Chapter 22

1.3K 118 0
                                    

Semenjak hari itu, Rose dan Matt jarang berbicara. Bahkan, hanya sekedar melihatpun jarang sekali. Mereka hanya bertemu sekilas saja, saling lirik, lalu pergi ke tempat masing-masing. Rose bahkan menolak dengan tegas ajakan makan malam Tom.

Salju turun lebat malam itu. Jalanan tertup oleh benda putih dingin yang menyusahkan dan menyababkan kemacetan, juga jalan yang licin. Namun, gadis berambut pirang keemasan itu menyetir mobilnya dengan cekatan.

"Jangan ngebut, aku tidak bisa mengikutimu," kata seorang pria di sambungan wirelessnya.

"Kurasa kamu harus kursus mobil lagi setelah ini," jawab Rose pelan.

Gadis itu kembali berkonsentrasi pada jalan di depannya. Menyetir secepat mungkin tanpa harus menimbulkan kekhawatiran. Sementara Mr. Tom berkutat dengan ponselnya dan Matt beserta adiknya sibuk mengobrol apa saja. Melepas rindu setelah sekian bulan tidak bertemu. Bahkan saat natal pun, mereka tidak bertemu.

"Kita sampai semenit lagi," kata Rose dan ketiga penumpangnya bersiap. Dari kejauhan, terlihat sebuah restoran mewah yang terlihat sengaja dikosongkan dengan lampu berkelap-kelip.

Rose turun lebih dulu untuk mengecek keadaan, juga jalan yang licin. Lalu, dia membuka pintu sambil memperingatkan untuk melihat aspal yang akan mereka pijak karena jalan cukup licin hari itu.

Matt hanya meliriknya sekilas. Bayangannya akan seringai mengerikan Rose masih tergambar jelas di wajahnya. Sudah hampir seminggu dan mereka tidak bertegur sapa sama sekali. Malahan, dia yakin sekali kalau Alice-nya tidak ada di rumah selama hampir seminggu itu.

Malam itu, mereka mengecek tempat pesta ulang tahun Matt yang diadakan besok. Sebenarnya, restoran itu milik Mr.Tom sendiri.

Gadis itu memandu mereka bertiga bak turis dengan baik. Mengatakan segala hal mulai dari tempat-tempat khusus para tamu, tempat mereka bisa sembunyi jika sesuatu terjadi, tempat di mana beberapa orang akan berjaga, dan lainnya.

Sejujurnya, hal itu sedikit mengerikan bagi Matt. Karena bagaimana pun juga, besok pesta ulang tahunnya dan entah kenapa semua menjadi mencekam setelah Alice-nya menjelaskan ini-itu.

Setelahnya, mereka mencoba berbagai masakan yang akan dihidangkan nanti. Matt agak terharu karena semua masakan itu adalah kesukaannya yang entah bagaimana Alice-nya bisa mengetahuinya. Lalu tanpa sadar, pemuda itu tersenyum.

Rose menangkap senyum tipis itu. Hanya dengan itu, ia tahu Matt suka dengan persiapan pesta ulang tahunnya, meskipun hanya makananya. Namun seperti kebanyakan orang, makanan adalah sesuatu yang menyenangkan terutama jika itu makanan favoritmu.

Namun, pujian dari hasil kerja keras Roseーyang sebenarnya tidak tahu apa yang harus dilakukan−bukan datang dari Matt, tapi Mr.Tom.

"Matt terlihat senang. Sekali lagi, kerja yang bagus, Alice."

"Terimkasih. Anda terlalu berlebihan," balas Rose.

"Semua berjalan lancar kalau begitu?"

Meskipun dengan nada penuh dengan kebanggaan, meskipun dengan senyum ramahnya, mata itu menunjukkan rasa gelisah yang luar biasa kuat saat Mr. Tom mengatakannya.

"Anda tidak perlu khawatir, rencana anda lancar," balas Rose lalu menunjukkan senyumnya.

"Syukurlah."

"Anda yakin saya tidak perlu membantu?"

"Tidak Alice. Cukup aku saja. Ini pembalasanku dan kita ikuti rencanaku," balas Mr. Tom serius.

"Baik."

Kalau begitu, aku akan mengikuti permainanmu.

Jangan salahkan aku kalau terjadi sesuatu pada anakmu.

Rosalyn : changeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang