack mengangkat bahaunya. "Mungkin suatu saat nanti kau akan menyadarinya."
Jack tertawa kecil. "Begitukah? Yah, yang jelas aku hanya ingin melihat adik kesayangan ku tersenyum lagi. Rose itu dewasa terlalu cepat.
Melihat tatapan sedih Jack, Bob berkata, "Ya, aku kasihan dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosalyn : change
Action"Tidak. Tidak ada tempat bagiku untuk kembali. Bahkan di sudut dunia yang terpencil pun." Rose selalu hidup berlumur dosa. Bau darah, suara tembakan, dan mayat yang bergelimpangan sudah menjadi kesehariannya. Hatinya telah beku seiiring ia tenggelam...