Chapter 24

1.3K 116 0
                                    

Mata merah kecoklatan itu terbuka tiba-tiba. Keringat dingin membanjiri dahi si pemilik mata merah. Sadar yang dialaminya baru saja hanya mimpi, gadis itu mendengus kesal.

"Benda jahanam sialan," umpat si gadis pelan.

"Astaga Rose..." keluh seorang pemuda yang langsung tersadar dari lamunannya setelah mendengar umpatan itu. Si pemuda langsung membawakan segelas air minum dan memberikannya pada gadis bermata merah. "Bagaimana?"

Rose meminum habis airnya, "Buruk. Sialan, aku tidak mengira akan separah ini."

"Salahmu," sahut si pemuda langsung. "Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali."

Rose hanya diam. Lalu tanpa sadar, ia memegang bagian perutnya yang terluka. "Lalu?"

"Cukup parah. Mungkin kau tidak akan selamat kalau aku tidak langsung membawamu ke sini. Lukamu cukup dalam dan itu berbahaya bagi ginjalmu."

"Hm."

Ditariknya nafas dalam-dalam lalu Rose memejamkan matanya, berusaha menepis ingatan mengerikannya soal hari itu. Meskipun terluka sudah menjadi hal biasa, tapi tetap saja membayangkan benda mengerikan seperti peluru masuk menembus perutmu adalah hal yang mengerikan.

Terutama saat peluru itu diambil dengan paksa dalam keadaan sadar.

Hanya dengan mengingatnya saja, Rose dapat merasakan kembali saat jari orang sialan itu memasuki luka perutnya.

Aku ingin muntah... batinnya sambil menahan mual dan menyerengitkan dahi.

"Rose? Kau tidak apa?" tanya Jack takut.

Gadis itu tidak langsung menjawab. Dia mencoba bernafas lebih dalam lagi dan menenangkan pikirannya.

"Air..."

Dengan sigap, Jack langsung mengambil segelas air dan memberikannya pada Rose yang langsung diteguk habis. Sementara Jack hanya menatapnya kebingungan.

Tentu saja, karena tak ada satupun orang yang tahu secuil masa lalunya sebelum diambil Frans kecuali orang-orang di tempat Rose tinggal dulu.

Dan itu adalah sebuah rahasia besar yang dia sendiri yakin Frans sampai sekarang masih berusaha mencari tahu soal dirinya.

"Rose..."

"Bagaimana Matt?"

Pemuda itu menghela nafas lelah. Hanya dengan pertanyaan itu, ia tahu Rose sedang tidak ingin membahas apapun soal dirinya.

"Tidak kurang apapun," jawabnya. "Tapi kupikir dia merasa bersalah."

"Lalu?"

"Aman bersama Dylan."

Tiba-tiba saja gadis itu mencabut jarum infusnya dan mencoba bangkit dari ranjangnya.

"Wo wo wo, tidak Rose," cegah Jack yang langsung menahan Rose di ranjangnya.

Gadis itu mencoba berontak, tapi dengab keadaannya sekarang, Jack lebih kuat dibanding dengannya. Pemuda itu menahan pergelangan tanganya.

"Astaga, diamlah sebentar," keluh Jack. Dengan terpaksa, ia naik ke atas ranjang dan menahan kaki Rose dengan tubuhnya lalu membenturkan dahinya dengan dahi Rose yang langsung di balas dengan seribu satu sumpah serpah Rose yang langsung terhenti begitu ia mendekatkan wajahnya pada wajah Rose.

"Kau tahu apa yang akan terjadi kalau kau mencobanya lagi," bisik Jack lalu menyeringai puas.

"Sialan kau, Jack."

"Bisakah kau berhenti mengkhawatirkan orang lain dan mengkhawatirkan dirimu sendiri?" tanya Jack. "Mungkin kamu selalu tidak peduli, tapi kau selalu memprioritaskan orang lain," lanjutnya khawatir.

Rosalyn : changeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang