Chapter 2

2.5K 180 7
                                    

  Semilir angin dingin berhembus. Langit tampak sedikit mendung hari ini dan itu membuat Rose bertanya-tanya kapan salju akan turun.

  Jack memeluk Rose dari belakang dengan selimut panjang. Jadilah tubuh mereka tertutupi selimut sekarang. "Dad kejam sekali memberi mu tugas di musim dingin," kata Jack kesal. "Apa kita bisa merayakan natal bersama tahun ini?"

  Rose menghela nafas lelah. "Sepertinya tidak Jack, maaf. Atau kau mau kita merayakannya dengan klien ku?"

  "Tidak, terimakasih," jawab Jack kecut.

  Mereka diam dalan keheningan pagi. Angin dingin terus berhembus yang membuat Jack merapatkan pelukannya.

  "Apa kau tidak merasa dingin?" tanya Jack heran.

  Rose terdiam. Merasa dingin? Dia bahkan tak pernah merasakan apapun. Semua yang dia rasakan dia terima saja tanpa mengomel, kecuali soal pekerjaan.

  "Tidak," jawab Rose pelan. "Aku kepikiran kata-kata mu kemarin."

  Jack menyerengit heran. "Yang mana?" Rose hanya menggumam tak jelas lalu Jack teringat dengan kata-katanya kemarin.

  "Ada apa?" tanya Rose saat Jack melonggarkan pelukannya. Rose berbalik. Mata merah tajamnya menyelidiki mata hijau zamrud Jack yang jelas-jelas menghindari tatapan maut itu seolah-olah mata merah itu akan membakarnya.

  "Ti-tidak apa!" jawab Jack gugup.

Mata Ros menyipit, dia tahu kalau Jack tidak suka ditatap seperti itu.

Mata merah kecoklatan itu selalu menatap tajam apapun yang dilihatnya. Terlihat kejam, selalu memancarakan kebencian. Saat mata itu menatap mu, kau akan merasa dikunci dan hidup mu akan berakhir.

  "O-omong-omong, apa kamu tidak siap-siap? Sebentar lagi kita akan pergi," kata Jack

  "Baiklah..." Rose pergi ke kamarnya. Dia memakai soflens biru tua, dan seragam resminya. Celana hitam panjang, hem abu-abu, jas hitam lengan panjang dengan dasi abu-abu, serta sarung tangan hitam. Dia juga menguncir rapi rambutnya.

  Rose berangkat hanya bersama Mr.Frans. Mereka pergi ke sebuah tempat yang tak jauh dari tempat mereka.

  Seorang pria paruh baya masuk ke tempat mereka lalu memberikan seulas senyum pada mereka.

  "Apa kabar Tom?" sapa Mr.Frans lalu mereka saling jabat tangan. "Jadi, apa keperluan mu kali ini?"

  Mr.Tom duduk. "Aku hanya ingin memastikan permuntaanku."

  "Kenapa? Aku sudah jelas dengan permintaanmu." kata Mr.Frans.

  "Ini rahasia penting," jawabnya gusar. "Sekalipun putra ku yang membawanya, aku masih khawatir."

  Dan kekhawatiran pria tersebut terlihat jelas. Mata coklatnya terus bergerak, kerutan tipis tampak pada dahinya.

  "Tapi, kau tahu persis apa yang kau minta kan?" tanya Mr.Frans lagi.

  Mr.Tom diam sejenak, tampak berpikir. "Ya."

  Mata Rose menyipit. Masih ada saja orang setega Mr.Tom, orang egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa berpikir bagaimama nasib anaknya.

  Sebuah senyum licik tersunggi pada bibir Mr.Frans. "Kalau begitu kita deal." Dua orang berjabat tangan. "Gadis cantik di sebelahku ini yang akan menjaga putra mu nanti. Hmm... siapa namanya?"

  "Mathew. Apa ada yang harus kulakukan?"

  "Hm... apa ya... Apa ada yang kau inginkan, Alice?"

Rosalyn : changeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang