Mata coklat kekuningan itu menatap kosong kepergian gadisnya. Tubuhnya terasa berat, matanya menolak untuk melihat hal lain, dan ia merasa ada yang kurang tepat setelah kepergian itu. Namun toh, ia tetap tersenyum karena meski hanya sekejap, gadis itu memberinya kenyamanan dan perhatian.
Dan ia pun mulai beranjak dari tempatnya.
***
Perpisahan kita bukan berarti segalanya sudah baik-baik saja. Akan ada bahaya lain yang mengincarmu setelah ini. Kuharap, kau bisa menggunakan apa yang kutinggalkan dengan baik. Kau akan mengerti sendiri nanti di mana kau membelinya lagi.
Alice
Suara tembakan terdengar nyaring memekakkan telinga meskipun orang yang ada di sana sudah menggunakan pelindung telinga. Tepat setelah itu, selongsong peluru menancap tepat di tengah lingkaran. Pemuda itu tersenyum dan memberi isyrat terimakasih pada instruktornya di ujung sana.
"Bagus sekali. Kau akan mendapatkan lisenmu sebentar lagi," puji seseorang mendekat kearahnya.
"Ya. Ini semua karenanya."
"Kau masih belum bisa melupakannya? Setelah dua bulan ini?" tanya orang itu tidak percaya.
"Kau tahu Zoe, aku menyukainya, sangat," balas pemuda itu dengan nada penuh pujian. "Dan aku tidak bisa melepaskannya dari pikiranku."
Zoe hanya tersenyum melihat tingkah temannya itu. "Sudah dua bulan dan aku selalu mengira kau bisa melupakannya."
Si pemuda berambut coklat terkekeh pelan. "Aku pun juga."
Sudah dua bulan dan pemuda itu belum bisa melupakannya.
Tanpa sadar, ia memegang erat pistol hitam semi otomatis yang ada di tangannya. Seluruh perasaannya mengalir saat ia menggenggam erat pistol penuh kenangan itu. Perasaannya pada si gadis, juga apa yang telah gadis itu lakukan selama ini.
Menyenangkan dan menyiksa hati.
"Aku tak pernah menyangka akan menyukai gadis sedingin itu..." bisiknya pelan.
"Lia tahu?"
"Soal?"
"Segala hal."
Sekali lagi, pemuda itu tersenyum, "Lia satu-satunya permata bagiku saat ini. Aku tidak akan pernah memasukkannya dalam kubangan lumpur. Cukup diriku saja, aku tidak ingin kehilangan apapun lagi."
Zoe mengangguk pelan, "Kau benar, ini yang terbaik."
"Maaf sudah menyeretmu dalam masalah ini. Kau tahu, ini... penelitian ilegal dan berbahaya."
"Berhenti menyalahkan dirimu, Matt," Zoe memukul lengan pemuda itu asal-asalan. "Aku sendiri yang menawarkan bantuan, tidak mungkin aku menyesal. Anggap saja ini balas budiku."
"Hm, terimakasih."
"Tidak masalah. Lagipula, aku yakin kau bisa melindungi dirimu."
"Kau tahu harus menghubungi siapa jika sesuatu terjadi, Zoe."
Balas budi ya?
Matt kembali menyunggingkan senyumnya dan mengajak sahabatnya kembali.
Sepulangnya ia di rumah, Lia langsung menyambutnya hangat dan Matt langsung merebahkan diri di kamar. Memejamkan matanya, membiarkan segala kenangannya bersama si gadis kembali menyerbu ingatannya.
Saat gadis itu memperhatikannya, saat-saat mereka berbicara berdua, saat mereka duduk berdua di taman, dan saat ia mencium bibir itu.
Sampai saat ini, dia masih bisa mengingat gelenyar aneh saat melumat bibir gadis itu. Dan ia tidak pernah menyangka, gadisnya akan membalas ciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosalyn : change
Akcja"Tidak. Tidak ada tempat bagiku untuk kembali. Bahkan di sudut dunia yang terpencil pun." Rose selalu hidup berlumur dosa. Bau darah, suara tembakan, dan mayat yang bergelimpangan sudah menjadi kesehariannya. Hatinya telah beku seiiring ia tenggelam...