"Aku bermimpi ada seseorang yang berjalan-jalan di kamar ku tadi malam..." gumam Matt pelan sambil memegang roti isinya.
Rose hanya mengedikan bahunya pura-pura tidak tahu sekaligus khawatir karena insting Matt yang kuat.
Tidak perlu waktu lama baginya untuk memastikan kamar Matt aman dan memasang alat penyadap di kamarnya sekaligus di barang elektroniknya. Yang membuatnya terkejut adalah posisi tidur Matt yang diluar wajar. Selimutnya berantakan di bawah kakinya, bantalnya jatuh, dan tangan dan kakinya telentang seolah tidak mengizinkan siapun naik ke ranjangnya. Tapi yang membuat Rose heran adalah wajahnya yang tenang dan damai. Tak ada suara mendengkur atau mulut menganga. Nafasnya teratur khas orang tidur. Rose tidak menyangka di balik tidur pulas Matt, dia masih bisa merasakan sesuatu.
Matt kembali memakan rotinya lalu berkata, "Bagaimana kamar mu?"
Bagaimana kamar ku?
Rose tidak mungkin mengatakan kaalu dia tidak tidur semalam karena mempersiapkan banyak hal untuk hari ini. Rose tidak mungkin mengatakan kalau dia benci dengan kamar yang penuh dengan barang itu. Tapi, dia tidak peduli.
"Aku tidak peduli soal itu, yang penting, aku bisa tidur."
"Kalau begitu, aku tidak memerlukan kunci cadangan yang ku bawa," balas Matt lalu tersenyum.
"Apa maksud mu?" tanya Rose penuh selidik.
"Aku tidak perlu masuk kamar mu untuk memeriksa apakah kamu terlihat tenang saat tidur atau tidak," jawab Matt enteng.
Sekali lagi, laki-laki itu membuatnya kesal. Bahkan dia klien paling mengesalkan yang pernah dia layani.
"Aku tidak peduli kamu mau masuk kamar itu atau tidak. Bagaimana pun juga, itu kamar mu," jelas Rose dingin. "Tapi kuharap, kamu tidak menggeledah apapun yang ada di dalam tas ku."
"Hah, kenapa?"
"Percayalah, kamu tidak ingin melihatnya."
Dan jawaban itu membuat Matt merengut dan bersumpah dalam hati akan membongkar kamar adiknya yang sekarang menjadi kamar Rose.
Setelah sarapan-lebih tepatnya menunggu Matt- mereka berangkat sekolah secara terpisah yang membuat Matt protes entah karena apa. Dia pun mengatakan berbagai alasan yang tentu saja bisa Rose elak.
"Tugasku memang menjagamu, tapi tidak berarti aku harus selalu bersamamu dua puluh empat jam. Paling tidak, aku masih bisa melihatmu meskipun dari jauh. Bukankah orang akan curiga kalau aku ada di mobil mu?" jelas Rose. "Dan alasan kalau aku saudara mu adalah alasan yang lucu," tambahnya cepat sebelum Matt memberikan alasannya lagi.
Dengan kecewa, Matt menaiki mobilnya dan Rose mengikutinya dari belakang dengan sepedahnya.
"Jangan ngebut, dia ada di belakang kita," kata Matt pada sopirnya sebelum berangkat.
Seperti yang diperintahkan Matt, mobil berjalan sedikit lebih lambat dari biasanya yang membuat Rose bertanya-tanya apakah mobil mereka selalu selambat itu.
Sejauh yang Rose amati, tidak ada yang mencurigakan. Mereka tidak diikuti siapapun dari radius beberapa meter. Semua masih berjalan normal.
******
"Aku Alice Anderson, pindah karena pekerjaan orang tua. Senang bisa bertemu kalian dan kuharap, kita bisa berteman dengan baik," kata Rose ceria lalu tersenyum. Tidak dipungkiri, semua laki-laki langsung menaruh perhatian pada gadis ceria dan cantik yang berdiri di depan kelas mereka. Matt sendiri juga terpesona karenanya. Tapi tetap saja, Alice yang membuatnya terpesona adalah Alice yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosalyn : change
Action"Tidak. Tidak ada tempat bagiku untuk kembali. Bahkan di sudut dunia yang terpencil pun." Rose selalu hidup berlumur dosa. Bau darah, suara tembakan, dan mayat yang bergelimpangan sudah menjadi kesehariannya. Hatinya telah beku seiiring ia tenggelam...