Rose menginjakan kakinya ke dalam penthouse mewah itu. Berbagai barang antik yang terbuat dari mamer berkelas dengan ukiran-ukiran yang menawan juga berbagai hiasan dari binatang, kepala, kulit, bahkan yang diawetkan menghiasi penthouse luas itu.
Dan ada yang lebih menarik dari itu, yang membuat Rose merasa tempat itu harus dibersihkan bersama dengan pemiliknya.
Awetan organ manusia.
Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki ada di sana. Diawetkan dalam sebuah botol kaca. Tampak terkurung dan tenang di dalam cairan, masih terlihat bagus sekali. Tangan yang terpotong kulitnya masih bagus, mulus, tampak pucat mengesankan seperti manekin meskipun juga tampak sangat hina. Seolah siapapun yang melihatnya dapat merasakan ketakutan dan siksaan yang dirasakan oleh mpu organ-organ itu.
Itu yang menjadi alasan Rose harus membersihkan penthouse itu.
Dengan santainya, ia melenggang memasuki lebih dalam tempat itu. Tidak peduli meskipun ada belasan mata yang mengawasinya sekarang. Dia tahu, dia bisa menghabisi orang-orang itu. Ada Daylan bersamanya, itu sudah lebih dari cukup.
Pemuda itu juga sama saja. Dengan santainya dia menyulut rokok di depan pintu penthouse itu. Tugasnya hanya membobol keamanan tempat itu agar mereka bisa masuk dan dia dapat leluasa mengambil data yang di simpan di dalam sana. Kalau toh dia diserang, dia dapat menyerang orang-orang itu meskipun perlu usaha lebih baginya. Lagipula, Rose pasti akan melindunginya.
Tugasnya bukan mebunuh. Dari awal, dia tidak ditempatkan di killer seperti Rose. Tugasnya hanya membobol keamanan, mencuri data, dan menyadap. Peringkat pertahanan dan penyerangannya pun jauh dibawah Rose. Tapi tetap saja, bukan hal mudah melawannya.
Sedangkan Rose, dengan kecepatan dan ketepatan menyerangnya membuat dia berada di ururan 9 dari total 47 killer di organisasinya, juga yang paling muda. Membuatnya memiliki bayaran lebih banyak. Bahkan, dia bisa saja membeli penthouse itu.
Tapi, Rose tidak pernah mengeluarkan uangnya sepeserpun untuk membeli kemewahan duniawi. Uangnya hanya keluar untuk senjata baru, satu mobil, dan keperluan sehari-harinya.
Dia mungkin paling kaya diantara anggota di TSO (Torturer, Security Organization) Tapi tak ada satupun yang tahu di mana gadis itu menyimpan hartanya. Bahkan meskipun Daylan melacaknya.
"Masih lama?" tanya Daylan.
"Tikus-tikus kecil itu belum berani keluar," jawab Rose.
Dia kembali mengamati isi penthouse itu. Sebenarnya, dia tidak punya urusan dengan tikus-tikus kecil itu. Yang dibutuhkan hanya jawaban dari beberapa pertanyaan lalu membereskan big boss yang bersembunyi di sana.
"Jangan lama-lama."
"Kalau kau berkata begitu..."
Tiba-tiba saja, Rose menarik pelatuk pistolnya dan satu orang ambruk di sana dengan lubang di dahi.
Bagian yang dia sukai saat menembak seseorang, kepala.
Setelahnya, beberapa orang langsung menyerbunya dan memberikan tembakan-tembakan yang membuat barang-barang di sana pecah.
"Ck, akhirnya keluar juga," keluhnya lalu menerjang begitu saja orang-orang itu.
Dua orang terang-terangan menyerangnya, tapi dengan mudah Rose menghindari dan memberi serangan balik. Terlalu mudah, tak ada fake yang mereka berikan.
Gadis itu dengan sadisnya memelintir pergelangan tangan salah satu dari mereka sampai pistol ditangan orang itu jatuh lalu menembak kepalanya. Tangannya secara otomatis langsung menembak yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosalyn : change
Action"Tidak. Tidak ada tempat bagiku untuk kembali. Bahkan di sudut dunia yang terpencil pun." Rose selalu hidup berlumur dosa. Bau darah, suara tembakan, dan mayat yang bergelimpangan sudah menjadi kesehariannya. Hatinya telah beku seiiring ia tenggelam...